Selasa, 28 Oktober 2008

Arti Korupsi di Mata Sopir Taksi (1)

Hari ini, lagi-lagi harus pulang naik taksi. Lantaran ada demo lumayan besar di kantor saya, terpaksa saya naik jembatan penyebrangan di tengah gerimis hujan. Lantang terdengar orasi mahasiswa yang menyerukan gerakan revolusi kembali di kumandangkan. Ehm....sya jadi teringat masa-masa muda dulu. Begitu bersemangat, begitu berani meneriakkan tuntutan. Seiring berjalannya waktu, saya sekarang (hanya) menjadi seorang ibu dari 3 putri. Seakan-akan "pasrah" menjalani takdir sebagai PNS. Rindu perlahan menyeruak. Sebenarnya gelora itu masih ada. Apalagi jika melihat kaum tuna entah tuna apa saja yang sering saya temui di lorong-lorong jembatan penyeberangan seperti sekarang ini. Uang seribu rupiah saya mungkin lebih jauh berarti daripada saya berikan sekedar untuk uang jajan anak saya. Persetan dengan perda larangan memberikan uang kepada peminta-minta. Itupun tak cukup karena saya benar-benar tak sanggup melihat bajunya yang basah kuyup karena kehujanan. Belum lagi melihat anggota tubuhnya yang tak lengkap. Ya Allah, engkau begitu maha kasih kepada ku, tapi mengapa kau beri ujian begitu berat kepada Bapak itu ?Tiba-tiba rasa malu menyelip dalam batin saya...Ya tentu saja, di mata Allah, Bapak itu tentulah memiliki kesabaran yang jauh lebih besar dari kesabaran yang aku miliki, Bapak itu memiliki ketabahan yang lebih daripada ketabahan yang saya miliki. Karena Allah telah menjanjikan kepada umat-Nya tak akan memberikan ujian melebihi dari kesabaran umat-Nya.
Akhirnya saya naik taksi lantaran tak tahan melihat berjubelnya penumpang. Lagipula tak seberapa nilai rupiah yang saya keluarkan jika saya sudah melihat senyuman ketiga anak saya. Memang untuk seorang PNS biasa sangat berat rasanya membayar taksi. Tapi tak apalah yang penting saya sampai rumah ketiga anak saya belum tertidur. Di taksi mulailah saya dikuliahi tentang "korupsi" Masya Allah....saya baru tersadar betapa beratnya menegakkan benang yang basah....
Begini diantaranya ," kalau mengambil uang milik seseorang itu salah mbak, tapi kalau uang negara bagi saya nga masalah. Negara itu siapa sih ? uang negara itu uang siapa sih ? uang rakyat ? rakyat yang mana? Emang mbak nga pingin punya mobil ? Daripada 9 taun kerja mbak gini-gini aja. Kurus mbak kalau jadi orang lurus...salahnya mbak terlalu merasa takut untuk berbuat dosa. Kapan mau kaya mbak...dstnya..."
Duh....sepajang jalan tol yang macet itu terpaksa dech saya dengar "kuliah sesat" tentang "korupsi is oke" kata dia lagi, "Bagi saya sih nga papa dipenjara 3 taun keluar lalu tetap bisa makmur" trus selaku pengemar KPK tentu saya kesal, saya sautin, "Wah jaman sekarang KPK ng bisa diajak main-main, Pak. Anggota DPR, Jaksa aja ditangkep kok." Eh seolah tak mau kalah dia jawab, "Ah, KPK kan juga manusia, itu karena belum ketemu celahnya aja buat nyuap gimana."
Weleh-weleh benar-benar korupsi sudah mendarah daging ya di Indonesia ini.....Selamat berjuang KPK....semoga kelak anda2 semua termasuk ke dalam golongan manusia yang tak takut dan tak terkejut melihat dasyatnya kiamat nanti....

Selasa, 16 September 2008

Arti Sholat

Sebagai seorang mualaf…lucu ya…hingga saat ini saya berusaha lari mengejar ketertinggalanku selama 17 tahun untuk mempelajari Islam ternyata belum juga mampu memahami keelokkan Islam 0,5 % aja belum sampai lho….

Beberapa bulan lalu saya sempat berdebat dengan salah seorang teman. Pasalnya, dia, yang jauh lebih pandai dan lebih berumur dari saya justru tidak sholat, padahal dia muslim sejak lahir.

Saya berani mendebat dia, karena saya yakin, dia tidak tahu betapa beruntungnya dia....dilahirkan dalam keluarga muslim....tidak perlu melakukan perjuangan begitu berat untuk menjadi seorang muslim.

Anyway, saya tidak ingin renungan saya kali ini diartikan berbau sara. Sebagai mantan non muslim, saya mempunyai keyakinan semua agama baik, asal kita sungguh-sungguh saleh dalam menjalani agama yang kita yakini. Hingga saat ini beberapa teman dan sahabat saya juga non muslim, demikian juga kakak kandung saya.

Maksud saya, alangkah tidak eloknya kita sebagai manusia, berani untuk tidak mentaati perintah Allah – yang menciptakan kita. Sholat merupakan rukun Islam ke-2 setelah syahadat. Tentu, ibarat sebuah pernikahan, setelah mengucapkan akad, kita harus menunjukkan kesetiaan kita berupa ”setor muka” 5 x dalam sehari..maaf ya saya pakai istilah ”setor muka” agar mudah dipahami oleh orang Indonesia yang konon semar sekali ”setor muka”. Tapi ingat dalam Islam sudah ditegaskan. Bahwa Allah tidak membutuhkan ”setoran” itu karena Allah Maha Segalanya. Justru ”setor muka” itu buat menentukan nasib kita dihari akhir...”naik jabatan” alias bisa diangkat ke surga kah, atau justru masuk neraka....Seperti firman Allah :

Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan (QS.Ibrahim :31)

Kedua, jika kita pahami arti dari bacaan-bacaan sholat, juga berisi doa dan pujian kepada Allah. Seperti arti Surat Al-Fatihah yang selalu dibaca dalam tiap rukun shalat :

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Pengatur alam Semesta. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Tang berkuasa di hari pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya Engkaulah kami memohon pertolongan. Pimpinlah Kami ke jalan yang benar.Jalan orang-orang yang telah mendapatkan karunia-Mu, bukan jalan orang-orang yang mendapat murka-Mu dan bukan jalan orang-orang yang sesat.”

Indah bukan pujian dan doanya? Agar lebih mudah dipahami, mungkin dapat kita ibaratkan begini, dalam hidup, kita memiliki banyak pilihan. Seperti halnya cinta, begitu banyak orang yang dapat kita cintai. Bandingkan dengan syair sebuah lagu cinta ”Atas Nama Cinta...kurelakan hidupku denganmu.” Tapi siapa yang kita cintai ? ya kita harus berani menyatakan rasa cinta itu dengan syahadat. Lalu kita memuja-muja yang kita cintai. Nah dalam sholat itu kita juga memuja Allah. Dalam percintaan, jika kita memuji orang yang kita cintai tentu ada maksudnya kan ? Minimal cinta kita dibalas, terus mungkin siapa tau keinginan kita untuk menikah dengan dia diterima....dll....

Trus tentang 5 waktu yang ditentukan, ternyata itu berarti mendidik orang menjadi disiplin dalam mengatur waktu. Lantaran waktu shalat itu sudah tertentu dan dengan demikian melatih seseorang jadi disiplin dalam masalah waktu. Hehe cocok banget buat orang Indonesia kan ?? wah..sudah ashar...waktunya sholat...break dulu ya...sambung edisi Arti Sholat ke-2....

Minggu, 14 September 2008

PUBLIC RELATIONS(Chapter 10 Media Now)

Bab ini mendiskusikan perkembangan praktek public relation dalam upaya memberi informasi, mempengaruhi dan mengintegrasikan orang atau pihak satu dengan orang atau pihak yang lainnya. Termasuk didalamnya pembahasan tentang praktek PR, struktur dari industri PR, trend-trend terbaru dalam PR, dan isue tentang PR di sektor dunia industri dalam masyarakat informasi.

SEJARAH PERKEMBANGAN PR, SEBAGAI SEBUAH PROSES MEMBERI INFORMASI DAN MEMPERSUASI

Edward Bernays, seorang “penemu” PR modern mengungkapkan ada tiga elemen penting yang harus dimiliki public relation modern dalam praktek – yang pada dasarnya sama dengan PR masa lampau yaitu memberi informasi, mempengaruhi, dan mengintegrasikan kepentingan orang atau pihak satu dengan orang atau pihak lainnya. Menurut Edward, hanya alat dan metode yang digunakan saja yang berbeda. Perubahan alat dan metode tersebut disesuaikan dengan jaman yang juga mengalami perubahan.

Jadi pada awalnya, seperti diungkapkan Edward Bernays dan ahli sejarah lain, konsep PR digagas sebagai sebuah kegiatan organisasi yang bertujuan untuk mempengaruhi masyaraka.

Edward Bernays berpendapat Public relations professional muncul sejalan dengan perkembangan peradaban. Hal ini terlihat dari beberapa dokumen sejarah yang bersifat monumental seperti Magna Charta, yaitu piagam hak dan kebebasan bangsa Inggris di abad 13 yang memperlihatkan kemunculan kebebasan dari adanya kristalisasi dari adanya kekuatan public opinion, yaitu mengumpulkan pendapat dari maysarakat).

Beberapa contoh lainnya adalah dikenalnya istilah propaganda yang diartikan sebagai suatu tindakan yang disengaja untuk mempengaruhi perilaku dan opini masyarakat yang berawal dari gereja Katolik. Pada saat itu, di masa abad 17 gereja Katolik membentuk suatu dewan untuk menyebarkan iman atau kepercayaan yang disebut dengan Congregatio de Propaganda Fide.

Konsep PR yang lain dikemukakan para ahli PR dari Inggris, antar alain Paul Revere, Benjamin Franklin, John Peter Zenger, Samuel Adams, Alexander Hamilton, James Madison, dan John Jay. Samuel Adams bahkan disebut sebagai agen press terbaik yang sukses dalam merancang mesin perubahan politik dalam Revolusi Amerika. Sementara Hamilton, Madison, dan Jay mandapat pujian atas kemenangan pengesahan konstitusi dengan menerbitkan surat yang mereka tulis yang dikenal sebagai Federalist Papers dalam media massa pada tahun 1787-1878. Sementara dokumen lain yang anggap sebagai kerja PR antara lain Declaration of Independence, the Constitution, dan Bill of Right .

Menurut Curlip dan Browm, perkembangan PR professional dimulai pada akhir abad 19 dan awal abad 20 yang diawali dengan tindakan Henry Clay Frick mencoba untuk menggencet persatuan buruh di Perusahaan Carniege-Frick Steel dengan merusak dan menghancurkan persatuan menggunakan kekuatan militer di tahun 1882. Namun akhirnya perjuangan para pekerja sukses memenangkan opini publik, sehingga para akhirnya perusahaan dengan menggunakan PR profesional berusaha untuk dapat cepat mempelajari nilai-nilai yang ada dalam opini publik terkait masalah tersebut, mempelajari publisitas dalam menarik pelanggan dan investor.

Diawali dari itu, berbagai perusahaan Amerika mulai mendirikan biro press untuk mengelola dan menyebarkan berita yang baik dan menguntungkan untuk perusahaan mereka dan tidak menguntungkan untuk perusahaan saingannya. Asosiasi perdagangan juga mengalami demam PR di akhir tahun 1800an. Association of American railroad mengklaim bahwa mereka merupakan organisasi pertama yang menggunakan public relation dalam Yearbook of Railway Literature tahun 1897.

Di tahun 1900an PR berkembang menjadi agen press dan publikasi individu untuk memberi nasehat perusahaan yang menggunakan jasa mereka sebagai ahli dibidangnya. Perusahaan publisitas bangsa pertama adalah The Publicity Bureau yang didirikan di Boston tahun 1900. Dalam awal dekade 1900an juga muncul departemen PR dalam kantor badan amal yang berskala local, nasional, dan internasional. PR bertugas untuk mengkomunikasikan tujuan organisasi, praktik, dan kinerja dengan tujuan untuk membangun kesadaran public, memperoleh uang, mempengaruhi legislasi, merekrut sukarelawan, dan memperoleh dukungan public.

Pada tahun 1916perusahaan pengelola batu bara antransit dan Pennysylvia Railroad mulai bergerak dengan dukungan humas modern yang diberikan oleh Ivy Ledbetter Lee yang membuka kantor publisitas pertama dengan nama Parker dan Lee di tahun 1930.

Ivy Ledbetter Lee merupakan praktisi PR modern karena Lee membuat kebijakan publisitas mengenai “the public be informed” yang merupakan kebalikan dari pendapat tak popular ahli keuangan William Vanderbilt yang mengatakan “ the public be damned”.

Edward L Bernays dan istri yang menerbitkan buku Crystalling Public Opinion pada tahun 1933 dapat disejajarkan dengan Lee. Pada buku tersebut, Bernays dan istri mencantumkan bab public relation counsel melihat bahwa PR sebagai sebuah seni yang diterapkan dalam sains. Pada tahun 1917 Bernays bergabung dalam Committee of Public Information, yang juga dikenal sebagai Creel Committee, yang didirikan untuk menolong penjualan obligasi perang dan mempromosikan upaya perang. Bernarys membuat banyak front group (bekerja untuk kepentingan organisasi lain yang bila terlibat langsung bisa menjadi kntroversi).

Bahkan Ewen dan Tye menganggap Bernays sebagai ayah dari master of spin, yaitu suatu seni untuk memanipulasi opini publik untuk mendukung produk, jasa, ide, atau persoalan tanpa menghormati kebenaran satu kenyataanya.

Di tahun 1930an dan 1940an beberapa organisasi yang organisasi tempat berkumpulnya praktisi PR mulai bermunculan dan mencapai puncak di tahun 1948 yang dikenal dengan nama the Public relations Society of America (PRSA). Saat ini PRSA merupakan asosiasi keanggotaan PR terbesar didunia dengan lebih dari 20.000 anggota, terutama di Amerika.

Pada akhir tahun 1960an, PR mulai matang dan berkembang dalam perusahaan profesional, baik praktisi individu dalam bisnis, pemerintahan, dan organisasi non profit. Perkembangan pesat PR ini didorong oleh adanya ledakan dari pergolakan politik yang meliputi seluruh dunia, adanya gerakan untuk melindungi konsumen dari produk yang tidak aman, kondisi kerja tidak sehat, penggajian yang tidak adil, dan pelanggaran-pelanggaran lain. baik secara nyata atau masih berupa dugaan, dalam perkembangan kontrak social muncul istilah “customer is King”, adanya “bill of right” dan berbagai hal lain yang diajukan untuk menjamin kepuasan pelanggan. Perkembangan pesat PR itu terus berlanjut hingga tahun 1980an dan 1990an dimana bisnis dan pemerintahan menjadi target dalam masalah lingkungan seperti polusi udara, air, penggundulan hutan dan berbagai bencana ekologi yang disebabkan adanya pemanasan global dan penghancuran habitat alam. Namun, adanya pelanggaran terhadap etika PR mengakibatkan PRSA membentuk Code of Proffesional Standar.

Krisis nasional antara lain, adanya ledakan dan kegagalan dari dot com bubble di akhir tahun 1990an dan diikuti adanya serangan teroris 9/11 di tahun 2001, dan adanya ketamakan yang berimbas pada penurunan etika dan pemerintahan dalam perusahaan seperti pada Enron dan WorldCom memberi arti tersendiri bagi perkembangan PR.

Bagi industri PR, respon pada krisis nasional dan internasional merupakan berkah tersendiri. Semasa banyak praktisi, terutama dalam perusahaan besar dan agen PR menghukum dengan tidak banyak melakukan hal yang menolong perusahaan yang mengalami kecurangan financial, dan justru bekerja untuk menolong perusahaan, pemerintah, dan organisasi non profit untuk mengkomunikasikan pada publik Amerika mengenai apa yang terjadi, apa yang telah dilakukan untuk kembali seperti sedia kala, dan apa yang diharapkan untuk masa depan. Agar berhasil dengan baik dalam menanggani masalah, para praktisi PR harus memperhatikan mengenai besarnya masalah dan dampaknya. PR juga mengikuti trend internasional dimana dahulu PR merupakan pekerjaan pria kulit putih, kini terdiri dari berbagai etnis dan keterpaduan gender.

PERANGKAT KERJA DAN TEKNOLOGI YANG DIGUNAKAN PR

Dalam melakukan pekerjaannya, para praktisi PR mempergunakan berbagai alat dan teknlogi, yang dapat membantu mereka dalam membuat, mengirim, dan menjalani komunikasi mereka dalam kepentngan klien dan pekerja secara efektif dan efisien mulai dari pensil hingga PDA dan Internet, menggunakan apapun.

Pada awal 1900an, alat yang digunakan para praktisi PR didominasi oleh news release (ringkasan berita dan informasi dalam bentuk dan cara yang dipilih oleh media), pitch Letter (desain untuk menarik editor dan reporter dalam menampilkan topik dari perspektif bernilai atau ‘angle’) dan press Kit (koleksi dari materi promosi). News release digunakan untuk menyampaikan berita dan informasi umum pada editor dan reporter. ”pitch letter” digunakan untuk mengundang cakupan liputan yang lebih luas atas fakta, biasanya diberikan secara eksklusif khusus untuk yang dikirimi surat tersebut. Paper press kit biasanya termasuk cover letter, dan news release dengan informasi mengenai apapun yang akan dipromosikan (seperti produk, jasa, kampanye, atau event) ditambah berbagai materi yang mendukung (antara lain bbrosur, biografi, foto, dan business card)

Saat ini, walaupun alat dan teknologi konvensional yang diperguankan PR masih mendominasi kegiatan PR, namun kini teknologi-teknologi baru terus medorong kegiatan PR, seperti Video News Release merupakan cerita berita TV ready-to-air yang menyediakan program berita gratis untuk mereka gunakan dalam penyiaran.

Seperti halnya news realase cetak, dan berita terkini yang ada di program berita tv merupakan video news realase. Biasanya digunakan untuk kesehatan, consumer, teknologi, travel, dan cerita bisnis. Meskipun biaya pembuatannya mahal, publisitas yang dihasilkan oleh VNR dirasa lebih menguntungkan karena dapat digunakan untuk pangsa pasar kecil, menegah, dan besar dan seringkali sangat luas, terutama bila perusahaan membandingkannya sama dengan iklan jam prime time untuk memperoleh perhatian khalayak luas. VNR erdurasi antara 90 detik sampai 2 menit dan termasuk audio track yang terpisah sehingga suara dapat diganti oleh reporter di stasiun televisi tujuan. VNR juga termasuk additional footage dan sound bites yang disebut B-Roll yang memberikan kemudahan stasiun untuk lebih fleksibel dalam mengemas cerita dalam newscast. VNR didistribusikan melalui satelit dan rekaman serta internet dan transmisi digital. Edited B-Roll (Outake) Packages merupakan produk terusan dari VNR yang berisi rekaman video berdurasi tiga hingga lima menit yang belum diedit, disertai script yang disebut ‘slates’ sebagai fasilitas yang memudahkan proses editing. Mereka didistribusikan ke stasiun TV dengan cara yang sama dengan VNR, Biaya B-Roll lebih murah dari VNR dan dapat digunakan dalam proyek yang berdurasi cepat.

Piranti lain yang sering digunakan PR adalah Webcast (merupakan acara real-time atau rekaman yang disiarkan melalui internet) adalah format produksi broadcast yang memasukkan streaming video dan audio. Biasanya mereka digunakan untuk mengirimkan live pers converence atau acara lain dalam layar komputer target audiens. Webcast biasanya digunakan untuk permintaan distribusi informasi untuk publisitas perusahaan perdagangan. Dalam hal media, reporter atau produser dapat melihat dari desktop, tidak hanya melihat video tapi juga text dan foto, berpartisipasi dalam interview bila mereka bagian dari package, kemudian mendownload satelit atau internet sebagai kutipan untuk digunakan dalam liputan on-air. Webcast tetap merupakan suplemen untuk VNRs dan SMTs, namun penggunakan dan efeknya berkembang sejalan dengan perkembangan internet sebagai sumber utama berita dan informasi untuk media dan masyarakat. Sebagian besar webcast juga merupakan permintaan ‘on-demand’ sehngga mereka dapat dilihat oleh orang yang tidak melihat siaran aslinya atau oleh produser yang menggunakan isi dari siaran tersebut untuk tujuan tertentu.

Teknologi yang dipakai kegiatan PR lainnya adalah Satellite media Tours (SMTs) memperbolehkan pembicara anda untuk diinterview secara langsung dalam 15-25 stasiun televisi dalam periode waktu singkat sekitar tiga hingga empat jam. Sebelum adanya SMTs, pembicara harus berkeliling dari kota-ke kota dan studio ke studio. Hal ini membutuhkan biaya dan waktu yang besar. Dengan SMTs, seleb atau pembicara perusahaan dapat menysihkan waktu selama beberapa jam dalam studio siaran atau lokasi dimana mereka diinterview oleh newsanchor dan disiarkan secara langsung. Stasiun juga memiliki opsi untuk merekam interview tersebut untuk penggunaan selanjutnya atau editing untuk dikutip dalam program berita. Dibalik efisiensi logistic, keuntungan dari VNR adalah pesan yang diberikan lebih terkontrol terutama dalam waktu interview langsung, dan kepastian penyiarannya. Tidak seperti VNR, pembuatan SMT lebih terjamin dalam kemajuan dan dapat digunakan dalam jangka waktu empat hingga enam minggu. Mereka kurang efektif untuk proyek berjangka waktu pendek kecuali kalau ketertarikan media sangat besar. Sebagai bagian dari SMR, videotape dari produk atau jasa dapat juga dikirimkan pada stasiun yang tertarik dengan B-roll Package atau rolled-in-live selama interview.

E-SMTs atau satellite media tours via Internet menyediakan cara mudah pada klien PR untuk menggunakan media dan ‘virtual attendance’ lainnya dan partsipasi dalam konferensi press dimana mereka dapat melihat kemajuan acara dan pertanyaan email yang ada sebelum, selama , dan setelah acara berlangsung.

Sedang Interactive news releases dikirimkan via email atau website untuk dilihat secara umum oleh publik atau dalam press-only password-protected area. Disamping menyebutkan who, what, when, where and why dalam topik release, biasanya ada satu atau lebih ‘hot links’ seerti foto dan brosur.

Piranti yang dipergunakan lainnya adalah Electronic Press Kit (E-Kits) merupakan email atau versi internet dati press kit cetakan tradisional kecuali mereka dapat mengandung hal-hal yang berhubungan dengan internet interaktif. Mereka juga diproduksi sebagai CD-ROMs, E-kits dapat menjadi sesimpel mungkin secanggih imajinasi pembuat. Biasanya termasuk home page dimana dalamnya terdapat link interaktif kedalam fle informasi seperti news releases, biografi eksekutif, foto produk, fasilitas video, dan presentasi power point atau audiotape. E-kits biasanya ada dalam website perusahaan mayor. Mereka juga menggunakannya sebagai suplemen atau pengganti dari press kit cetak. Kelebihan dari interactive news release dan electronic press kit adalah mereka dapat di up date ‘on-the-fly’.

Sedang Blogs yang biasanya berupa komentar on line, bisanya dalam format agenda personal dipergunakan untuk menyebarkan berita, rumor, serangan dan opini yang sangat cepat sehingga membutuhkan penanganan dari PR yang bersangkutan untuk mengklarifikasi dengan cepat. Banyak praktisi PR yang selalu memonitor beberapa blog utama yang membawa berita dan target spesifik dari industri atau subyek, untuk melihat apa yang mereka umumkan dapat membawa efek pada pegawai atau kliennya.

Sementara teknologi Online Advocacy System, seperti ARENA dari Legislative Demographic Services memungkinkan organisasi untuk mengorganisir dan mengelola kampanye online yang dapat menarik pegawai, investor, pelanggan dan stakeholder lain dalam mempromosikan kepentingan mereka, dan Online Media Databases mengandung informasi dari puluhan hingga ratusan reporter dan editor di USA dan seluruh dunia. Database tersebut dapat digunakan ntuk rekaman riset individu, mencetakalamat label, dan mengirim ‘letusan’ faks dan email. Diantara database terbesar, dengan lebih dari 300000 kontak dan editorial, adalah Bacon’s and Burrelle’s/Luce, namun peruswahaan lain juga mulai membangun dan menawarkan database yang serupa. Pemimpin dari perusahaan tersebut adalah PR Newswire, Business Wire, dan Media distribution Services (MDS).

Teknologi lain yang memungkinkan para praktisi PR untuk melacak apa yang dikatakan media, pesaing, pelanggan dan lainnya mengenai pegawai mereka atau klien – yang sering digunakan adalah Online Tracking Monitoring System. Untuk melakukan hal ini, mereka menggunaan perusahaan yang mengumpulkan berita yang selanjutnya digunakan untuk bukti pemecahan masalah. Trend yang ada adalah menggunakan tracking software.

Teknologi kembangan lain yang disukai para praktisi PR untuk membuat kontak satu per satu dengan menggunakan ‘pitch letter’ adalah Email yang mempermudah PR untuk mendistribusikan news release . Namun kelemahannya, sebagian besar editor dan reporter takut akan adanya virus computer yang datang dengan email attachments.

Inovasi lain yang digunakan adalah Instant messenger (IM) – yang merupakan dari kembangan dari email. IM dapat digunakan praktisi PR untuk berkomunikasi secara langsung dengan media atau audiens lain yang online di saat yang sama. Salah satu keuntungan dari IM adalah tidak meninggalkan jejak seperti yang dilakukan email. Keuntungan lainnya adalah PR dapat menjaga alamat IM mereka dengan lebih privat dari pada alamat email public, an membaginya hanya dengan kontak yang terpercaya.

Saat ini, seiring dengan pesatnya perkembangan PR, sebagian besar perusahaan telah memiliki press room dalam website mereka untuk memberikan kemudahan bagi editor dan reporter untuk mengakses pengumuman baru dan kontak pada staff saat mereka melihat informasi atau komentar. Sebagian besar press room juga mengarsip peluncuran awal, foto, fact sheets, dan materi pendukung lainnya. Mereka juga membangin ‘dark sites’ yang digunakan untuk mengumumkan dan penanganan krisis yang terjadi.

INDUSTRI PR

Ada berbagai macam pengertian mengenai PR. Berikut ini merupakan beberapa pengertian PR, antara lain :

  • ‘PR merupakan fungsi manajemen yang mengidentifikasi, mendirikan dan memelihara hubungan yang saling bermanfaat antara organisasi dan beraneka macam public yang kesuksesan atau kegagalannya sangat tergantung dari peranan fungsi tersebut ‘(Cutlip, Center & Broom, 1985)
  • ‘PR menolong masyarakat yang komplek dan plural untuk membuat keputusan dan berfungsi lebih efektif dengan menyumbangkan saling pengertian diantara grup dan institusi. Keadaan ini dapat memberikan kebijakan public dan pribadi berjalan secara harmonis (Public Relation Society of America, 2005).

Pada intinya, dalam pekerjaannya unit PR, baik secara perseorangan atau banyak orang, memiliki tanggungjawab yang luas.

Meski biasanya Praktisi PR menggunakan advertising, direct marketing, dan alat atau teknik lain untuk mempromosikan kepentingan klien atau pegawai, namun hal tersebut bukan merupakan bagian dari hakekat fungsi PR. Mereka memiliki perbedaan kegunaan dan membutuhkan keahlian dan pengetahuan khusus untuk pelaksanaannya

Beberapa fungsi PR antara lain :

§ Sebagai penasihat organisasi dalam hal pertanyaan komunikasi yang berpengaruh pada klien atau pegawai umum, dan memberikan peringatan awal untuk menangani masalah yang muncul.

§ Memberikan dukungan secara teknis untuk fungsi manajemen yang menitikberatkan pada publisitas, promosi, dan relasi media.

§ Yang paling terlihat adalah sebagai gatekeeper dengan press, legislator, dan pemerintah.

Diantara berbagai fungsi yang dilakukan oleh praktisi PR, publisitas dan Media relation (focus dalam mendirikan dan memelihara hubungan yang baik dengan media) merupakan hal yang paling penting.

Aktivitas PR ditujukan untuk satau atau lebih dari masyarakat umum yang dapat mempengaruhi kesuksesan organisasi : pelanggan, pegawai, shareholders, donor, press, dan lain sebagainya. Yang dimaksud ‘public’ oleh praktisi PR adalah audiens yang menjadi target penyamapaian komunikasi. PR yang baik memiliki berbagai keuntungan : Memperbaiki kepercayaan dan pertanggungjawaban, menguatkan identitas public, mendapatkan peliputan pers yang baik, memiliki sesitivitas yang lebih baik pada kebutuhan public, meningkatkan moral pekerja, memperbesar market share, menaikkan penjualan, dan manajemen internal yang lebih baik. PR yang buruk juga dapat berjalan baik, namun hal ini biasanya karena perusahaan mereka bekerja dibidang diluar ketertarikan public. Mungkin manajemen mendapatkan produk yng salah, polusi dan manipulasi harga illegal dari stok perusahaan. PR bertugas untuk ‘menghaluskan’ masalah tersebut (yaitu PR mengatasi adanya liputan pers yang negative, pendapt public yang bueruk, atau hukuman). PR yang sukses memiliki beberapa elemen, antara lain :

§ Praktisi PR berdasar pada riset dan evaluasi, termasuk jajak pendapat opini public, survey pembaca, mail questionnaires, interview telepon, focus grup, dan penelitian literature.

§ PR merencanakan upaya, bukan dalil hit-or-miss. Perncanaan artinya mengelola (managed, yang berdasar pada keseluruhan tujuan organisasional.

§ PR memiliki tujuan untuk mendapatkan dukungan public. Untuk perusahaan profit, dukungna tersebut bisa berupa membeli barang, menginvestasi stok, atau memberi suara yang mendukung perusahaan melawan peraturan yang dianggap merugikan perusahaan. Untuk perusahaan non profit, dukungan dapat berupa donasi uang dan barang, bentuan sukarelawan, atau membayar keanggotaan. Untuk agen pemerintahan, dukungan dapat berupa pengaruh legislative, pembayaran pajak, dan partisipasi public.

Meskipun PR merupakan hal utama dalam sebagian besar organisasi, namun fungsinya juga untuk tujuan lain yang terdapat dalam peta organisasi atau praktisi.

Perkembangan PR yang paling populer adalah public affair, corporate communications, dan corporate relations. Dalam industri yang spesifik juga terdapat consumer affair atau community relations. Dalam organisai non profit atau pemerintahan terdapat public information atau marketing communications. Intinya, fungsi tersebut dibagi untuk tujuan kerja yang lebih spesifik, misalnya investor relations, financial relations, fund-raising, charitable contributions, dan media relations.

TELAAH MEDIA, BEBERAPA ISSUE YANG MENARIK

Publisitas merupakan hal yang tepat dilakukan baik oleh institusi swasta ataupun institusi publik. Seperti masyarakat individu, perusahaan juga memiliki hak untuk berbicara untuk kepentingan mereka dan untuk mengangkat kepentingan mereka dalam hokum Bagaimanapun juga, suara mereka dapat terdengar lebih keras karena mereka memiliki ahli PR dan loby pada pemerintah. Dan news media yang besar tidak dapat dipercayai karena merupakan bagian dari konglomerasi besar yang isi beritanya dapat dibuat untuk mendukung kepentingan pengiklan mereka yang terbesar., melunakkan ketegangan yang dialami antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan publik.

Ketegangan yang dialami tersebut dapat dilihat dan didengar setiap hari dalam berita saat perusahaan didakwa melakukan korupsi, polusi lingkingan, tidak terpengaruh tekanan politis, mencegah dengan melakukan trade in sum dengan menggunakan uang, kekuasaan, dan berusaha mempengaruhi dengan menggerogoti kepentingan public. Dalam beberapa tahun belakangan, agenda permasalahannya adalah berbagai masalah social.

Dalam prakteknya, praktisi PR professional sesekali menggerogoti etika personal dan professional mereka pada saat bekerja dalam organisasi, institusi atau individual yang melakukan hal tidak etis atau ilegal yang tidak boleh disebarluaskan di press dan melakukan kebohongan public atau memanipulasi.

Meski konsekuensi bagi perusahaan atau pemerintah yang melakukan kebohongan tidak ada atau hanya sedikit, namun suatu kebohongan dapat diibaratkan seperti kuburan yang berimplikasi luas, seperti pegawai yang kehilangan pekerjaan, stockholder yang kehilangan pendapatan investasi, atau orang yang kehilangan hidup mereka. Masalah lainnya dari sisi praktisi meliputi pengembangan professional dan pertumbuhan personal. Karena itu dalam prakteknya praktisi butuh untuk lebih piawai dalam penggunaan teknologi untuk tujuan komunikasi. Mereka juga harus mempelajari bisnis dasar, bagaimana strukturnya dan bagaimanan mengaturnya. Untuk mengkomunikasikan masalah profit and loss pada klien, mereka perlu bekerja dengan kecepatan tinggi, dan terdapat perhatian pada standar tinggi dalam menulis dan berpikir yang merupakan dasar dari kesuksesan praktisi selama bertahun tahun. PR membutuhkan riset dan evaluasi untuk keefektifan kerja. Teknik riset meliputi environmental monitoring, audit, dan readability studies. Beberapa perusahaan riset seperti echo research, CARMA dsb digunakan oleh berbagai organisasi atau perusahaan untuk mengevaluasi kesuksesan PR. Mereka menggunakan berbagai criteria, antara lain isi pesan, audience exposure, market share, ROI, etc.

MENCARI PRESIDEN IMPIAN RAKYAT*)

Di tengahlonjakan harga sejumlah komoditas pangan, tingkat penganguran dan kemiskinan yang semakin berlomba dengan kenaikan harga minyak mentah dunia, masih banyaknya balita yang menderita gizi buruk pembahasan syarat pengajuan pasangan capres dan cawapres masih menjadi perdebatan alot di Pansus RUU Pilpres. Pasalnya, fraksi-fraksi DPR mengajukan usulan beragam tentang persentase pengajuan calon oleh parpol atau gabungan parpol.

Fraksi terbesar di DPR, F-PG mengusulkan pasangan capres dan cawapres dalam Pilpres 2009 diajukan oleh parpol atau gabungan parpol yang memiliki 30% kursi DPR hasil pemilu legislatif. Selanjutnya F-PDIP mengusulkan 25%.

Sementara fraksi-fraksi menegah seperti F-PPP, F-PD, dan F-PAN mengusulkan 15%. Usulan tersebut sama dengan usulan yang diajukan pemerintah dalam draf RUU Pilpres.

Sedangkan F-KB mengusulkan agar partai yang lolos parliamentary threshold (PT) 2,5% pada pemilu legislatif berhak mengajukan pasangan capres dan cawapres. Sementara F-PKS belum menentukan sikap.

Perdebatan yang lagi-lagi membuat masyarakat awam begitu mudahnya membaca, perdebatan sengit itu hanya bersifat politis. Bagaimana agar calon presiden dari partai-partai kuat dapat diusung tanpa mengalami kesulitan dan di lain pihak bagaimana partai-partai lain berusaha menghalangi berbagai upaya yang dilakukan partai lainnya. Seperti yang sudah-sudah, kisah itu diakhiri dengan kolaborasi dan negosiasi yang meminggirkan kekuatan partai-partai kecil yang hanya terasa seperti kerikil-kerikil kecil.

Satu lagi, masyarakat yang sudah lama menderita, kembali akan sekedar menjadi obyek penderita (meminjam istilah dalam tata bahasa Indonesia). Mereka hanya akan menikmati janji-janji kosong, ikut bergoyang kala di hibur artis-artis dangdut ternama yang sengaja menyulap kegetiran nasib mereka menjadi hiruk pikuk massa. Sementara sebagian masyarakat lainnya dengan sabar menanti kapan satria piningit yang dijanjikan Jayabaya akan dating mengangkat kembali harkat dan martabat bangsa yang makin terperosok.

Tak hanya krisis pangan, masyarakat Indonesia juga telah krisis identitas. Betapa tidak, orang yang seharusnya menegakkan keadilan justru menjadi pelopor dalam kasus suap menyuap, tak hanya itu, masyarakat pun mulai mempertanyakan keberadaan hati nurani para wakilnya di “rumah rakyat” dalam memperjuangkan nasib mereka.

Masyarakat juga haus akan kebanggaan. Tak hanya masih juga terjajah di bidang pangan, energi, Indonesia juga krisis kebanggaan. Pada pertandingan All England yang baru saja berlangsung, berlalu begitu saja tanpa mampu merebut satu gelar pun. Lantas dimana kemegahan sorak sorai dan pawai piala All England, Thomas Cup, Ubber Cup yang pernah ada ???

Namun harus diakui argumentasi yang menyatakan UU Pilpres harus bersinergi dengan UU Pemilu ada benarnya. Karena itu, syarat PT 2,5% dalam UU Pemilu mestinya menjadi dasar bagi pengajuan capres dan cawapres dalam UU Pilpres juga dapat diakui kebenarannya. Demikian pula tentang pendapat yang menyatakan bahwa ada kemungkinan jika terlalu banyak pasangan calon yang diajukan, tidak bisa menjadi alasan terhadap efisiensi biaya pilpres, karena sedikit atau banyak calon tidak berpengaruh pada efisiensi biaya pilpres. Harapannya, dengan makin banyak calon yang diajukan akan lebih baik karena lebih variatif dan rakyat lebih banyak mendapat pilihan.

Sayangnya, tak satu pun perdebatan yang bermuara bagaimana caranya agar calon-calon Presiden yang akan dijaring benar-benar pemimpin yang merakyat. Merakyat dalam artian sesungguhnya. Tidak sekedar eforia dalam media massa untuk memancing rasa empati dari publik.

Sebab, masyarakat yang sudah terhimpit berbagai beban yang mengunung sudah diambang batas toleransi kesabaran yang mereka miliki. Mereka membutuhkan pemimpin yang berempati tinggi, cerdas, memiliki karakter yang kuat the affluent, seorang pemimpin yang merupakan pekerja keras karena begitu banyaknya pekerjaan rumah yang harus diselesaikan mulai dari reformasi birokrasi sampai kedaulatan pangan dan energi, memiliki rasa percaya diri yang kuat, menyukai inovasi, proaktif dan berani membela kepentingan rakyat.

Jika calon presiden yang nantinya akan terjaring dengan ketentuan-ketentuan yang memetakan karakter pemimpin, profil, kemampuan, kredibilitas yang kuat seperti itu, niscaya calon presiden terpilih pada pemilu 5 Juli 2009 esok adalah Pemimpin yang dicintai rakyatnya, dan rakyat Indonesia akan dengan bangga mengatakan, “presiden calon penghuni surga yang begitu peka mendengar jeritan hati kami” dan kita pun tak lagi iri melihat sosok Hugo Chaves dan Ahmad Dinejjad yang begitu kuat, gagah, cerdas dan dicintai rakyatnya sebab kita sudah memiliki Presiden yang dekat dihati rakyat yang sudah lama menjadi impian rakyat jelata yang terpinggirkan.

*) pendapat pribadi

Berjalan di Tengah Badai

Kasus ditangkapnya sejumlah Anggota DPR RI karena dugaan terlibat KKN terus mengusik batin saya. Bukan sekedar karena saya mengenal beberapa diantara mereka lantaran saya bekerja pada institusi DPR RI saja, tapi karena saya berusaha berempati – seandainya saja saya pada posisi mereka, akan kah saya juga akan terjerumus pada lubang yang sama ???

Saya jadi teringat ucapan seseorang kepada saya pada saat saya bercerita saya tengah melamar sebagai peneliti di Sekretariat Jenderal DPR RI, salah seorang peneliti senior LIPI berkata, “Wah, kamu kalau bisa diterima disana hebat. KKN disana kuat banget lho. Kalau ngga diterima di DPR ke LIPI aja..Lebih bersih” kata dia dalam sebuah percakapan telepon dengan saya. Karena penulisan skripsi saya menggunakan dasar teori yang dia bangun belakangan saya memang akrab dengan beliau.

Saya tetap pada pendirian saya. Bahwa saya yakin saya akan berhasil menerobos barikade “KKN” (: meminjam istilah yang dia gunakan) di Setjen DPR RI. Saya berkeyakinan Allah SWT tidak pernah tidur dan Allah SWT akan mengabulkan permintaan hamba-Nya asal kita meminta dengan kesungguhan hati dan ikhtiar atau berusaha semaksimal mungkin. Apalagi saya menjalani serangkai tes pegawai tersebut pada saat bulan Ramadhan. Hehe...rada “katrok” juga....semua orang yang saya temui saya minta doa restunya...sampai-sampai di kampus FISIP Universitas Diponegoro saya sempat diledekin....what ever....siapa tahu doa mereka yang saya minta itu makbul...

Alhamdulillahnya...saya benar-benar diterima sebagai PNS di Setjen DPR RI. Sayangnya sebagai pegawai saya harus nurut di tempatkan di Bagian Pemberitaan DPR RI. Tapi saya juga bersyukur, karena sejak sekolah saya sudah mencintai dunia jurnalistik karena saya berkecimpung di majalah Expressi SMA Negeri 1 Semarang dan majalah OPINI FISIP UNDIP.

Nah, sebagai “wartawan internal” saya mendapat kesempatan begitu berharga untuk mengenal orang-orang hebat di negeri ini, yaitu para anggota DPR RI yang terhormat. Tanpa bermaksud membela institusi tempat saya bekerja, perasaan itu tetap ada dalam perasaan saya hingga saat ini. Bagaimana pun juga mereka adalah orang-orang yang terpilih untuk memegang amanat membangun negeri ini. Bagaimana pun mereka adalah “orang-orang hebat”.

Mengenakan “baju pers” membuat saya posisi yang “nyaman” karena berbeda dengan staf atau pegawai lainnya, mereka – para anggota Dewan terhormat bersikap lebih familiar kepada pers. Sebab hubungan kita memang simbiosis mutualisme, saya butuh mereka sebagai narasumber sebaliknya mereka juga butuh kita untuk menyampaikan ide, gagasan serta berbagai tindakan serta kebijakan yang mereka telah lakukan untuk rakyat.

“Moment” yang sangat berharga dan itu menambah pengalaman serta pandangan hidup saya adalah pada saat mengenal Agustin Teras Narang, saat itu beliau menjabat sebagai Ketua Komisi II DPR RI. Sosok beliau yang sangat bijak, amanah dan sangat “low profile” membuat saya sangat percaya, bahwa menjadi Anggota DPR RI adalah sebuah tanggungjawab yang tidak mudah dalam menjalankannya.

Belum lagi berderet nama lain yang banyak mewarnai cara pandang saya dalam melihat kehidupan. Sosok muda nan cerdas dan Bapak Lukman Hakim Saifuddin dengan sikap qonaahnya (: merasa cukup atau mensyukuri atas semua karunia yang telah diberikan kepada kita) , Ibu Yoyoh Yusro dengan sifat keibuan sekaligus profesional dan amanah dalam menjalankan tanggungjawabnya sebagai anggota DPR RI, Bapak Suswono yang demikian bersahaja, Bapak Abdillah Toha yang demikian gigih memimpin delegasi Indonesia memperjuangkan nasib negara-negara sahabat Indonesia yang tertindas oleh imperialis negara adidaya, bahkan termasuk Yusuf Emir Faisal.

Agak susah logika saya menerima kenyataan ditangkapnya mantan Ketua Komisi IV DPR RI itu sebagai tersangka korupsi. Sebab dalam kesehariannya, sosok anggota DPR RI tersebut termasuk ideal, serius dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai anggota DPR RI, tak pernah meninggalkan tugasnya sebagai Umat beragama alias selalu sholat lima waktu dengan tepat waktu dan berpuasa, serta tidak pernah “neko-neko”. Satu “moment” yang saya ingat adalah “perkenalan pertama” saya dengan Yusuf Emir Faisal saat saya harus meliput sidak Komisi IV DPR RI ke kerawang, Jawa Barat terkait dengan kelangkaan pupuk. Terus terang saya langsung salut dengan Ketua Komisi IV yang baru (: pada saat itu baru terjadi pergantian kepemimpinan Komisi IV) karena mau turun langsung ke sawah dan berdialog langsung dengan petani. Padahal saya sebagai pewarta saja (dan saya jauh lebih muda) sudah merasa letih karena harus berjalan jauh di tengah terik matahari. Belum lagi pada saat melihat keseriusan Yusuf Emir Faisal memimpin rapat, terlebih pada saat pembahasan RUU hingga dini hari.

Namun, akhirnya saya dapat memahami secara utuh semuanya. Tidaklah mudah berjalan di tengah badai.....sebagai PNS saya juga miris....sulit rasanya membedakan mana yang halal, mana yang subhat, mana yang haram. Kejadian demi kejadian yang tidak pernah dapat saya lupakan (:hehe maaf ....of the record yah...) membuat saya menyerah....berjalan di tengah badai tidaklah mudah.....bahkan sangat berat....antara jeritan hati nurani yang terus menerus berteriak memohon agar tetap berjalan sebagai khalifah...berjalan di jalan Allah dan tuntutan keduniawian....daya tarik uang, jabatan dari dulu belum lah hilang..... saya memang bukan orang yang suci... tapi terkadang sangat sulit rasanya menerima kenyataan ketika kita dihadapkan kepada dua pilihan yang teramat berat (“kelihatannya seperti itu tapi jika kita mau sedikit meluangkan waktu menepi, sholat tahajud dan berzikir maka semuanya akan terlihat demikian jelas....bahwa semua gemerlap dunia tidaklah kekal...).

Akhirnya....saya mencoba menepi....oh ya, saya bersyukur para petinggi di Setjen DPR RI mengabulkan permintaan saya untuk menjadi pegawai fungsional, menjadi peneliti di Pusat Pengkajian Data dan Informasi DPR RI. Alhamdulillah. Tapi ternyata memang susah ya....harus berpikir terus, ngumpulkan KUM agar minimal tidak kembali ke struktural...belum lagi di sini memang benar-benar beda dengan struktural “sepi”......hehe....tapi agar hati saya tetap teguh dan kuat menghadapi “kemiskinan duniawi” (:begitu saya membahasakan keadaan peneliti di P3DI) saya selalu mengingat janji Allah SWT, “Kelak di hari kiamat, hanya ada satu golongan manusia yang tak takut dan tak pula terkejt menyaksiakan dasyatnya hari kiamat. Mereka adalah para syuhada, yang gugur di jalan Allah “....

Begitulah hidup.... “hidup laksana seperti sekolah, Sebab di dalamnya ada pelajaran yang sangat panjang, Untuk belajar menjadi manusia yang lebih baik....”saya sadari sebagai manusia biasa, saya memiliki banyak sekali kekurangan dan ketidaksempurnaan....tapi saya bersyukur, Allah SWT hingga kini masih memberikan saya waktu untuk belajar menjadi manusia yang lebih baik sebelum Allah SWT mengembalikan diri saya ke alam yang kekal....alam barzah....semoga kelak saya kembali dalam keadaan menjadi manusia yang jauh lebih baik dari hari ini, so please “Do the best for our future” lakukanlah yang terbaik untuk “masa depan” kita....alias lakukan yang terbaik untuk hari akhir kita nanti.....

Jumat, 5 September 2008, 12.30 WIB

Sebuah renungan di Ruang Tim Politik Dalam Negeri P3DI DPR RI

Sedih

ingin berteriak, namun lidahku kelu,

sementara muram pagi makin menggerogoti sepi.

lidah mentari pun masih tak tampak di sudut timur cakrawala.

aku beku di sini. di sudut ruangan ini.
kupandangi bayangannya yang lewat bersama dinginnya pagi.

senyum yang terukir di ekor matanya tampak gemilang dengan kebahagiaan dan harapan tersembul dari setiap cahayanya.

saat itu aku bahagia dia bahagia. aku tahu diapun bahagia aku bahagia.

tangan tergenggam erat . menyatu lewat setiap rangkaian kata dan bertaut erat

kudengar desir angin bertiup. Dingin menyusup ke sumsum.

aku pun kian kelu. Begitu mudahnya asaku dia hempaskan. Remuk tak berbentuk

sementara tumpukan rasa telah kuikat rapi di sini.


buyar rangkaian kata dari mataku. merayap ke sendi-sendi kegembiraanku.

merebak sudah getar diri, merangkup setiap celahan duka yang mengiris perlahan.

menggores setiap tanya, tanpa ada jawabannya.

Dear, my dear, begitu ucapmu setiap bertemu denganku.

Manis di telinga hati, menggetarkan jalinan nadi. akupun terbalut emosi.

Desir angin kembali berhembus. Dingin …..

dan aku mengibas buyaran mimpi yang semakin memburami kegembiraanku

Pernahkan rindu mengusik harimu?

Ataukah semua tentangku tak berarti ?

Laksana debu yang begitu mudah terhapus seperti derasnya air hujan ?

seringkali aku mencoba untuk mengikis rindu, ya, aku rindu.

seringkali aku gagal, tapi setidaknya aku telah mencoba.

entah dengan kau.

tahukah kau, rindu telah membenamkan semua tanyaku, membutakan logikaku, membunuh setiap denyut jantungku?

tahukah kau?

Cedera

Adakah ketulusan itu dalam senyumanmu ?

Ataukah senyumanmu hanya sebuah kepura-puraan ?

Adakah ketulusan itu dalam setiap perkataanmu ?

Ataukah setiap kata yang meluncur darimu,

Merupakan politik pencitraanmu duhai kawanku ?

Tak secuil pun dendam tersisa dalam lubuk hatiku,

Namun terus terang, untuk kembali mempercayaimu,

Terasa sangat sulit bagiku,

Karena ternyata, Sumpahmu Demi Tuhanmu dan Tuhanku,

Ternyata hanya sebuah sandiwara bagimu,

Dan bagiku, pengalaman adalah guru terbaik bagiku,

Sedang pengalamanku mengajarkan aku,

Agar aku jangan begitu saja kembali mempercayaimu,

Sebab begitu aku mengembalikan kepercayaanku padamu,

Sesingkat itu pula kau cederai kembali kepercayaan itu.

Selasa, 23 Januari 2006

10.55 WIB

Puisi ini diilhami oleh seorang yang "mengaku" sebagai temanku, dan kepedihan dilukai seorang teman ternyata lebih pedih daripada saat kita dilukai oleh orang yang dari awal memusuhi kita****

Urgensi Pembatasan Kampanye di Televisi*)

Maraknya iklan personifikasi beberapa sosok pada sejumlah media televisi dan cetak tampaknya sudah mulai membuat gerah para elit politik. Kecemasan akan keperkasaan media massa turut mewarnai perdebatan dalam pembahasan RUU Pemilihan Presiden. Tak dipungkiri, pers dan kekuasaan selalu bersinggungan erat. Netralitas media massa juga kerap mengalami bias kala bersentuhan dengan pemilik modal. Namun apakah itu dapat dijadikan alasan bagi legislatif untuk membelenggu pers dengan alasan mengatur netralitas media dalam kampanye pemilu ?

Sebagai sebuah industri yang padat modal, media massa memandang pemilu, pilpres dan pilkada merupakan ladang iklan baru yang sangat menjanjikan. Persaingan dalam industri media massa yang demikian ketat, membuat industri media massa amat tergantung pada dominasi sejumlah kelompok pemilik modal dalam menentukan kebijakan pemberitaan serta proses produksi siaran lainnya. Kondisi itu jelas terungkap pada sejumlah penelitian, seperti yang dilakukan Ishadi SK terhadap tiga stasiun televisi yang berhasil mengungkapkan terjadinya praktek-praktek diskursus di ruang pemberitaan RCTI, SCTV dan Indosiar menjelang berakhirnya pemerintahan Suharto bulan Mei 1998.

Sejumlah studi lain juga mengungkapkan kenyataan bahwa regulasi industri media massa sepenuhnya tergantung pada “the invisible hand” (tangan tak terlihat) membuat mekanisme pasar dalam industri media massa tidak selalu identik dengan kebebasan pers atau kebebasan publik untuk mengemukakan pendapat untuk memperoleh akses ke media atau memperoleh keragaman opini, versi dan perspektif pemberitaan. Tekanan pasar dalam industri media massa ternyata tidak hanya berupa pemenuhan selera publik tetapi juga kepentingan pemasang iklan serta kepentingan-kepentingan pemilik modal yang secara sistematis berpotensi mempengaruhi kualitas kebebasan pers di tanah air (Hidayat, 2000 : 452).

Di lain sisi, studi-studi tentang media massa seperti konsep teori peluru (bullet theory) atau model jarum hipodermik yang menganalogikan pesan pesan-pesan komunikasi seperti obat yang disuntikkan lewat jarum di bawah kulit – bahwa pesan-pesan yang disampaikan media massa mempunyai pengaruh yang sangat signifikan bagi khalayaknya menunjukkan betapa perkasanya media massa. Studi lain yang diungkapkan Klapper ( 1960) dalam J.Severlin dan W Tankard (1979) dalam bukunya yang berjudul "The Effect of Mass Communication" juga mengungkapkan keperkasaan media massa, dan khalayak dianggap pasif dan tidak berdaya. Kondisi itu yang membuat media massa dijadikan saluran utama untuk menyalurkan pesan-pesan politik guna mempengaruhi opini publik seperti yang diungkapkan Paul Johnson dalam "The Media Truth: Is There a moral duty" (1998). Studi lain tentang Ketergantungan Masyarakat Kota Medan Terhadap Berita Kampanye calon Presiden di Surat Kabar dan Televisi oleh Syafarudin (2004) menunjukkan bahwa masyarakat masih memiliki ketergantungan yang besar terhadap pemberitaan di surat kabar dan televisi dalam menentukan pilihannya dalam pemilu presiden, padahal semakin besar ketergantungan khalayak, maka akan semakin besar pula efek media massa yang dimunculkan baik dalam tataran afektif, kognitif maupun behavioural.

Kenyataan akan keperkasaan media itu membuat usulan sejumlah fraksi di DPR seperti Partai Amanat Nasional (PAN) meminta agar Undang-Undang Pemilihan Presiden 2009 (UU Pilpres) membatasi iklan kampanye dapat dipahami. Bahkan dalam Daftar Inventarisasi Masalah pada Pasal 56, Fraksi PAN mengusulkan tambahan ayat yang mengatur pembatasan iklan itu secara detail yaitu batas maksimum pemasangan iklan kampanye Pemilu di televisi untuk setiap Peserta Pemilu secara kumulatif sebanyak 10 (sepuluh) spot berdurasi paling lama 30 (tiga puluh) detik untuk setiap stasiun televisi setiap hari selama masa kampanye, kedua batas maksimum pemasangan iklan kampanye Pemilu di radio untuk setiap Peserta Pemilu secara kumulatif sebanyak 10 (sepuluh) spot berdurasi paling lama 60 (enam puluh) detik untuk setiap stasiun radio setiap hari selama masa kampanye untuk semua jenis iklan. Alasannya, menurut Anggota Pansus RUU Pilpres, Andi Yuliani Paris hal itu dimaksudkan agar potensi kemenangan tidak hanya berada pada calon yang punya dana besar. Sehingga diharapkan pilpres nantinya akan berlangsung lebih fair dan agar capres/cawapres yang terpilih pada pilpres mendatang benar-benar memiliki visi dan misi yang baik, bukan sekedar karena menang membentuk opini di publik melalui 'bom' iklan di media cetak dan elektronik.

Namun keberatan sejumlah kalangan terhadap pembatasan kampanye tersebut dan meminta agar pengaturan tentang netralitas media massa dalam pemilu dan pilpres dikembalikan kepada UU Pers dan UU Penyiaran serta adanya aspirasi yang menghendaki agar Undang-undang Pilpres lebih memberikan kelonggaran kepada para capres untuk mengekspresikan diri patut dicermati untuk menemukan titik kesimbangan yang paling menguntungkan bagi masyarakat agar dapat netral dalam menentukan pilihannya dan terbebas dari pengaruh siapa dan apapun termasuk pengaruh media massa. Karenanya, semua pihak diharapkan dapat menimbang secara lebih bijak berbagai alasan secara rasional dalam kerangka kebangsaan tidak sekedar memperjuangkan kepentingan bakal calon yang akan diusung partainya. Agar pada pilpres mendatang masyarakat memilih figur berdasarkan keyakinan mereka akan visi dan misi yang diusung bakal calon bukan karena terhipnotis keelokan personifikasi sosok sebagaimana kerap ditampilkan dalam iklan di media massa. Sehingga pada Pemilu 2009 mendatang presiden dan wakil presiden yang terpilih bukan karena kepiawaian Tim Media mereka dalam mengolah pesan-pesan yang mampu mempengaruhi pemikiran masyarakat melalui penayangan-penayang iklan yang begitu memikat dan jargon-jargon yang begitu menyejukan, melainkan karena mereka benar-benar merupakan presiden pilihan rakyat. Sebab realitas yang terima masyarakat tentang sosok calon presiden dan calon wakil presiden dari media massa merupakan realitas sesungguhnya bukan merupakan realitas yang dibangun oleh media massa, karena media massa “terpaksa” mengikuti aturan main yang mewajibkan mereka untuk menayangkan iklan dan memberitakan para calon secara berimbang.

*Artikel ini merupakan opini pribadi

kehumasan DPR RI

Pendahuluan

Kehumasan dalam instansi pemerintahan dalam rumusan Lembaga Administrasi Negara (LAN), adalah segenap tindakan yang dilakukan oleh suatu instansi dalam usaha membina hubungan yang harmonis dengan masyarakat dan membina martabat instansi dalam pandangan masyarakat, guna memperoleh pengertian, kepercayaan, kerjasama dan dukungan dari masyarakat dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya.

Prinsip-Prinsip yang harus dimiliki pelaksana kehumasan di DPR RI :

1. Kejujuaran dan kredibilitas.

2. Optimalisasi pendayagunaan segenap sumber daya yang dimiliki.

3. Selalu sensitif dan responsif terhadap permasalahan aktual yang ada, dan mampu menjadikan peluang demi kebaikan, kelancaran, dan kemajuan DPR RI.

4. Selalu kreatif dan inovatif.

5. Memiliki visi dan misi yang jelas dan menuangkannya dalam rencana kerja dengan kerangka pikir sistemik dan komprehensif.

6. Melaksanakan dengan penuh kesadaran prinsip keutamaan good governance (tata kepemerintahan yang baik) antara lain visioner, transparan, responsif, akuntabel, profesionalitas, efisien, efektif, desentralisasi, demokratis dan berorientasi pada konsensus, partisipatif, kemitraan, supremasi hukum, pengurangan kesenjangan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan dan keadilan masyarakat.

Prinsip-Prinsip Kerja Kehumasan DPR RI :

1. Membangun kegairahan bekerja secara kontinyu.

2. Membangun kreativitas menangkap momentum penting serta informasi.

3. Kebersamaan, kerja sama, saling pengertian antar sesama pelaksana kehumasan DPR RI.

Sasaran Kehumasan DPR RI :

1. Tersosialisasikannya pelaksanaan tugas dan fungsi DPR RI secara intensif melalui media internal dan eksternal DPR RI.

2. Terciptanya citra DPR RI yang positif di mata masyarakat.

3. Terjalinnnya hubungan yang harmonis antara DPR RI dengan pers dan masyarakat serta pemangku kepentingan lainnya.

Kebijakan Strategis :

1. Meningkatkan citra DPR RI dimata masyarakat.

2. Meningkatkan hubungan simbiosis mutualisme antara DPR RI dan pers.

3. Meningkatkan kapasitas dan kredibilitas Tim Kehumasan DPR RI dimata pers dan masyarakat.

Kebijakan Operasional :

1. Peningkatan akses informasi pers dan masyarakat tentang pelaksanaan tugas dan fungsi DPR RI melalui media internal dan eksternal.

2. Peningkatan pemahaman masyarakat akan pelaksanaan tugas dan fungsi DPR RI.

3. Peningkatan kesepahaman dan kerjasama antara DPR RI dengan pers dan pemangku kepentingan lainnya.

4. Peningkatan keterjangkauan informasi tentang pelaksanaan tugas dan fungsi DPR RI untuk pers dan masyarakat.

5. Peningkatan iklim yang kondusif untuk DPR RI, dan pers dalam melaksanakan tugasnya masing-masing serta masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya.

Program kehumasan DPR RI :

1. Meningkatkan citra DPR RI, termasuk didalamnya memberikan informasi elementer seperti tugas pokok, fungsi, aktivitas dan berbagai kebijaksanaan yang telah diputuskan oleh DPR RI.

2. Mewujudkan keserasian antara kepentingan DPR RI, pemerintah dan kebutuhan masyarakat.

3. Melakukan komunikasi secara kehumasan proaktif dan sensitif akan kepentingan pemerintah, masyarakat dan DPR RI.

4. Menangkap aspirasi masyarakat dan menyampaikan kepada DPR RI.

Indikator Keberhasilan :

1. Tersosialisasikannya pelaksanaan fungsi dan tugas DPR RI.

2. Terciptanya hubungan yang semakin harmonis antara DPR RI, pers, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.

3. Terciptanya citra DPR RI yang semakin positif.

*) artikel ini merupakan opini pribadi