Manohara. Nama wanita cantik yang pernah menjadi model, keturunan Indonesia-Perancis itu mendadak menjadi terkenal lantaran isu kekerasan dalam rumah tangga yang dialaminya. Ternyata menikah dengan laki-laki dari keluarga “baik-baik” tidak menjadi jaminan akan kebahagiaan. Di balik sosoknya yang bersahaja, ternyata Mr.T mampu melakukan aksi KDRT terhadap Manohara.
KDRT, ternyata meski telah menjadi concern bersama, namun toh dalam kehidupan sehari-hari KDRT tetap saja terjadi, seperti yang terjadi pada Manohara.
Jika akhirnya Bunda Manohara memilih melakukan perlawanan, keputusan itu sangat dapat dipahami. Sebab terkadang si korban KDRT sendiri tak mampu lagi untuk berteriak. Lantas sejauh apa “pemberantasan” tindak KDRT di Indonesia ? Ternyata meski KDRT telah diangkat permasalahannya menjadi sebuah undang-undang namun tetap saja korban-korban KDRT lebih memilih bungkam, ketimbang menyelesaikan permasalahan KDRT secara hukum. Begitu pula keluarga terdekat mereka yang telah melihat atau mengetahuinya terjadinya KDRT tersebut.
Alasannya sangat jelas, keutuhan rumah tangga selalu dikaitkan dengan harga diri seorang di mata masyarakat. Sebab wanita, sudah ditakdirkan untuk bersikap nrimo, sabar.
Ironisnya, aksi bungkam juga dilakukan oleh para istri korban KDRT yang tergolong pelajar. Sebab mereka mengkhawatirkan, aksi pelaporan, atau tindakan perlawanan terhadap KDRT yang dilakukan suaminya dapat mempengaruhi kondite mereka. Mereka memilih bungkam lantaran takut kariernya akan mendapat imbas yang negatif.
Berikut beberapa hal yang dapat melatar belakangi terjadinya KDRT khususnya yang dilakukan oleh para suami :
1. Trauma masa kecil (suami kerap melihat KDRT yang dilakukan Sang Ayah kepada Bunda nya tanpa adanya perlawanan).
2. Ada WIL (Wanita Idaman Lain).
3. Kedudukan istri lebih tinggi dari suami (mungkin ada beberapa pria yang sanggup menerima kenyataan istri memiliki kedudukan, baik jabatan, pendidikan maupun kekayaan lebih tinggi dari suami, namun pada dasarnya sifat dasar laki-laki yang tak mau di ungguli tetap akan menjadi problema).
4. Perangai / Sifat yang terbentuk sejak kecil (sebab pengakuan bahwa sikap kasar merupakan sifat mereka kerap muncul dari para pelaku tindak KDRT.)
5. Keinginan untuk mendominasi dan memiliki yang berlebihan (termasuk didalamnya sikap posesif/cemburu yang berlebihan).
6. Keinginan untuk menunjukkan kekuasaannya.
7. Posisi atau kedudukan suami mendadak naik.
8. Ego sentris atau tingkat ego yang lebih tinggi dari ambang batas normal.
Serta beberapa alasan lainnya.
Apakah pria yang memiliki bakat sebagai pelaku KDRT dapat dikenali ? Sangat sulit. Sebab mereka terkadang mampu menyembungikan bakat terpendam mereka dengan begitu rapatnya sehingga tak dapat terbaca oleh pasangannya. Namun setidaknya beberapa hal yang melatarbelakangi terjadinya KDRT tersebut sedikit banyak dapat memberikan warning kepada para wanita untuk mempertimbangkan masak-masak sebelum menerima seseorang untuk menjadi pendamping hidupnya.
Tetapi ada beberapa hal yang dapat diamati secara fisik maupun dari tindak tanduk maupun latar belakang keluarga laki-laki cenderungyang memiliki bakat melakukan tindak KDRT, yaitu sebagai berikut :
- Dominasi ayah dalam keluarganya sangat kuat. (:Keluarga dimana laki-laki pelaku tindak KDRT biasanya tergolong keluarga “baik-baik, beragama” namun dalam tataran normatif. Artinya, keluarga itu tampaknya selalu mengedepankan dilaksanakannya prinsip-prinsip keimanan, keTuhanan, namun tidak memahami maknanya ).
- Hubungan antara ayah/ibu dan anak terdapat jarak (:biasanya keluarga dimana dimana laki-laki pelaku tindak KDRT biasanya hanya bersifat formal, antara ayah/ibu dengan anak jarang terlihat curhat atau saling menyatakan perasaan secara terbuka)
- Keakraban keluarga hanya sebatas formalitas. (:tidak ada ikatan emosional, hanya sebatas dilaksanakannya kewajiban saja.
- Dari kepribadian tidak ada tanda-tanda khusus, namun melalui pengamatan, biasanya jika laki-laki pelaku tindak KDRT yang pendiam dia akan terlihat sedikit posesif, selalu ingin melindungi, selalu ingin berada di dekat pasangannya...Namun jika dimana laki-laki pelaku tindak KDRT bersifat ceria, akrab dan mudah bergaul, maka dia dapat terlihat dari sikap dia menghadapi orang lain. Pertama kali ketemu dengan seseorang, dia akan terlihat sangat cepat akrab dan mudah bergaul. Namun pada pertemuan berikutnya dia akan terlihat cuek dan tidak perduli.
- Suka melanggar lampu merah. Laki-laki pelaku tindak KDRT biasanya suka melanggar lampu merah sebab baginya, tidak ada sesuatu peraturan apa pun yang tidak dapat dilanggar. Melanggar lampu merah juga merupakan cerminan sikap ego sentris yang lebih tinggi dari batas normal.
- Cenderung tidak sabaran, grusa-grusu.
- Sangat bergantung pada anda, baik pada saat pacaran maupun sesudah menikah.
- Kadang terlihat sangat childish, manja
- Semasa muda/bujang suka menghabiskan waktu untuk kongkow2, gaplek, kumpul dengan teman-teman, bila perlu melakukan perjalanan jauh beramai2.
- Biasanya laki-laki pelaku tindak KDRT tidak memiliki sahabat karib cewek. Berdasarkan pengamatan, laki-laki yang memiliki sahabat karib cewek cenderung bersikap gentle, dan penyayang.
Lantas bagaimana sikap kita seharusnya jika ternyata pasangan kita merupakan laki-laki pelaku tindak KDRT ??
1. Jika hubungan itu masih dalam taraf pacaran, segera tancap gas....segera putuskan hubungan anda. Dengan alasan apa pun juga, tak seharusnya laki-laki tega memukul/menampar seorang wanita yang katanya dia cintai. Tak usah menangisi cinta anda. Sebab resiko yang harus anda jalani sangat berat.
2. Jika anda mengetahui perangkai pasangan anda di tengah-tengah perkawinan, segera lakukan gugatan cerai, kecuali anda merasa mampu bersikap sabar. Jika memang anda ingin mempertahankan perkawinan anda, sebaiknya anda jangan menceritakan tindak KDRT suami anda kepada orang tua Anda, sebab berdasarkan pengamatan, tidak ada satu orang tua pun yang rela anak yang sudah mereka besarkan dengan susah payah ditampar, atau dibentak. Sebab berdasarkan pengamatan, minimal 10 tahun lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melihat sedikit perubahan pada laki-laki pelaku tindak KDRT, dan biasanya sangat sulit menghilangkan tindakan KDRT – tak peduli kali-laki itu mengaku beriman atau tidak – sebab itu seperti kebiasaan yang mendadak selalu muncul setiap saat tanpa dapat diduga...
3. Bagaimana jika anda sudah terlanjur mencoba bertahan lebih dari 5 tahun dari usia pernikahan anda dan anda sudah terlanjur memiliki anak-anak dari pasangan anda ????
- pertama amati, apakah tindak KDRT itu menimpa anak anda tidak. Berdasarkan pengamatan, biasanya laki-laki pelaku tindak KDRT juga tidak sabar menghadapi polah tingkah anak kecil biar pun itu adalah anaknya sendiri. Tak jarang mereka sesekali memukul kaki, melempar sandal, atau membentak anaknya.
- Amati perkembangan anak anda, jika anak anda mengatakan, “Mengapa sih mama tidak kawin lagi saja, “ artinya lampu hijau buat Anda, sebab kesabaran si anak juga sudah berada di ambang batas.
- Amati perkembangan psikologis suami anda selaku laki-laki pelaku tindak KDRT, apakah ada perkembangan yang cukup berarti (namun biasanya perkembangan ini sangat lambat....dan nyaris tidak dapat diharapkan).
- Jika pada akhirnya anda memutuskan untuk bercerai setelah sekian lama menahan diri, maka fase berikutnya yang harus anda pertanyakan, persiapkan adalah :
1. kesiapan anak-anak anda, berikan pengertian bahwa Ayahnya tetap adalah seorang ayah yang baik, agar tidak menimbulkan ekses negatif.
2. Kedua, berikan pengertian yang tepat kepada orang tua kedua belah pihak dan minta dukungan mereka.
3. Dapatkan kesepakatan dengan suami tentang batasan-batasan setelah anda nanti bercerai agar kelak dia tidak menjadi duri dalam daging bagi kehidupan anda. Bila perlu kesepakatan itu tertuang hitam di atas putih.
4. Siapkan mental anda untuk menghadapi sikap orang-orang disekitar anda, baik itu di tempat tinggal maupun di kantor. Sebab bagaimana pun juga masyarakat kita tetap belum dapat sepenuhnya menerima perlawanan seorang istri yang menjadi korban tindak KDRT.
Namun ingat!!! Suami anda pasti tidak akan membiarkan anda melenggang begitu saja, dia pasti akan mati-matian mempertahankan anda, baik dengan cara berubah menjadi anak yang sangat manis, hingga mengunakan kekerasan, ancaman bahwa hak asuh anak-anak akan dia kuasai. Sebab pada dasarnya suami pelaku tindak KDRT sangat bergantung pada anda. Dia sangat membutuhkan anda, dan dia juga sadar tak ada wanita lain yang sanggup bertahan dengannya.
4. Bagaimana jika anda merasa tidak mampu melakukan perlawanan sebab karena kondisi dan situasi yang tidak memungkinkan, misalnya keluarga anda melarang, atau bahkan mungkin anda takut karier anda mendapat pengaruh negatif??? Pasrah saja....berdoa....minta agar Tuhan melembutkan hatinya. Setidaknya menguatkan hati anda. Namun jangan sekali-kali anda menceritakan tindak KDRT suami anda kepada rekan sekerja yang tidak dapat dipercaya, sebab itu hanya akan menjadi bumerang bagi anda. Selain duka anda dapat dijual sebagai komoditas politik untuk menjatuhkan karier anda, anda juga dapat dijadikan bahan gosip.
Sekali lagi ini hanya berdasarkan pengamatan dan survei terbatas berdasarkan beberapa kisah. Akurasi yang tidak tepat dan kesalahan dari pengamatan sangat mungkin terjadi. Namun setidaknya dapat dijadikan bahan perenungan agar kaum wanita tidak terjerumus pada jurang yang mengerikan. Sebab akibat KDRT kadang tidak dapat terlihat oleh mata, dampak psikologis, seperti perasaan un happy, menderita, kesepian hingga rasa putus asa jauh lebih mengerikan daripada luka-luka fisik yang nyaris tak terlihat.
**) Catatan ini telah dimoderasi dan dimuat di http://public.kompasiana.com
2 komentar:
mbak handrini,
tulisan ini sangat lengkap dan bermanfaat buat menimalisir terjadinya kdrt terhadap wanita. mudah2an kasus kdrt, khususnya kdrt lintas-negara tidak lagi terjadi kemudian hari, atau setidaknya terus berkurang
..i proud u..
Posting Komentar