Selasa, 28 Oktober 2008

Arti Korupsi di Mata Sopir Taksi (1)

Hari ini, lagi-lagi harus pulang naik taksi. Lantaran ada demo lumayan besar di kantor saya, terpaksa saya naik jembatan penyebrangan di tengah gerimis hujan. Lantang terdengar orasi mahasiswa yang menyerukan gerakan revolusi kembali di kumandangkan. Ehm....sya jadi teringat masa-masa muda dulu. Begitu bersemangat, begitu berani meneriakkan tuntutan. Seiring berjalannya waktu, saya sekarang (hanya) menjadi seorang ibu dari 3 putri. Seakan-akan "pasrah" menjalani takdir sebagai PNS. Rindu perlahan menyeruak. Sebenarnya gelora itu masih ada. Apalagi jika melihat kaum tuna entah tuna apa saja yang sering saya temui di lorong-lorong jembatan penyeberangan seperti sekarang ini. Uang seribu rupiah saya mungkin lebih jauh berarti daripada saya berikan sekedar untuk uang jajan anak saya. Persetan dengan perda larangan memberikan uang kepada peminta-minta. Itupun tak cukup karena saya benar-benar tak sanggup melihat bajunya yang basah kuyup karena kehujanan. Belum lagi melihat anggota tubuhnya yang tak lengkap. Ya Allah, engkau begitu maha kasih kepada ku, tapi mengapa kau beri ujian begitu berat kepada Bapak itu ?Tiba-tiba rasa malu menyelip dalam batin saya...Ya tentu saja, di mata Allah, Bapak itu tentulah memiliki kesabaran yang jauh lebih besar dari kesabaran yang aku miliki, Bapak itu memiliki ketabahan yang lebih daripada ketabahan yang saya miliki. Karena Allah telah menjanjikan kepada umat-Nya tak akan memberikan ujian melebihi dari kesabaran umat-Nya.
Akhirnya saya naik taksi lantaran tak tahan melihat berjubelnya penumpang. Lagipula tak seberapa nilai rupiah yang saya keluarkan jika saya sudah melihat senyuman ketiga anak saya. Memang untuk seorang PNS biasa sangat berat rasanya membayar taksi. Tapi tak apalah yang penting saya sampai rumah ketiga anak saya belum tertidur. Di taksi mulailah saya dikuliahi tentang "korupsi" Masya Allah....saya baru tersadar betapa beratnya menegakkan benang yang basah....
Begini diantaranya ," kalau mengambil uang milik seseorang itu salah mbak, tapi kalau uang negara bagi saya nga masalah. Negara itu siapa sih ? uang negara itu uang siapa sih ? uang rakyat ? rakyat yang mana? Emang mbak nga pingin punya mobil ? Daripada 9 taun kerja mbak gini-gini aja. Kurus mbak kalau jadi orang lurus...salahnya mbak terlalu merasa takut untuk berbuat dosa. Kapan mau kaya mbak...dstnya..."
Duh....sepajang jalan tol yang macet itu terpaksa dech saya dengar "kuliah sesat" tentang "korupsi is oke" kata dia lagi, "Bagi saya sih nga papa dipenjara 3 taun keluar lalu tetap bisa makmur" trus selaku pengemar KPK tentu saya kesal, saya sautin, "Wah jaman sekarang KPK ng bisa diajak main-main, Pak. Anggota DPR, Jaksa aja ditangkep kok." Eh seolah tak mau kalah dia jawab, "Ah, KPK kan juga manusia, itu karena belum ketemu celahnya aja buat nyuap gimana."
Weleh-weleh benar-benar korupsi sudah mendarah daging ya di Indonesia ini.....Selamat berjuang KPK....semoga kelak anda2 semua termasuk ke dalam golongan manusia yang tak takut dan tak terkejut melihat dasyatnya kiamat nanti....