sementara muram pagi makin menggerogoti sepi.
lidah mentari pun masih tak tampak di sudut timur cakrawala.
aku beku di sini. di sudut ruangan ini.
kupandangi bayangannya yang lewat bersama dinginnya pagi.
senyum yang terukir di ekor matanya tampak gemilang dengan kebahagiaan dan harapan tersembul dari setiap cahayanya.
saat itu aku bahagia dia bahagia. aku tahu diapun bahagia aku bahagia.
tangan tergenggam erat . menyatu lewat setiap rangkaian kata dan bertaut erat
kudengar desir angin bertiup. Dingin menyusup ke sumsum.
aku pun kian kelu. Begitu mudahnya asaku dia hempaskan. Remuk tak berbentuk
sementara tumpukan rasa telah kuikat rapi di sini.
buyar rangkaian kata dari mataku. merayap ke sendi-sendi kegembiraanku.
merebak sudah getar diri, merangkup setiap celahan duka yang mengiris perlahan.
menggores setiap tanya, tanpa ada jawabannya.
Dear, my dear, begitu ucapmu setiap bertemu denganku.
Manis di telinga hati, menggetarkan jalinan nadi. akupun terbalut emosi.
Desir angin kembali berhembus. Dingin …..
dan aku mengibas buyaran mimpi yang semakin memburami kegembiraanku
Pernahkan rindu mengusik harimu?
Ataukah semua tentangku tak berarti ?
Laksana debu yang begitu mudah terhapus seperti derasnya air hujan ?
seringkali aku mencoba untuk mengikis rindu, ya, aku rindu.
seringkali aku gagal, tapi setidaknya aku telah mencoba.
entah dengan kau.
tahukah kau, rindu telah membenamkan semua tanyaku, membutakan logikaku, membunuh setiap denyut jantungku?
tahukah kau?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar