Senin, 27 April 2009

Manohara dan KDRT

Manohara. Nama wanita cantik yang pernah menjadi model, keturunan Indonesia-Perancis itu mendadak menjadi terkenal lantaran isu kekerasan dalam rumah tangga yang dialaminya. Ternyata menikah dengan laki-laki dari keluarga “baik-baik” tidak menjadi jaminan akan kebahagiaan. Di balik sosoknya yang bersahaja, ternyata Mr.T mampu melakukan aksi KDRT terhadap Manohara.

KDRT, ternyata meski telah menjadi concern bersama, namun toh dalam kehidupan sehari-hari KDRT tetap saja terjadi, seperti yang terjadi pada Manohara.

Jika akhirnya Bunda Manohara memilih melakukan perlawanan, keputusan itu sangat dapat dipahami. Sebab terkadang si korban KDRT sendiri tak mampu lagi untuk berteriak. Lantas sejauh apa “pemberantasan” tindak KDRT di Indonesia ? Ternyata meski KDRT telah diangkat permasalahannya menjadi sebuah undang-undang namun tetap saja korban-korban KDRT lebih memilih bungkam, ketimbang menyelesaikan permasalahan KDRT secara hukum. Begitu pula keluarga terdekat mereka yang telah melihat atau mengetahuinya terjadinya KDRT tersebut.

Alasannya sangat jelas, keutuhan rumah tangga selalu dikaitkan dengan harga diri seorang di mata masyarakat. Sebab wanita, sudah ditakdirkan untuk bersikap nrimo, sabar.

Ironisnya, aksi bungkam juga dilakukan oleh para istri korban KDRT yang tergolong pelajar. Sebab mereka mengkhawatirkan, aksi pelaporan, atau tindakan perlawanan terhadap KDRT yang dilakukan suaminya dapat mempengaruhi kondite mereka. Mereka memilih bungkam lantaran takut kariernya akan mendapat imbas yang negatif.

Berikut beberapa hal yang dapat melatar belakangi terjadinya KDRT khususnya yang dilakukan oleh para suami :

1. Trauma masa kecil (suami kerap melihat KDRT yang dilakukan Sang Ayah kepada Bunda nya tanpa adanya perlawanan).

2. Ada WIL (Wanita Idaman Lain).

3. Kedudukan istri lebih tinggi dari suami (mungkin ada beberapa pria yang sanggup menerima kenyataan istri memiliki kedudukan, baik jabatan, pendidikan maupun kekayaan lebih tinggi dari suami, namun pada dasarnya sifat dasar laki-laki yang tak mau di ungguli tetap akan menjadi problema).

4. Perangai / Sifat yang terbentuk sejak kecil (sebab pengakuan bahwa sikap kasar merupakan sifat mereka kerap muncul dari para pelaku tindak KDRT.)

5. Keinginan untuk mendominasi dan memiliki yang berlebihan (termasuk didalamnya sikap posesif/cemburu yang berlebihan).

6. Keinginan untuk menunjukkan kekuasaannya.

7. Posisi atau kedudukan suami mendadak naik.

8. Ego sentris atau tingkat ego yang lebih tinggi dari ambang batas normal.

Serta beberapa alasan lainnya.

Apakah pria yang memiliki bakat sebagai pelaku KDRT dapat dikenali ? Sangat sulit. Sebab mereka terkadang mampu menyembungikan bakat terpendam mereka dengan begitu rapatnya sehingga tak dapat terbaca oleh pasangannya. Namun setidaknya beberapa hal yang melatarbelakangi terjadinya KDRT tersebut sedikit banyak dapat memberikan warning kepada para wanita untuk mempertimbangkan masak-masak sebelum menerima seseorang untuk menjadi pendamping hidupnya.

Tetapi ada beberapa hal yang dapat diamati secara fisik maupun dari tindak tanduk maupun latar belakang keluarga laki-laki cenderungyang memiliki bakat melakukan tindak KDRT, yaitu sebagai berikut :

  1. Dominasi ayah dalam keluarganya sangat kuat. (:Keluarga dimana laki-laki pelaku tindak KDRT biasanya tergolong keluarga “baik-baik, beragama” namun dalam tataran normatif. Artinya, keluarga itu tampaknya selalu mengedepankan dilaksanakannya prinsip-prinsip keimanan, keTuhanan, namun tidak memahami maknanya ).
  2. Hubungan antara ayah/ibu dan anak terdapat jarak (:biasanya keluarga dimana dimana laki-laki pelaku tindak KDRT biasanya hanya bersifat formal, antara ayah/ibu dengan anak jarang terlihat curhat atau saling menyatakan perasaan secara terbuka)
  3. Keakraban keluarga hanya sebatas formalitas. (:tidak ada ikatan emosional, hanya sebatas dilaksanakannya kewajiban saja.
  4. Dari kepribadian tidak ada tanda-tanda khusus, namun melalui pengamatan, biasanya jika laki-laki pelaku tindak KDRT yang pendiam dia akan terlihat sedikit posesif, selalu ingin melindungi, selalu ingin berada di dekat pasangannya...Namun jika dimana laki-laki pelaku tindak KDRT bersifat ceria, akrab dan mudah bergaul, maka dia dapat terlihat dari sikap dia menghadapi orang lain. Pertama kali ketemu dengan seseorang, dia akan terlihat sangat cepat akrab dan mudah bergaul. Namun pada pertemuan berikutnya dia akan terlihat cuek dan tidak perduli.
  5. Suka melanggar lampu merah. Laki-laki pelaku tindak KDRT biasanya suka melanggar lampu merah sebab baginya, tidak ada sesuatu peraturan apa pun yang tidak dapat dilanggar. Melanggar lampu merah juga merupakan cerminan sikap ego sentris yang lebih tinggi dari batas normal.
  6. Cenderung tidak sabaran, grusa-grusu.
  7. Sangat bergantung pada anda, baik pada saat pacaran maupun sesudah menikah.
  8. Kadang terlihat sangat childish, manja
  9. Semasa muda/bujang suka menghabiskan waktu untuk kongkow2, gaplek, kumpul dengan teman-teman, bila perlu melakukan perjalanan jauh beramai2.
  10. Biasanya laki-laki pelaku tindak KDRT tidak memiliki sahabat karib cewek. Berdasarkan pengamatan, laki-laki yang memiliki sahabat karib cewek cenderung bersikap gentle, dan penyayang.

Lantas bagaimana sikap kita seharusnya jika ternyata pasangan kita merupakan laki-laki pelaku tindak KDRT ??

1. Jika hubungan itu masih dalam taraf pacaran, segera tancap gas....segera putuskan hubungan anda. Dengan alasan apa pun juga, tak seharusnya laki-laki tega memukul/menampar seorang wanita yang katanya dia cintai. Tak usah menangisi cinta anda. Sebab resiko yang harus anda jalani sangat berat.

2. Jika anda mengetahui perangkai pasangan anda di tengah-tengah perkawinan, segera lakukan gugatan cerai, kecuali anda merasa mampu bersikap sabar. Jika memang anda ingin mempertahankan perkawinan anda, sebaiknya anda jangan menceritakan tindak KDRT suami anda kepada orang tua Anda, sebab berdasarkan pengamatan, tidak ada satu orang tua pun yang rela anak yang sudah mereka besarkan dengan susah payah ditampar, atau dibentak. Sebab berdasarkan pengamatan, minimal 10 tahun lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melihat sedikit perubahan pada laki-laki pelaku tindak KDRT, dan biasanya sangat sulit menghilangkan tindakan KDRT – tak peduli kali-laki itu mengaku beriman atau tidak – sebab itu seperti kebiasaan yang mendadak selalu muncul setiap saat tanpa dapat diduga...

3. Bagaimana jika anda sudah terlanjur mencoba bertahan lebih dari 5 tahun dari usia pernikahan anda dan anda sudah terlanjur memiliki anak-anak dari pasangan anda ????

- pertama amati, apakah tindak KDRT itu menimpa anak anda tidak. Berdasarkan pengamatan, biasanya laki-laki pelaku tindak KDRT juga tidak sabar menghadapi polah tingkah anak kecil biar pun itu adalah anaknya sendiri. Tak jarang mereka sesekali memukul kaki, melempar sandal, atau membentak anaknya.

- Amati perkembangan anak anda, jika anak anda mengatakan, “Mengapa sih mama tidak kawin lagi saja, “ artinya lampu hijau buat Anda, sebab kesabaran si anak juga sudah berada di ambang batas.

- Amati perkembangan psikologis suami anda selaku laki-laki pelaku tindak KDRT, apakah ada perkembangan yang cukup berarti (namun biasanya perkembangan ini sangat lambat....dan nyaris tidak dapat diharapkan).

- Jika pada akhirnya anda memutuskan untuk bercerai setelah sekian lama menahan diri, maka fase berikutnya yang harus anda pertanyakan, persiapkan adalah :

1. kesiapan anak-anak anda, berikan pengertian bahwa Ayahnya tetap adalah seorang ayah yang baik, agar tidak menimbulkan ekses negatif.

2. Kedua, berikan pengertian yang tepat kepada orang tua kedua belah pihak dan minta dukungan mereka.

3. Dapatkan kesepakatan dengan suami tentang batasan-batasan setelah anda nanti bercerai agar kelak dia tidak menjadi duri dalam daging bagi kehidupan anda. Bila perlu kesepakatan itu tertuang hitam di atas putih.

4. Siapkan mental anda untuk menghadapi sikap orang-orang disekitar anda, baik itu di tempat tinggal maupun di kantor. Sebab bagaimana pun juga masyarakat kita tetap belum dapat sepenuhnya menerima perlawanan seorang istri yang menjadi korban tindak KDRT.

Namun ingat!!! Suami anda pasti tidak akan membiarkan anda melenggang begitu saja, dia pasti akan mati-matian mempertahankan anda, baik dengan cara berubah menjadi anak yang sangat manis, hingga mengunakan kekerasan, ancaman bahwa hak asuh anak-anak akan dia kuasai. Sebab pada dasarnya suami pelaku tindak KDRT sangat bergantung pada anda. Dia sangat membutuhkan anda, dan dia juga sadar tak ada wanita lain yang sanggup bertahan dengannya.

4. Bagaimana jika anda merasa tidak mampu melakukan perlawanan sebab karena kondisi dan situasi yang tidak memungkinkan, misalnya keluarga anda melarang, atau bahkan mungkin anda takut karier anda mendapat pengaruh negatif??? Pasrah saja....berdoa....minta agar Tuhan melembutkan hatinya. Setidaknya menguatkan hati anda. Namun jangan sekali-kali anda menceritakan tindak KDRT suami anda kepada rekan sekerja yang tidak dapat dipercaya, sebab itu hanya akan menjadi bumerang bagi anda. Selain duka anda dapat dijual sebagai komoditas politik untuk menjatuhkan karier anda, anda juga dapat dijadikan bahan gosip.

Sekali lagi ini hanya berdasarkan pengamatan dan survei terbatas berdasarkan beberapa kisah. Akurasi yang tidak tepat dan kesalahan dari pengamatan sangat mungkin terjadi. Namun setidaknya dapat dijadikan bahan perenungan agar kaum wanita tidak terjerumus pada jurang yang mengerikan. Sebab akibat KDRT kadang tidak dapat terlihat oleh mata, dampak psikologis, seperti perasaan un happy, menderita, kesepian hingga rasa putus asa jauh lebih mengerikan daripada luka-luka fisik yang nyaris tak terlihat.

**) Catatan ini telah dimoderasi dan dimuat di http://public.kompasiana.com

SURAT TERBUKA KEPADA CAPRES DAN CAWAPRES

Kepada Yang Terhormat.

Bapak/Ibu Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden

Di Tempat

Dengan hormat,

Melalui surat ini, saya seorang rakyat biasa, yang sudah letih menunggu akhirnya memberanikan diri untuk mengirim surat ini secara terbuka kepada Bapak/Ibu Yang Terhormat. Mohon kiranya surat ini tidak ditanggapi secara emosional, ataupun melihatnya dari kacamata dimana Bapak/Ibu Yang Terhormat berada saat ini. Dengan kerendahan hati pula saya memohon, untuk sekali ini saja, Bapak/Ibu Yang Terhormat rela melepaskan kedudukan,posisi, kehormatan Bapak/Ibu Yang Terhormat, untuk membayangkan sejenak, andai Bapak/Ibu Yang Terhormat berada pada posisi kami, rakyatmu….yang telah sekian lama dengan sabar menunggu sentuhan kasih sayangmu sebagai para pemimpin bagi negeri ini.

Bapak/Ibu Yang Terhormat, mohon maaf, jika saya seolah tidak mampu memahami betapa gentingnya situasi Bapak/Ibu Yang Terhormat pada saat ini. Politik mungkin adalah segalanya bagi Bapak/Ibu Yang Terhormat,namun mohon maaf jika bagi saya politik tak ubahnya hanya sebuah pertarungan belaka, siapa pun yang menang dan yang kalah pasti akan terluka. Ibarat sebuah pertarungan, mungkin saat ini adalah saat yang paling menentukan, sehingga seluruh pikiran, jiwa dan raga Bapak/Ibu Yang Terhormat tercurah, sebab inilah saatnya pertarungan antara hidup dan mati, dia atau aku yang akan menang, dan yang terkuatlah akan menang.

Bapak/Ibu Yang Terhormat, sekali lagi, sebentar saja, tinggalkan semua singasana, impian bahkan obsesi yang Bapak/Ibu Yang Terhormat miliki untuk berdiri dan melihat semua permasalahan dari sisi dimana saat ini kami berdiri…. Sebentar saja, hanya sebentar….

Maaf, jika permintaan saya ini terlalu berat untuk dipenuhi….tapi sebentar saja….pejamkan mata Bapak/Ibu Yang Terhormat….perlahan….bayangkan Bapak/Ibu Yang Terhormat saat ini sedang menjalani kehidupan yang telah berhari-hari, berminggu-minggu….berbulan-bulan….bahkan bertahun-tahun kami jalani…….

Lupakan sejenak pilihan-pilihan dengan siapa Bapak/Ibu Yang Terhormat akan berkoalisi….lupakan….lupakan sejenak kursi menteri apa saja yang Bapak/Ibu Yang Terhormat inginkan….lupakan…..lupakan berbagai macam pilihan strategi kemenangan dalam Pilpres mendatang….lupakan…..

Lihatlah….sekelilingmu saat ini….di perempatan antara jl pramuka….lihatlah….berapa banyak anak-anak kecil berlalu lalang…pakaian mereka compang-camping….rambut mereka pun tak tersisir….mata mereka bukan lagi tatapan mata seorang anak kecil yang lugu….sorot mata itu telah penuh dendam, marah dan iri….bayangkan…..andaikan anak-anak itu adalah cucu-cucumu…..bayangkan….apa yang ingin kau perbuat untuk mereka ???? pantaskah dirimu menyebut telah berjasa, telah berbuat untuk bangsa ini sedangkan engkau tak pernah sedikitpun melihat, merasakan penderitaan mereka ???? Bayangkan…..seandainya mereka adalah cucu-cucu mu….apa yang ingin kau lakukan untuk mereka ?? Jangankan bermimpi dilahirkan di ruang VIP lengkap dengan fasilitas dan dokter spesialis ternama….mereka bahkan tak pernah diharapkan untuk terlahir di muka bumi ini….mereka telah terbuang atas nama peradaban dan pembangunan….lalu siapakah yang harus bertanggung jawab….jangan-jangan lagi kau katakan….bahwa pemerintah tak bersalah….bahwa rakyat yang bersalah….seperti lontaran sombong beberapa waktu lalu yang terdengar….jangan, kami sudah terlalu lelah untuk berdebat….sebab apa yang ingin kami katakan pun kami sudah tak tahu….lidah kami sudah kelu….kami hanya mampu menghafalkan satu kalimat, “Minta uang Bu…..minta uang Pak…..kami lapar…..kami belum makan ……” sementara makanan-makanan bergizi nan mengeliurkan yang terhidang di hadapanmu harus dipantang dengan alasan kesehatan….

Teruslah berjalan…..menyusuri sepanjang jalan Pramuka….lihatlah….betapa gigih rakyatmu terus berjuang mempertahankan hidup mereka….menawarkan botol-botol minuman yang mungkin sudah didaur ulang….persetan dilarang atau tidak….yang penting kami dapat uang untuk makan hari ini….

Lihatlah metro mini yang kebut-kebutan demi mengejar setoran…..lalu ketika mereka lalai mereka harus rela digebuki….lantaran mereka tak sengaja telah menabrak pengendara motor yang mungkin juga sudah terlalu letih karena setiap hari dia harus melalui rute yang sama yang tak dapat lagi di hitung jaraknya…..

Lihatlah kereta api ekonomi…..berapa banyak rakyat mu bergelayutan….jangankan memikirkan resiko yang harus mereka tanggung….mereka hanya berpikir….sayang, jika aku harus membeli tiket, uang itu bisa untuk beli beras istriku, uang itu bisa untuk membeli buku sekolah anakku…..sementara kau sibuk mengerutu hanya karena jalan macet….padahal engkau sedang berada dalam mobilmu yang super dingin dan empuk…..

Bapak/Ibu Yang Terhormat….maaf….bukan rakyatmu tak tahu beban derita yang harus engkau tanggung….betapa banyaknya rapat kabinet yang harus engkau pimpin…betapa banyaknya proyek pembangunan yang harus engkau teliti ulang….berapa banyak undangan kenegaraaan yang harus engkau hadiri….tapi maaf….rakyatmu sudah terlalu letih…..

Lihatlah….perempuan-perempuan itu tersenyum ke arahmu, mengoda….”Mampir mas, mampir….” Bujuk mereka….bibir mereka tersenyum manis….tapi pernahkan engkau membayangkan jika yang tengah berdiri di pinggir rel itu adalah anak-anak perempuanmu ??? Tentu tidak…..sebab dari awalnya….kehidupanmu telah jauh berada di atas mereka….tapi pernahkah engkau pikirkan nasib mereka sedikit lebih lama ?? Jalan keluar apa yang dapat engkau tawarkan sebagai pemimpin mereka agar mereka dapat keluar dari jurang kenistaan dan jurang neraka ??? Pernahkah engkau banyangkan penderitaan yang harus mereka lalui ?? Penderitaan dunia sekaligus penderitaan akhirat …..penderitaan dunia ketika mereka harus menekan dalam-dalam perasaan mereka agar mereka dapat melayani lelaki hidung belang….penderitaan mereka ketika para tetangga mereka mencibir, “lihat tuh….si pelacur…” penderitaan mereka ketika usia senja mereka beranjak….mereka tersadar….tak ada seorang pun yang rela menjadi pendamping mereka….bahkan anak-anak mereka pun telah pergi meninggalkan mereka…..bahkan anak-anak yang mereka lahirkan mengingkari keberadaan mereka sebagai seorang ibu yang pernah melahirkan mereka….”kamu bukan ibuku, kamu pelacur….” Pernahkah kau bayangkan duka mereka???? Apa yang dapat engkau tawarkan kepada mereka agar setidaknya sedikit saja, sebentar saja mereka merasakan manisnya madu kehidupan ???

Pernahkah sebentar saja engkau membayangkan….rumah yang dulu engkau tempati….mendadak penuh dengan lumpur yang membajiri….engkau pun terpaksa meninggalkannya….dan saat ini engkau tertidur bersama-sama yang lain di sebuah pasar….sementara terus dan terus engkau menunggu penuh sabar uang ganti rugi yang dijanjikan ??? Masih sanggupkah engkau berkata dengan lantang bahwa semua prosedur harus dijalani, pemerintah sudah berusaha jika engkau membayangkan engkau berada pada posisi mereka ?? Melihat atap rumahmu yang nyaris tak tampang di tengah lautan lumpur ??

Masih sanggupkah engkau dengan ponggah mengatakan bahwa program sekolah gratis yang engkau canangkan telah berhasil sementara…..masih banyak anak-anak yang enggan bersekolah karena dia tak memiliki buku-buku LKS, buku tematik….sementara buku-buku itu juga diwajibkan untuk dibawa??? Padahal triliunan rupiah telah diguyurkan atas nama anggaran pendidikan…..

Bapak/Ibu Yang Terhormat, maaf, jika akhirnya rakyat mu tak lagi menyesali karena dia terpaksa berdosa lantaran nama nya tak tercantum dalam DPT….maaf bila rakyatmu tak lagi melihat pemilu sebagai sebuah harapan baru….sebab….kami telah lama dikhianati….berapa banyak pemilu telah kami lalui…..berapa banyak janji-janji telah kami resapi….ternyata kami hanya bermimpi…..sementara engkau pun sibuk bermimpi….

Ya….maafkan kami jika kami tak lagi ingin memikirkan siapa yang benar dan siapa yang salah dalam pemilu ini….kami tak lagi ingin memikirkan ada tidaknya kecurangan dalam pemilu ini …..meskipun begitu banyaknya bukti kami lihat di berbagai media massa….kotak-kotak suara yang dibongkar….gerakan-gerakan dalam diam di berbagai tempat yang membujuk….menawarkan beras yang berwarna agak kecoklat-coklatan disertakan empat bungkus mie instan, minyak goreng yang berwarna kuning kecoklatan….bukan seperti beras yang biasa engkau makan….lalu disertakan pula Pin-Pin berhiaskan wajahmu yang tersenyum….maaf….rakyatmu sudah terlalu letih mendengar debat demi debat yang saling bersautan….maaf….karena akhirnya setelah pesta pemilu itu berakhir….rakyatmu tetap harus tertatih-tatih….harus mengais-gais dari sampah rumah yang satu ke rumah yang lain….sebelum akhirnya mengumpulkan barang-barang yang terlihat masih dapat dipakai ke pengepul…..sementara engkau masih sibuk memikirkan anggaran untuk mobil-mobil dinas para pejabat……maaf…..rakyatmu sudah terlalu sibuk memikirkan bagaimana, darimana kami dapatkan uang untuk makan hari ini…..sebagaimana engkau…. Bapak/Ibu Yang Terhormat….juga sibuk memikirkan argumentasi apa yang akan engkau katakan dihadapan para jurnalis agar citra mu tak mampu dirubuhkan oleh lawan…..maaf bila kami sudah terlalu bosan mendengar tutur katamu yang terlalu sopan bagi kami….sebab dalam kehidupan kami sehari-hari….kami terbiasa mendengar “bajingan lu!!” namun kemudian kami tetap dapat saling memeluk di tengah kerumunan pasar…..atau “Setan” lantas kami tertawa….maaf….bila kami tak sanggup berempati pada beratnya beban yang harus Engkau pikul wahai para pemimpin negeri ini….sebab…..kami pun tak lagi sanggup bermimpi bahwa Engkau akan sedikit memberikan empatimu pada kami…..kami sudah tak mampu lagi Engkau kecewakan lagi kali ini….sebab….maaf….kami sudah tak mampu lagi berharap pada para pemimpin yang hanya sibuk menghitung-hitung kekuatan dan kelemahan….bukan menghitung-hitung berapa banyaknya pekerjaan rumah yang harus diselesaikan….bukan menghitung berapa jumlah fakir miskin dan anak-anak telantar yang harus diperlihara…..maaf….bila kami tak mampu lagi berharap bahwa engkau akan rela turun ke bawah seperti yang pernah engkau janjikan untuk membangun moral kami yang terlanjur bejat….jika engkau tak lagi mampu melihat kemungkaran-kemungkaran yang telah dilakukan para anak buahmu demi tercapainya kemenanganmu….kami tahu engkau adalah manusia yang luar biasa….bahkan engkaupun sanggup menitikan air mata mu kala kamera televisi menyorotmu….tapi maaf….kami….rakyatmu…..sudah tak mampu lagi menitikan air mata kami yang telah lama mengering…..bahkan dukamu lantaran dituding telah melakukan perbuatan curang tak mampu lagi kami rasakan sebab hati kami telah lama mati….sebab kehidupan yang harus kami tapaki….akan terasa lebih menyakitkan jika kami tak “membunuh” hati sendiri….mampukah seorang perempuan melacur, jika dia masih punya hati ?? sanggupkah seorang anak membunuh ayahnya sendiri jika dia masih punya hati ??

Bapak/Ibu Para Pemimpin Negeri ini Yang Terhormat…..sebentar saja….tanggalkan egomu….tanggalkan kepentingan partaimu….dengarkanlah jeritan rakyatmu….tangisan mereka yang kehujanan di penampungan sementara karena rumah mereka teremdam lumpur….zikir mereka di bawah atap gubuk yang reyot….doa mereka yang menenggadahkan tangannya di pinggiran jalan…..Ya Allah…..kuatkanlah hati kami agar kami sanggup melalui cobaan ini…..lihatlah rakyatmu…..mereka….bahkan tak lagi berdoa agar Allah menurunkan pemimpin yang adil dan pengasih….seperti Khalifah Umar yang rela mengendap-endap di tengah gelapnya malam….menyamar seperti rakyat kebanyakan lalu langsung memberikan dermanya….mereka sudah tak mampu lagi berdoa agar Allah menurunkan pemimpin yang rela hidup sederhana….sama seperti rakyatnya….mereka sudah tak mampu lagi berdoa….agar diturunkan seorang pemimpin yang benar-benar mampu menjadi KHALIFAH menjadi PEMIMPIN….yang mampu mengayomi, melindungi, disegani baik kawan maupun lawan….seperti Nabi Muhammad SAW yang demikian disegani oleh lawannya….Nabi Muhammad SAW tidak pernah membalas mengertak lawannya….dia justru terus bersikap lembut….tulus….hingga akhirnya ketika pedang terhunus….lawan terberatnya justru berbalik menjadi pelindungnya yang setia….sebab Nabi Muhammad SAW senantiasa menyentuh setiap umat manusia dengan keikhlasan hatinya yang demikian tulus…..demikian pula dengan Maryam….yang tak gentar ketika difitnah lantaran telah melahirkan Nabi Isa tanpa seorang suami….begitulah kekuasaan Tuhan – Jika Tuhan Berkata “Terjadilah!” maka akan “Terjadi”. Sesungguhnya kemungkaran dan dusta apapun yang disembunyikan demikian rapat pasti akan terbongkar….demikian pula dengan kebenaran….PEMIMPIN sejatinya adalah seorang KHALIFAH….seorang KHALIFAH….yang sejati tentunya akan lebih memikirkan nasib rakyatnya….ketimbang nasibnya sendiri….lihatlah Musa yang rela meninggalkan kenikmati di istana raja menyebrangi lautan….maaf….sekali lagi maaf jika surat ini terlalu lancang…..hanya saja sebagai rakyatmu….kami sudah terlalu lelah menunggu……

**) Catatan ini telah dimuat di http://public.kompasiana.com

Menjadi Figur Bagi Diri Sendri

Andaikan sebelum dilahirnya, kita diberi kesempatan untuk memilih, siapakah yang akan menjadi orang tua kita, mungkin pilihan kita akan seragam. Kita tentu akan memilih dilahirkan di tengah-tengah pasangan yang saling mencintai yang hidup dalam kondisi serba berkecukupan. Namun bagaimanakah jika kita terlahir di tengah keluarga yang broken home ?? uhh....

Kepala saya mendadak pening saat mendengar cerita seorang teman yang selama ini telah menjadi salah satu sosok yang saya kagumi selain kedua orang tua saya. Rasa kagum saya kepadanya sontak berubah menjadi pemujaan. Betapa tidak, seseorang yang begitu berarti dan menjadi sumber inspirasi dalam hidup saya itu ternyata adalah salah satu korban keluarga broken home. Padahal teman saya terbungkus dalam “kemasan” yang sangat sempurna, dewasa, cerdas, alim (untuk ukuran kota sebesar Jakarta tentunya), semasa sekolah prestasinya cukup mengagumkan dan saat ini pun dia telah memiliki pekerjaan yang tergolong cukup mapan.

Meski jarak yang terbentang diantara kami berdua demikian jauh saat dia bercerita, namun getaran hatinya terasa begitu menguncang perasaan saya. Ayah yang seharusnya mengayomi, menafkahi, dan mendidik anak-anaknya, ternyata telah tega meninggalkan seorang istri dan keempat anaknya.

Kegetiran tetap terasa menyakitkan batin saya saat mendengar penuturan teman saya. Meski tergolong sosok yang tabah dan tegas hingga nyaris terkesan garang, ternyata luka yang sangat dalam terlanjur membekas. Suara yang biasa terdengar kuat dan ceria itu terdengar tertekan.

Kenyerian itu mendadak ikut menyayat batin saya. Tak mudah bagi seorang anak yang masih duduk di bangku TK menerima kenyataan pahit sang Ayah tega meninggalkan Ibundanya berikut seorang kakak yang masih duduk di bangku kelas 2 SD dan dua orang adik yang masih berusia balita.

“Aku mencoba menjadi figur bagi diriku sendiri…sebab kalau tidak aku tidak tahu apa ya ng terjadi pada diriku saat ini,” katanya sambil tertawa. Namun entah mengapa, tawa itu terdengar demikian getirr...

Ya Tuhan….ingin rasanya tangan ku merengkuh dan memeluknya sebab sosoknya yang tegar mendadak berubah menjadi sosok bocah kecil yang begitu kesepian, sendirian…..mencoba dan memaksakan diri untuk tegar….dan terus menerus mangatakan dalam batinnya…..semua pasti akan baik-baik saja…..semua pasti akan baik-baik saja…..namun ternyata tidak….

“Yah, aku beruntung, demikian pula dengan adikku yang nomer 3, namun yang nomor 1 dan nomor terakhir hancur….” tuturnya dengan nada sangat getir.

Ya Tuhann...

Itulah yang terjadi ketika sebuah kapal akhirnya karam lantaran terhempas badai. Para penumpangnya, masing-masing mau tak mau harus berusaha menyelamatkan diri sendiri.

Begitu pula yang terjadi pada anak-anak yang terlahir di tengah keretakan bahkan kehancuran sebuah keluarga. Anak-anak itu biasanya harus berjuang keras untuk berdiri tegak menatap kehidupan, karena ia terlahir dengan cerita pedih.

Perceraian memang tak seharusnya berakhir dengan derita yang berkepanjangan. Namun tak dapat dipungkiri keretakkan rumah tangga hampir dapat dipastikan memberikan dampak buruk pada anak-anak. Setidaknya perceraian pasti mengoreskan kenangan pahit dan menyakitkan bagi anak-anak. Perasaan un happy, hingga hilangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan hadirnya kesedihan dimasa kanak-kanak mereka yang seharusnya penuh dengan keceriaan.

Berusaha menjadi figur bagi diri sendiri adalah salah satu jalan alternatif bagi anak-anak korban perceraian agar tak ikut luluh lantak akibat kehancuran rumah tangga orang tuanya.

Namun itu hanyalah alternatif mengurangi dampak negatif secara fisik. Namun secara psikis, tetap saja perceraian tetap saja menimbulkan rentetan goncangan-goncangan yang menggoreskan luka batin yang sangat dalam. Sangat wajar bila pada akhirnya dalam beberapa kasus terjadi anak yang orangtuanya bercerai, pada saat dewasa, menjadi takut untuk membuka diri dengan lawan jenis atau bahkan lebih jauh lagi menjadi takut menikah. Sebab disadari atau tidak, perasaan khawatir perkawinannya nanti akan mengalami nasib yang sama seperti orangtuanya tetap menghantui.

“Menjadi figur bagi diri sendiri” boleh jadi dapat dijadikan upaya “penyelamatan diri” yang bersifat sementara sebab jika alternatif jalan itu terus dijalani, sesungguhnya itu hanya akan menimbulkan luka baru....seperti yang pernah diungkapkan seorang teman saya yang begitu bijak....akan tetap ada “ruang” yang kosong di sukma…hanya akan meninggalkan ”lubang di dalam hati…”

Namun entahlah.... hingga kini saya pun tak sanggup dan ttidak berani menanyakan kepada teman saya “Apakah hatimu baik-baik saja?” meskipun setiap hari saya selalu merasakan kesunyian, kesepian di lorong2 hatinya….

Kesulitan membuka diri, membuka hati, kesulitan untuk menyayangi lantaran sibuk menghindarkan diri dari luka batin yang tak berkesudahan ternyata telah menimbulkan dampak negatif yang jauh lebih mengerikan akibatnya.

Sampai kapankah lubang yang mengangga lebar itu akan terus dibiarkan melukai jiwanya ??? entahlah.....meskipun setiap saat saya selalu ingin memintanya untuk tidak terus menerus menyembunyikan luka batinnya sebab itu hanya akan memelihara kepedihannya....tetap saja tak satupun kata dapat terangkai....hanya doa, dan doa yang terus saya rangkaikan untuknya....memohon agar Sang Maha Pengasih berkenan menghapus semua luka dihatinya....just let it be, let it be, let it be...

Catatan ini merupakan moderasi dari artikel dengan judul yang sama pada http://publickompasiana.com

Gang Dolly

Gang Dolly….tiba-tiba pikiran saya tertuju pada lokasi yang tergolong padat penduduk di daerah Jarak, Pasar Kembang, Surabaya. Dulu, saat saya kelas IV SD karena penasaran berat, saya minta Papi mengajak ke lokasi pelacuran yang konon kabarnya terbesar se Asia Tenggara itu. Bahkan, menurut kabar burung, Gang Dolly jauh lebih besar dari Phat Pong di Bangkok, atau Geylang di Singapura. Ditengah panas mentari...jauh-jauh dari Semarang, saya akhirnya melihat juga lokasi pelacuran yang tersohor itu.

Konon, menurut sebuah situs ternama, gang dolly sudah eksis sejak jaman Belanda. Awalnya gang Dolly dikelola oleh seorang perempuan keturunan Belanda yang dikenal dengan nama Tante Dolly. Meski hingga sekarang keturunan dari Tante Dolly itu masih ada di Surabaya, namun dia tidak mengelola bisnis panas itu lagi.

“Hati-hati kalau mau pergi ke Surabaya. Sebab disana sulit mencari hotel yang bersih,” begitu kata teman SMA saya, saat kami bertiga lagi reunian di sebuah cafe. Dia lantas bercerita tentang kisah-kisah yang tak terungkap seputar kota Surabaya dan terutama Gang Dolly yang seolah menjadi magnet paling kuat bagi kota Surabaya.

Saya menyimak cerita itu dengan antusias. Kata orang, begitu ungkap teman saya (saya percaya karena memang dia jauh lebih di atas saya kadar elingnya) tarif paling murah di Gang DolLY Rp. 90.000. Tapi hebatnya disana tersedia bermacam-macam pilihan....saya tiba-tiba teringat sebuah tayangan stasiun televisi swasta yang mengupas tentang kehidupan PSK Gang Dolly.

Seorang PSK yang berada di kegelapan terdiam saat ditanya tentang alasan yang melatarbelakangi dia terjerumus ke dunia hitam....apakah karena faktor ekonomi ? ataukah karena adanya faktor lain ? Sakit hati ? Balas dendam ? atau karena kenikmatan ? akhirnya dia menjawab faktor ekonomi....lantas dia menuturkan kisah klasik yang sering terungkap....gadis lugu dari desa, lulusan SMP, dengan semangat ingin membantu meringankan beban orang tuanya. Meski sudah tahu temannya bekerja sebagai PSK, dia tetap setuju saat diajak bekerja di tempat yang sama, di gang Dolly....Katanya....orang tuanya tahunya dia bekerja di sebuah toko di Surabaya....akhirnya pekerjaan menyeretnya pada gemerlapnya kehidupan kota yang semu....dugem....mabuk-mabukan....”kadang hati saya nggak kuat, kadang inget dosa, kalau mabuk jadi agak terasa ringan....

Uhf....dada dan kepala saya tiba-tiba terasa berat....begitulah....hidup tak pernah terasa mudah....begitu banyak alasan berserakan jika kita mendengarkan dengan hati cukup dengan berjalan melintasi satu lorong jalan di Gang Dolly....ada yang melacur karena tidak ada pilihan lain, ada karena yang diperdaya temannya sendiri, ada yang karena dipaksa suaminya, ada yang karena patah hati, ada yang karena himpitan ekonomi.....Alasan yang sama akan menyergap kala kita dengarkan jeritan perempuan-perempuan malang di sepanjang rel Jatinegara.....

Yang unik, pernah sempat menjadi perdebatan hebat saat Gang Dolly diusulkan menjadi obyek wisata andalan Surabaya.....begitu berita di televisi swasta itu menyebutkan.....

Hahhhh?????? Obyek wisata andalan ???

Tak cukupkah kesohoran gang Dolly hingga kita perlu mengorbitkannya menjadi objek wisata andalan ??? Hehe....saya jadi tersenyum....membayangkan kunjungan turis ke Indonesia akan mengalahkan Thailand.....karena tertulis....Gang Dolly sebagai salah satu obyek wisata andalan....

Sebuah usulan yang sangat aneh....sangat tidak logic (meminjam bahasa Prof.Ing. Habibie....) Sebuah andalan seharusnya benar-benar patut diandalkan. Namun pantaskah kita mengandalkan sesuatu demi meraup triliunan rupiah dengan mengorbankan perempuan-perempuan malang itu ????

Perempuan malang ??? atau laki-laki malang ??? Entahlah.....

Lokalisasi pelacuran yang tetap dilanggengkan ....bahkan dipupuk semacam Gang Dolly itu pun masih mengundang tanda tanya besar dalam hati.....(maaf, saya tak bermaksud menjadi orang yang sok suci....namun saya hanya menganalisa ini berdasarkan logika bahwa prinsip dasar pembangunan adalah membangun segala sesuatunya menjadi lebih baik.....bukan sebaliknya.....demikian pula dengan pembangunan sosial yang seharusnya dikedepankan lebih dulu ketimpang sekedar pembangunan ekonomi.......)

Pembangunan sosial yang diarahkan kepada pembangunan manusia. Seperti apakah pembangunan manusia ?? sangat absurb, namun akan terasa mudah jika kita mulai melakukannya satu langkah demi satu langkah......

Pikiran saya mendadak melayang kepada masa kecil saya.....saya bersyukur dibesarkan oleh kedua orang tua yang sangat bijak....terlepas dari kekurangan-kekurangan mereka....namun saya sangat berterima kasih karena mereka tak hanya mengenalkan kehidupan dalam dua warna saja melainkan dalam rangkaian warna-warna pelangi.....ada jingga, ada unggu.....

“Bukan mau mereka seperti itu, “ kata Mami sambil mengingatkan agar saya jangan memandang Mbak Shinta dengan tatapan terheran-heran. “Mereka bukan makluk aneh, Di..mereka juga manusia biasa, sama seperti kamu, “ tandas Mami dengan suara tegas nyaris marah kala mataku terbelalak mendengar suara Mbak Shinta yang berubah dari genit menjadi bariton.....

Kadang saya tak habis mengerti, mami rela menghabiskan waktunya untuk mengunjungi “anak-anak asuh” – begitu mami menyebut mereka. Bahkan, mami tak malu kala mereka dengan postur badan mereka yang tinggi, besar merangkul sambil berteriak “Mami.....” ditengah kerumunan orang.....

“Kasihan mereka, mereka selalu dikucilkan oleh keluarga begitu keluarga mereka tahu. Padahal begitu banyak pertanyaan yang mereka tak mampu menjawabnya....mereka juga tidak mau terlahir dengan dorongan perasaan sebagai perempuan sementara mereka terlahir sebagai lelaki. Orang tua mereka biasanya langsung mengusir mereka....padahal mereka menjadi begitu karena salah orang tuanya, “ begitu kata Mami.

Menurut Mami, dalam diri setiap anak laki-laki biasanya ada dua dorongan kepribadian. Kadang keduanya sama-sama menonjol. Pada umur 4 tahun, hal itu dapat terlihat. “Makanya kalau kamu punya anak laki-laki besok, harus waspada, begitu umur 4 tahunan dia suka dandan, atau coba-coba pakai rok, kamu harus menegur dan membimbingnya....” pesan Mami.

Begitulah....Mami.....dia mengajarkan saya untuk memandang kaum waria sebagai manusia biasa, yang harus tetap dihargai dan dihormati. Bahkan Mami juga mengajarkan, mendekati mereka satu persatu agar mereka mulai menata kehidupan mereka secara mapan. “Mbok ya jangan ngider, jualan di jalan, berbahaya....lebih baik buka salon saja, “ begitu saran Mami. Mami mengajarkan mereka untuk bagaimana meminjam kredit pada BRI, bagaimana mereka satu sama lain saling membantu untuk merintis usaha salon.

Perlahan....Mami masuk dalam kehidupan mereka layaknya seorang Ibu. Bahkan pernah suatu hari saya diajak untuk menghadiri “Pernikahan” salah satu diantara mereka. “Ya lebih baik mereka mulai belajar memiliki hanya satu pasangan daripada menjalani kehidupan bebas, “ begitu dalih Mami, waktu saya menanyakan keabsahan “pernikahan” mereka.....

Mami mengajarkan mereka agar mereka tetap mendekatkan diri kepada Sang Pencipta....”Entah ke gereja, entah ke Vihara, entah ke Masjid....yang penting jangan pernah lari dari Tuhan mu, karena kepada Dia akhirnya kamu akan kembali ..., “ begitu kata Mami pada mereka, satu demi satu saat Mami berkunjung ke rumahnya.

Begitulah....saat natal, Gong Xi Fat Choi hingga lebaran kami pun sibuk menerima kunjungan “anak-anak Mami” ....menerima kue tart, menerima ketupat hingga kue keranjang...dan Mami pun sibuk memberikan bingkisan-bingkisan yang sama.....

Pernah suatu saat Mami sibuk mondar-mandir ke kantor polisi hingga ke rumah sakit....”Mbak X meninggal saat garukan....lihat....ada bukti-bukti telah dilakukan kekerasan pada saat garukan tersebut. Padahal Mami sudah sering memperingatkan dia....” kata Mami dengan suara terisak. Untungnya mami juga menganjurkan agar mereka ikut asuransi....padahal mami bukan agen asuransi.....Jadi akhirnya Mba X bisa dimakamkan dengan layak dan bahkan sempat memberikan bakti kepada orang tuanya yang sudah renta. “Ini dari X, Bu....dia titip buat Ibu, “ begitulah akhirnya si Ibu yang telah “membuang” anaknya itu pun menyesali tindakannya yang telah mengusir X....

Ada sebuah cerita unik.... salah satu dari si Mbak tiba-tiba “berubah wujud”.....dari seorang puteri yang cantik jelita menjadi seorang pangeran yang tampan rupawan.....Perubahan itu tak lepas dari pengamatan Mami. Secara khusus Mami langsung mengajak saya berbicara serius.

“Kamu jangan sekali-kali bersikap kasar. Kamu jangan langsung menolak ya....tolong kamu bimbing dulu....biarkan dia menemukan jati dirinya kembali.....tolong kamu bantu dulu, setelah dia bisa berdiri tegak, kamu baru tinggalkan.....tapi ingat harus pelan-pelan, jangan sampai bikin sakit hati atau kaget, “ kata Mami.

Huff!!!! Saya menghela nafas panjang. Tapi rasa sayang saya pada Mami tercinta....membuatku tak sanggup menolak permintaan itu.....begitulah hingga akhirnya si tuan puteri yang berubah menjadi pangeran rupawan itu akhirnya menikah dengan seseorang dan mereka langgeng hingga hari ini beberapa tahun kemudian.....dengan dalih saya masih sekolah (waktu itu saya masih kelas 1 SMA) saya menyatakan belum siap untuk pacaran....

Ingatan saya beranjak ke periode lain dalam kehidupan saya. Pernah suatu saat saya dekat dengan seorang teman....sebut saja “ E”di setiap kuliah, dia selalu terlihat ngantuk. “Jam berapa kamu pulang ?” tanya saya waktu itu. “Agak awal kok, jam 2..tenang aja, Mbak...” jawabnya santai. Dia lebih muda 2 tahun dari saya. Anak perempuan satu-satunya dari seorang Jenderal – begitu konon kabarnya. Saya dekat karena dia sedang tergila-gila pada Y – yang bak seorang adik bagi saya.

“Kalau Y mau, saya janji deh, Mbak, saya akan berubah. Tapi saya butuh pertolongan Y Mbak...kalau Mbak yang bilang Y pasti nurut Mbak.....” begitu pintanya....begitulah akhirnya....saya membujuk Y – “adik” saya agar bersedia “jalan” dengan “E”. “Ayolah, dia butuh pertolongan kamu Yan....” pintaku. “Tapi kabarnya dia bispak Mbak, tega apa adiknya dapat cewek bispak ???” sergah Y. “Siapa yang berhak menentukan siapa yang pantas dan siapa yang tidak pantas bagi kita ? Emang kamu yakin kamu lebih mulia dari dia ? Ayolah....pada dasarnya dia anaknya baik kok. Aku yakin asal niatan kamu tulus, aku yakin dia mau berubah...” pinta saya. Begitulah akhirnya Y jalan dengan E. Akhirnya E mulai belajar mengenal Tuhannya....

Kembali ke masalah Gang Dolly tadi.....setelah jalan berputar-putar.....haruskah Gang Dolly tetal terus dipupuk dan ditumbuhkembangkan tanpa kita menenggok, melihat lebih dalam lagi ??? Berapa banyak lagi hati perempuan-perempuan malang, laki-laki malang (sebab konon kabarnya Gang Dolly tidak hanya menyediakan PSK wanita saja tapi juga PSK pria) yang harus dikorbankan demi lembaran rupiah dan berputarnya roda perekonomian ??? Berapa banyak lagi hati anak-anak malang tak berdosa meski menanggis....menyesali lantaran dia terlahir sebagai anak pelacur ????? (bahkan untuk menulis kata-kata ini pun saya harus menahan hati saya untuk tidak bersedih....) Ya Tuhan......tak hanya merutuki nasibnya, mereka bahkan akhirnya bisa terjerumus pada lubang yang sama jika dia tak segera “dientaskan” , “diangkat” dari jurang yang demikian dalam......

Bukan salah mereka jika mereka mengambil jalan pintas untuk mencari kekayaan....mereka memilih menjual harga diri mereka, menjual diri mereka ketimbang bersusah payah menjadi pembantu.......(karena alasan itu pula saya selalu berusaha lebih menghargai pembantu saya lantaran mereka mau bersusah payah untuk menjadi pembantu ketimbang mencari jalan pintas seperti itu....) sebab mungkin tiada seorang pun yang mau bersusah payah membantu mereka untuk mengerti....

Bukan salah mereka pula jika mereka seolah tak memahami....bahwa semuanya hanya akan menghantar mereka kepada sebuah keabadian siksa yang demikian pedih dan menyakitkan.....sebab mungkin tak ada seorang pun yang mau dengan sabar menerangkan kepada mereka hingga akhirnya mereka memahami bahwa menghindari dari perbuatan dosa sejatinya adalah sebuah perjuangan yang teramat berat sebab pada dasarnya perjuangan terberat dari seorang manusia adalah berjuang melawan diri sendiri.....sebab dari awal diciptakannya alam fana ini....syetan telah berjanji....dia akan terus menerus membujuk, merayu manusia hingga akhirnya manusia mengikuti jalannya......

Bukan salah mereka pula.....sebab sejatinya berdasarkan hukum ekonomi, sebuah usaha JASA hanya akan tumbuh jika ada si pemakai JASA nya....artinya....usaha semacam Gang Dolly hanya mampu bertahan karena ada si pemakai JASA yang “membutuhkan” JASA tersebut.....artinya selama si pemakai JASA terus menerus tumbuh dan bertambah maka usaha JASA itu pun akan terus berkembang.....artinya, jika ada pertanyaan bagaimana memberantas pelacuran ????? Pertanyaan tersebut hanya dapat dijawab dengan prinsip ekonomi tersebut, selama si pemakai JASA masih tumbuh, maka usaha menyediakan JASA itu pun masih akan terus berkembang.

Meski demikian, salut untuk Pemda-Pemda yang telah berani mengeluarkan Perda Pelarangan Pelacuran seperti Pemda Tangerang. Meski pasti banyak mendapatkan tantangan, cemooh, bahkan ancaman, tapi setidaknya telah berusaha melaksanakan tanggungjawabnya sebagai seorang pemimpin, sebab pemimpin yang baik akan berusaha dan mampu mengajak yang di pimpinnya menuju ke kebaikan. Namun yang perlu diingat usaha pemberantasan pelacuran itu tak cukup hanya menerbitkan Perda Pelarangan Pelacuran, sebab itu artinya hanya menebas rumput di atas permukaan saja, tidak mencabut hingga ke akar-akarnya. Hal yang harus dilakukan adalah mencari pemecahan terhadap sumber permasalahan yang ada yaitu faktor ekonomi.

Program pelatihan usaha terpadu lengkap dengan program bantuan usaha semacam PMPN Mandiri atau Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri hendaknya tak hanya diperuntukkan di masyarakat pesisir atau pedesaan namun juga dilokasikan untuk pengentasan kemiskinan di lokalisasi semacam Gang Dolly diikuti dengan program Pembinaan dan Bimbingan yang Terpadu....sebab menyadarkan orang yang telah “tertidur lama” dan menikmati indahnya mimpi dari dunia pelacuran hanya dengan siraman rohani, ceramah keagamaan saja. Sebab yang mereka butuhkan lebih dari sekedar “hitam – putih” atau “surga dan neraka “ atau “antara pahala dan dosa” saja, mereka butuh empati, butuh kesabaran dan ketulusan serta peneguhan keyakinan bahwa mereka bisa meninggalkan itu semua asal mereka mau.....meninggalkan dunia gelap yang terlihat gemerlap....menuju ke kehidupan yang lebih baik meski lebih itu berarti membutuhkan keteguhan hati dan perjuangan.....

**) Catatan ini telah dimuat di http://public.kompasiana.com

Menangisi Nasib “Marwoto-Marwoto” Indonesia

Akhirnya Indonesia muncul sebagai negara yang pertama kali dalam sejarah penerbangan sipil di dunia, mempidanakan pilot dalam sidang di pengadilan umum karena kecelakaan pesawat. Tak ayal persidangan yang menempatkan capt. M. Marwoto Komar sebagai terdakwa di Pengadilan Negeri (PN) Sleman itu selain diliput wartawan nasional juga diliput oleh sejumlah wartawan dari negara lain.

Tragedi kecelakaan pesawat Garuda Indonesia GA 200 di Bandara Adisutjipto pada 7 Maret 2007 lalu itu mengakibatkan 21 penumpang tewas, lima orang di antaranya warga Australia serta puluhan lainnya luka. Akibat tragedi itu, capt. M. Marwoto Komar – pilot pesawat naas tersebut dituntut hukuman penjara selama empat tahun oleh Jaksa Penuntut Umum, Modim Aristo, karena didakwa melanggar pasal 479 (G) dan (F) KUHP, yakni akibat kelalaiannya telah mengakibatkan matinya orang lain serta rusaknya pesawat udara.

Dalam persidangan senin (10 Maret 2008) - yang memeriksa Kopilot Gagam Saman Rohmana sebagai saksi mulai pukul 09.00 hingga 13.35 WIB tersebut sempat terungkap sempat mengingatkan pilot Marwoto untuk tidak melakukan ’landing’ karena memang dianggap tidak memungkinkan sebagaimana rekaman standar prosedur komunikasi sebelum melakukan ’”landing”. Pada persidangan Senin (8/9), Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Sleman menolak seluruh eksepsi (keberatan atas dakwaan) dari pilot Marwoto Komar.

Persidangan lanjut, Senin (6 April 2009) capt. Marwoto Komar dinilai bersalah telah lalai dalam mengemudikan pesawat yang berakibat kecelakaan dan menyebabkan puluhan penumpang tewas. Kapten Pilot Marwoto Bin Komar akhirnya dijatuhi hukuman dua tahun penjara karena dianggap melanggar pasal 479 (g) huruf b dan huruf a yang merupakan dakwaan kedua dari Jaksa Penuntut Umum (JPU).

Dalam sidang yang dipimpin oleh Hakim Ketua Sri Andini SH, Marwoto dinilai bersalah telah lalai dan mengakibatkan pesawat mengalami kerusakan. Bahkan akibat kelalaiannya tersebut telah menyebabkan orang lain meninggal atau mengalami celaka.
Kelalaian tersebut, menurut majelis hakim karena Marwoto sebagai pilot flying (pilot terbang) tidak menginformasikan kejanggalan yang dihadapi kepada Co Pilot Gagam Saman Rohmana yang bertindak sebagai pilot monitoring, sesaat sebelum mulai mendaratkan pesawat di Adi Sutjipto Yogyakarta.

Majelis hakim menilai, seharusnya Marwoto menginfromasikan kejanggalan ini kepada co pilot, dan berkomunikasi dengan petugas bandara. Bila ini dilakukan, hakim menilai kecelakaan yang mungkin timbul tidak akan separah yang kemudian terjadi.

Majelis hakim membandingkan dengan kecelakaan Lion Air di Batam. Pilot dari awal mengomunikasikan kendala‑kendala yang dihadapi ke petugas bandara, sehingga petugas di darat bisa melakukan persiapan dengan baik untuk mengantisipasi segala kemungkinan.

Namun demikian, meski Hakim memutuskan Marwoto bersalah melanggar pasal 479 (g) huruf b dan a, keputusan tersebut bukan keputusan mufakat. Satu dari lima hakim yakni Aris Bawono Langgeng memiliki pendapat berbeda. Menurut Aris saat membacakan dissenting opinion menyatakan terdakwa tidak bisa dipidanakan dengan pasal 479 tersebut. Menurutnya, terdakwa telah melakukan upaya penyelamatan penerbangan. Sehingga meski tidak dapat dibuktikan karena tidak terekam di dalam voice data recorder serta tidak dibenarkan oleh saksi Gagam Saman Rohmana dan hanya berdasarkan pengakuan terdakwa, namun menurut Aris, Marwoto tidak bisa dipidana.

Keputusan tersebut menimbulkan reaksi keras, pada Minggu (26/4) sore, Federasi Pilot Indonesia (FPI) menyatakan anggotanya siap melakukan mogok kerja. Dihadirkannya barang bukti yang tidak boleh diajukan ke pengadilan seperti flight data record (FDR) dan cockpit voice recorder (CVR) oleh Jaksa, dianggap Federasi Pilot Indonesia bertentangan dengan konvensi internasional dan Annex 13. Seharusnya, peradilan menghormati lex specialis derograt legi generali dari UU No 1 tahun 2009 tentang penerbangan yang adalah ratifikasi dari konvensi internasional ICAO soal tidak bolehnya menggunakan data atau barang termasuk keterangan para personil yang bekerja dalam tim penyelidikan keselamatan penerbangan sebagai barang bukti maupun saksi.

Menurut Presiden FPI Capt Manotar Napitupulu, jika sampai Mahkamah Agung Marwoto tetap dianggap bersalah maka asosiasi pilot beberapa maskapai, di antaranya dari Garuda Indonesia, Merpati Nusantara, Mandala Airlines dan Sriwijaya Airlines akan melakukan mogok kerja.

Layakkah Pidana Itu ?

Pertanyaannya kemudian adalah, pantaskah capt. M. Marwoto bin Komar dijatuhi hukuman pidana penjara 2 tahun karena dianggap melanggar pasal 479 (g) huruf b dan a?

Pertanyaan tersebut harus dijawab seobyektif mungkin dengan melihat beberapa fakta yang ada. Pertama, kriminalisasi pilot adalah hal pertama yang terjadi di dunia. Mengapa dunia tidak pernah melakukan kriminalisasi terhadap pilot ? Alasan apa yang melatarbelakangi tindakan tersebut ? Meski tidak dapat menjawab secara tepat pertanyaan tersebut namun kisah tentang kriminalisasi kecelakaan pesawat di Jepang dapat mengambarkan alasan mengapa tindakan kriminalisasi pilot tidak pernah dilakukan di negara-negara lain.

Menurut beberapa sumber, kriminalisasi kecelakaan pesawat (:bukan kriminalisasi pilot) pernah terjadi di Jepang. Kecelakaan pesawat yang terjadi pada 31 Januari 2001 hampir terjadi tabrakan di udara, di atas Yaizu, antardua pesawat jet JAL. Pesawat menghindari tabrakan dengan membuat manuver yang tiba-tiba sehingga para penumpang terluka karena berbenturan di dalam pesawat. Kasus ini terjadi karena satu pesawat mengikuti instruksi ATC dan pesawat yang lain mengikuti instruksi alat pencegah tabrakan otomatis (TCAS) sehingga dua pesawat bukan menjauh, tetapi malah makin mendekat.

Berdasar investigasi KNKT Jepang, polisi membawa kasusnya ke kejaksaan yang kemudian menuntut ATC dan penerbang JAL 907 ke pengadilan. Tindakan tersebut menimbulkan reaksi keras dari Federasi Penerbang Internasional (IFALPA) dan Federasi ATC Internasional (IFATCA). IFALPA dan IFATCA menyatakan bahwa dengan membawa kasus ini ke pengadilan, Pemerintah Jepang bukan meningkatkan keselamatan penerbangan tetapi justru akan menurunkan jaminan keselamatan penerbangan dengan menciptakan ketakutan terhadap investigasi yang diwajibkan secara internasional. Dari sini kemudian pemerintah Jepang membatalkan segala tuntutan hukum.

Menyoal KUHP tentang Kejahatan Penerbangan

Kedua, mencermati pasal-pasal yang dianggap telah dilanggar capt. M. Marwoto bin Komar yaitu Pasal 479 g huruf a dan b. Berikut bunyi Pasal 479g yang terdapat dalam Bab XXIXA tentang Kejahatan penerbangan dalam KUHP selengkapnya : Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan pesawat udara celaka, hancur, tidak dapat dipakai atau rusak, dipidana:

a. dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun, jika karena perbuatan itu timbul bahaya bagi nyawa orang lain;

b. dengan pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun, jika karena perbuatan itu mengakibatkan matinya orang.

Namun, sayangnya, Majelis Hakim tidak melihat latar belakang lahirnya pasal-pasal yang dianggap telah dilanggar capt. M.Marwoto bin Komar tersebut. Merujuk beberapa sumber antara lain “KONVENSI & PERANGKAT HUKUM DALAM MELAWAN TERORISME UDARA” oleh : Indro Dwi Haryono, kita dapat mengetahui bahwa sejatinya keberadaan pasal-pasal dalam KUHP yang mengatur tentang Kejahatan Penerbangan itu dibuat untuk melawan terorisme udara. Kejadian 11 September 2001 telah mengingatkan semua pihak bahwa tranportasi udara dapat disalahgunakan untuk kepentingan kriminal atau politik tertentu dalam bentuk terorisme udara. Namun apakah itu artinya “kelalaian” capt. M. Marwoto bin Komar dapat disamakan dengan “kejahatan terencana” teroris??? Profesi pilot merupakan pekerjaan spesial sehingga harus diperlakukan spesial atau ’lex specialis’ dan bukan ’lex generalis’, sangat naif rasanya jika “kelalaian” disejajarkan dengan aksi “kejahatan terencara” teroris.

Kesejahteraan

Ketiga, menyoal kepantasan kesejahteraan pilot di Indonesia – yang tertinggal bila dibandingkan penghargaan yang diberikan kepada profesi yang sama di luar negeri. Wajar bila ramai-ramai pilot kita hijrah ke luar negeri. Ketika kita ke Hanoi naik Vietnam Airlines misalnya, kita akan menemukan salah satu pilotnya ternyata adalah “mantan” pilot Adam Air .

Melalui agen-agen jasa penerbangan seperti jasa perusahaan Parc Aviation dan Aviation World Services para pilot Indonesia melamar kerja ke maskapai penerbangan asing. Jika pilot Indonesia lolos kualifikasi yang ditentukan, maskapai penerbangan asing akan menerima pilot itu dengan kontrak kerja selama dua tahun. Gaji yang diterima pilot sudah dipotong untuk fee agen. Meski gaji dipotong untuk biaya agen, pendapatan yang diterima pilot Indonesia masih tetap tinggi. Rata-rata gaji yang diterima pilot sekitar 9.000-13.000 dollar AS per bulan. Coba dibandingkan dengan rata-rata gaji yang diterima seorang pilot atau co-pilot di Indonesia. Sangat dipahami jika kemudian pilot-pilot Indonesia berbondong-bondong “kabur” ke luar negeri. Bahkan Data Federasi Pilot Indonesia menunjukkan, pilot Indonesia yang bekerja di maskapai penerbangan asing jumlahnya 250 orang yang tersebar di beberapa maskapai seperti Singapore Airlines, Orient Thai, One-Two-Go, Qatar Air, China Airlines, Korean Air, Vietnam Air dan Asiana.

Padahal, pilot merupakan sebuah profesi yang memiliki beban kerja yang sangat tinggi sebab di tangan pilot keselamatan penumpang pesawat diletakkan. Artinya, kondisi tersebut sangat dipahami pula bagi pilot. Tingkat tekanan mental yang dirasakan pada saat pilot menyadari kondisi cuaca yang tak menentu, kerusakan peralatan dalam pesawat yang mendadak terjadi – misalnya pilot otomatis mendadak tidak berfungsi sehingga harus terbang manual - merupakan sesuatu hal yang dapat menimbulkan beban tersendiri. Terlebih ada kalanya schedule yang membuat pilot maupun co-pilot harus rela meninggalkan keluarga lebih dari 2 hari. Artinya, penghargaan terhadap profesi mereka seharusnya disejajarkan dengan beban kerja baik fisik maupun psikologis yang harus mereka tanggung.

Bukan Profesi Biasa

Merujuk artikel “Penerbang Sama Dengan Sopir Angkot ?yang ditulis Chappy Hakim maka kita mau tidak mau harus mengakui bahwa pilot bukanlah seperti profesi lainnya. Karenanya secara periodik seorang pilot maupun co-pilot harus diuji secara periodik terkait kondisi baik fisik maupun keahlian, dan sehingga akhirnya baru dinyatakan layak untu menjalankan pesawat yaitu sesuai dengan regulasi yang ada , pada setiap 6 bulan sekali mereka harus melakukan tes kesehatan dan juga ”proficiency check” untuk keterampilan terbangnya.

Untuk menjadi seorang pilot atau captain pilot ada serangkaian persyaratan khusus yang diatur secara ketat dalam beberapa peraturan yang harus dipenuhi seseorang co-pilot yang ingin meningkatkan posisinya menjadi captain pilot.

Tak hanya itu, pilot juga merupakan profesi yang “bukan biasa” (: menghindari kata istimewa) sebab dalam sekolah penerbangan terlebih dulu mereka di tempa dengan berbagai pengetahuang yang diberikan dalam program “grounc school” yang dilanjutkan pada pembelajaran tentang pesawat yang akan digunakan.

Belum lagi pengenalan ”cockpit”, bukanlah sesuatu yang mudah. ”cockpit drill”, dalam mengenal peralatan yang ada di cockpit akan termasuk didalamnya bagaimana menghafal semua panel dan ”switch” yang terdapat di ruang kemudi. Belum lagi prossedur keadaan darurat yang sebagian besarnya harus hafal diluar kepala, dan ini memerlukan tingkat kecerdasan tertentu. Sebelum terbang masih ada lagi sesi latihan di simulator, yang mencakup banyak hal antara lain prosedur keadaan darurat serta pola untuk ”take off” dan ”landing”. Keterampilan berkomunikasi yang merupakan bagian yang utuh dari proses pelaksanaan satu penerbangan akan menjadi beban ekstra dalam latihan di simulator . Setelah semua itu berjalan dengan hasil evaluasi yang memuaskan, barulah seorang siswa penerbang diperkenankan untuk memulai latihan terbang dengan menggunakan pesawat terbang sebenarnya. Dus, ketika seorang pilot maupun co-pilot ditugaskan artinya dia sudah diuji kelaikkan terbangnya.

Jadi harus dipahami adalah pilot merupakan profesi yang membutuhkan kemampuan dan pemahaman teknologi yang sangat tinggi. Tidak sembarang orang bisa menjadi pilot yang andal dan tidak mudah pula mencetak pilot yang profesional.

Beban kerja yang ditanggung tiap pilot maupun co-pilot pun makin bertambah manakala permintaan pasar semakin tinggi. Melonjaknya trend transportasi melalui udara telah membuat beberapa maskapai menambah route penerbangannya. Kondisi tersebut menyebabkan makin bertambahnya beban kerja yang harus ditanggung setiap first officer di penerbangan. Lantas pertanyaannya, berapa leg yang dapat dipikul seorang pilot maupun co-pilot ? Tercatat ada beberapa maskapai yang mempercayakan beban hingga 6 leg pada pilot maupun co-pilot mereka. Namun ada juga maskapai yang memaksa pilot terbang delapan kali sehari hingga berbuntut pada ancaman mogok kerja. (: baca berita “Dipaksa Terbang 8 Kali Sehari, Pilot Ancam Mogok” yang berisi tuntutan seluruh pilot perusahaan penerbangan Riau Airlines / Forum Komunikasi Penerbang PT RAL. PT RAL memiliki lima pesawat jenis Foker 50 yang melayani 80 sektor tujuan. PT RAL memiliki 31 pilot. Selain berupa penerbangan komersial yang berbasis di Pekanbaru, RAL melayani penerbangan carter. Karena tuntutan “pasar” maka meningkat pula beban kerja pilot dan co-pilot) lantas jika begini masihkan pilot layak menjadi sasaran tembak pertama terjadinya kecelakaan ??

Namun yang jelas, jika vonis 2 tahun pidana penjara tetap dijatuhkan pada capt. M. Marwoto bin Komar itu adalah “mimpi buruk” bagi dunia penerbangan - tak hanya dunia penerbangan di Indonesia.

Sama halnya dengan profesi militer, maka pengadilan terhadap profesi pilot sebaiknya dilakukan oleh pengadilan profesi jugaartinya Majelis Profesi Penerbangan harus segera di bentuk sesuai dengan Undang-undang No 1 tahun 2009 tentang Penerbangan. Sebab jangan sampai para pilot dan co-pilot yang sudah memiliki beban kerja yang demikian tinggi itu akhirnya berujar “kalau aku lebih baik mati sekalian daripada dipenjara” sebab bagi mereka tentu, tanpa diberikan shock terapy – berupa dipenjaranya rekan seprofesi mereka - dengan sendirinya musibah yang dialami penerbang lainnya telah menjadi warning otomatis bagi mereka untuk lebih berhati-hati dan selalu berusaha mengambil keputusan paling tepat dan cepat (:konon mengambil keputusan saat menerbangkan pesawat dalam hitungan detik).

Bagi capt. M. Marwoto bin Komar sendiri, entah kapan mimpi buruk itu akan berakhir....saya percaya meskipun pada akhirnya pengadilan memutuskan M. Marwoto Komar tak bersalah (:tanpa menisbikan penderitaan keluarga korban tragedi), namun mimpi buruk tentang tragedi kecelakaan pesawat Garuda Indonesia GA 200 pada 7 Maret 2007 di Bandara Adisutjipto bagi capt. Marwoto tak akan pernah berakhir...rasa duka yang mendalam atas tewasnya 21 penumpang pada pesawat yang diawakinya, rasa bersalah dan penyesalan tetap akan menghantui seumur hidupnya.

*)meski tulisan ini jauh dari kesempurnaan dan pastinya tidak dapat memuaskan semua pihak khususnya korban tragedi GA-200 namun tulisan ini didedikasikan pada "Marwoto-Marwoto" Indonesia....yang tak kenal letih menempuh mil demi mil ....semoga tak ada lagi "Marwoto Jilid 2 dst....

**) Catatan ini telah dimuat di http://public.kompasiana.com

Rabu, 21 Januari 2009

Obama, Jangan Sekedar Janji....

Antusiasme warga dunia atas dilantiknya Presiden Amerika Serikat yang baru Barack Obama. Sayangnya...tak ada sepatah kata pun yang menyinggung konflik Gaza meluncur dari pidato pertama Obama selaku Presiden Amerika Serikat. Sementara beberapa hari yang lalu Menlu AS Condolezza Rice justru sempat mengalang kekuatan dunia barat yang intinya menyatakan Hamas sebagai teroris karenanya harus di hambat segala akses persenjataan Hamas.

Saya jadi teringat percakapan saya dengan seseorang Politisi Jordan, tentang Obama. Saya binggung waktu ditanya apakah saya termasuk "pemuja" Obama. Sebab kala itu hingga sekarang dunia begitu memuja Obama. Saya jawab, tidak. Tapi saya adalah pendukung Obama. Maksudnya saya mendukung jika memang Obama sungguh-sungguh mewujudkan janji2 kampanye dia, menciptakan perdamaian dunia.

Bagi saya perdamaian dunia baru akan ada jika semua pihak belajar bersikap adil, jujur, tidak curang, tidak mengambil hak siapapun. Siapa pun yang diperlakukan tidak adil,hak nya diambil pasti akan melakukan perlawanan.

Saya yakin...jika ditelusuri dari fakta-fakta sejarah, pasti akan ditemukan bukti-bukti akurat siapa pemilik seharusnya atas tanah yang diklaim Israel sebagai wilayahnya.

Permasalahannya....pasti ada minyak dibalik perang....saya jadi teringat kasus Timor Timur yang sekarang bernama Timor Leste....andai tidak ada celah Timor yang konon mengandung uranium dan sejenisnya....mungkin Indonesia tidak perlu dibawa ke Mahkamah Internasional.....

Sungguh ngeri saya membayangkan betapa berat "harapan" yang disandarkan ke pundak seorang Obama..sanggupkah dia keluar dari mainstream "American" sehingga dapat dengan secara objektif, adil dan bijak melihat dan mengeluarkan "kebijakan" yang benar-benar mencerminkan seorang pemimpin yang diharapkan oleh dunia ???

Nampaknya baru kali ini dunia menaruh harapan begitu besar kepada seorang Presiden Amerika Serikat.....tak hanya rakyat Amerika Serikat....namun juga umat Muslim yang sudah lama memiliki stereotipe negatif atas Amerika Serikat....lantas....pantaskah harapan yang begitu besar pupus begitu saja ??

Minggu, 04 Januari 2009

Menghargai Nyawa diatas Keputusasaan

Semoga dengan membaca tulisan ini kita dapat terinspirasi, bagaimana menghargai nyawa diatas keputusasaan. Fenomena keputusasaan yang berujung pada keputusan untuk bunuh diri yang mencuat belakangan ini seolah makin tak berarti jika kita bersedia mengeja ketabahan seorang Guntur Prawiro dalam menjalani hidupnya. Diatas kursi rodanya, dia mencoba merajut kembali dawai-dawai kehidupan satu persatu. Senyumannya, keceriaannya masih seperti dulu, kala kecelakaan itu belum merengut kegagahannya. Kesedihan dan keputusasaan dia kuburkan rapat-rapat, dan tiada sedikitpun tampak di raut wajah yang pucat itu.

Liburan kemarin adalah liburan yang paling berkesan bagi saya. Luar biasa karena saya tiba-tiba “dipertemukan” dengan seorang teman yang saya pikir sudah meninggal. “Itu ada Ayah teman kamu, itu lho yang kata kamu koma gara-gara kecelakaan waktu SMA dulu, Dia sudah menikah lho tahun 2005 lalu. Tapi masih harus pakai kursi roda,“ kata Mama. Kata-kata Ibu saya sangat mengejutkan bagi saya. Sebab di benak saya Guntur sudah meninggal sebab terakhir, 12 tahun yang lalu, dia tergolek lemah dengan badan penuh luka di ruang ICU sebuah rumah sakit swasta di Semarang. Darmawisata ke Bali yang sedianya dia ikuti, pun urung lantaran kecelakaan yang menimpanya saat dia mencari HT untuk keperluan wisata usai kenaikan kelas 2 SMA itu. Waktu itu saya sempat mendengar sudah tidak ada harapan lagi untuk Guntur. . Terlihat seorang Bapak tengah berbincang-bincang dengan Ayah saya. Ternyata Ayah Guntur adalah teman Ayah saya. Akhirnya sore itu saya menyambangi rumah Guntur. Sempat ada rasa khawatir menyergap, jangan-jangan Guntur tidak mengenali saya. Di ruang tamu, terpampang foto pernikahan Guntur. Untunglah, itu benar-benar Guntur yang saya kenal.

Istri Guntur yang pertama kali menyambut kami. Rasanya saya tak sabar untuk bertemu dengan teman yang saya pikir sudah meninggal, saya langsung beranjak, dan menyongsong Guntur yang datang memasuki ruang tamu. Ditengah pintu menghubung tak lepas saya memandangi Guntur yang duduk diatas kursi roda. Senyuman lebar dan ramah langsung menghiasi roman muka Guntur yang pucat. Guntur menyebutkan nama saya perlahan....Sungguh keajaiban… Hampir saja air mata saya menitik, namun sekuat mungkin saya berusaha menahannya.

Satu jam berikutnya, seolah tak terasa telah terlewatkan. Keceriaan Guntur telah mencairkan keterkejutan saya dan menghangatkan suasana. Di luar dugaan saya, ingatan Guntur ternyata masih sangat luar biasa. Dia masih mengingat teman-teman SMA-nya dulu. Alvin, Ambar, Grace, Dhenny. “Mbak masih ingat Mas Basuki kan? Dia sekarang dimana Mbak?” tanya Guntur. Dia juga masih mengingat “kakak madya” (: dalam ospek SMA dulu ada 2 kakak madya – perempuan dan laki-laki yang diberi tugas “mengampu” satu kelas dan Basuki adalah kakak Madya untuk kelas 1.3 selain saya).Namun karena jadwal silaturahim begitu banyak, terpaksa “reuni” itu harus diakhiri. Guntur dan istri beserta kedua orang tua dan adiknya mengantarkan kami sampai di pintu depan.

Rasa bangga diam-diam menyergap. Ketegaran Guntur menghadapi hidup telah mengalahkan keputusasaannya. Semangat dan keceriaan Guntur masih seperti yang dulu. Bahkan kelemahan fisiknya seolah tak mampu menyembunyikan keteguhan seorang Guntur dalam menyikapi takdir yang harus diterimanya.

Walaupun luka bekas jahitan ada di sekujur tubuhnya, namun tetap saja celoteh riang seorang Guntur mampu mencairkan suasana. Bahkan dia mampu mencandai saya yang sempat melamun. Tak setitik pun dia menyesali takdirnya. Tiada sepatah kata pun yang memperlihatkan kesedihan seorang yang telah kehilangan kegagahannya...namun justru ketegaran dan keteguhan jiwanya yang membuat sosok Guntur tetap kokoh seperti dulu. Tak terasa rasa hormat saya makin membumbung. Melihat kegigihan seorang Guntur memperjuangkan hidupnya, rasanya makin tak ada ruang untuk memahami alasan seorang yang tega meghabisi nyawanya sendiri hanya karena sebuah alasan sepele, putus cinta, tidak lulus ujian, mengidap penyakit yang tak kunjung sembuh atau alasan lainnya.

Hidup memang mengandung berjuta misteri,begitu banyak ujian dan rintangan.Namun dengan sikap ikhlas menerima semua ujian-lah yang mampu menjadikan manusia yang sesungguhnya. Disini, saya belajar lebih menghargai sebuah kehidupan yang telah diberikan Sang Maha Pencipta kepada saya dari seorang Guntur Prawiro.... Tak pernah sedetikpun dia menyesali kecacatannya, justru dia terus menerus mensyukuri karunia Sang Pencipta yang telah memberinya kehidupan “kedua” setelah tidur panjangnya...teruslah berjuang sobat...tetaplah bersemangat dalam mengarungi hidup ini sama seperti dulu..doa kami akan selalu menyertai perjalananmu...