Minggu, 12 Januari 2014

Mencium Hajar Aswad

"Bisa mencium Hajar Aswad nggak?"

Itu adalah salah satu dari sekian banyaknya pertanyaan yang dipertanyakan kepada saya sepulang umroh.

Batu hajar aswad atau batu hitam yang terletak 1,10 meter itu pernah dicuri oleh Abu Thahir dari syi'ah Irak . Dikisahkan dalam sebuah stasiun televisi swasta, astronot di luar angkasa melihat satu sinar yang sangat terang yang berfungsi seperti super konduktor yang ternyata adalah Hajar Aswad. Hajar Aswad menurut penelitian adalah batu meteor. Namun hingga saat ini misteri tentang batu Hajar Aswad belum jua terpecahkan. Kurang lebih selama 22 tahun hajar aswad dalam penguasaan Abu Thahir hingga akhirnya Hajar Aswad dikirim ke Mekkah diatas satu tunggangan pada bulan Dzul qa'dah tahun 339 H. Dikisahkan pada saat mencuri Hajar Aswad terpaksa diangkut oleh beberapa onta dan melukai punuk-punuk onta tersebut sedang pada saat mengembalikannya lancar dan hanya membutuhkan satu onta saja. Saat ini Hajar Aswad terdiri dari 8 (delapan) kepingan yang disatukan dengan dilapisi pinggiran perak. Rasa ingin tahu saya ini berhasil mendapatkan jawabannya setelah saya di BBM Ustadz Yusron Ahmad yang masih belia dan lebih muda dari Ustadz Achmad Slamet Ibnu Syam, Lc  yang menjadi pembimbing utama jamaah. Pada waktu umroh, meski terbersit tanya namun belum sempat saya utarakan. Alhamdulillahnya, selepas umroh, Ustadz Yusron masih berkenan membimbing dan memberikan berbagai informasi termasuk tentang hajar aswad tersebut.

Mencium Hajar Aswad?

Pada saat manasik, Ustadz Ahmad Jameel sempat mengkisahkan ada seorang jamaah laki-laki bertubuh besar dari biro travel lain hingga pulang tidak diketemukan. Setelah beberapa saat usai pulang ke tanah air barulah diperoleh kabar jamaah itu telah meninggal dunia karena tewas terinjak-injak. Pada saat itu terbersit tanya, "masak sih hanya karena ingin mencium hajar aswad orang tidak melihat ada yang jatuh hingga terinjak-injak?" kurang lebih itu adalah pertanyaan yang mencuat di pikiran saya.

Pada saat selesai tawaf, Ustadz Achmad Slamet Ibnu Syam, Lc yang merupakan pembimbing utama menjelaskan berbagai hal terkait dengan hajar aswad. Beliau mengutip hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas dimana Rasulullah bersabda bahwa hajar aswad diturunkan dari surga, dan pada saat itu warnanya lebih putih dari susu, lalu karena dosa-dosa keturunan Nabi Adam yang membuat warnanya berubah menjadi hitam.

Kemudian dikisahkan pula dari hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas juga, bahwa Rasulullah bersabda pada hari kiamat Hajar Aswad akan dibangkitkan, dan Allah memberikannya mata yang dapat melihat dan lidah yang dapat bicara , memberikan persaksian terhadap orang yang menyentuhnya dengan kebenaran.

"Tapi jangan sampai memaksakan diri untuk menciumnya jika membahayakan keselamatan diri sendiri, " tandas Ustadz Achmad Slamet Ibnu Syam malam itu. Membahayakan keselamatan diri? hanya itu yang lagi-lagi menjadi pertanyaan batin saya.

Rabu, 1 Januari 2014 siang itu usai mandi dan makan pagi kami berniat menunaikan tawaf sunah. Urutannya sama seperti umroh tentunya, doa masuk masjidil haram, doa melihat ka'bah dan baru mulai tawaf di start awal yaitu menghadap Hajar Aswad dengan seluruh badan miring dan miring (sebagian badan) meski bisa saja menghadap muka saja sambil membaca "Bismillaahi Allahu Akbar" (Dengan nama Allah, Allah Maha Besar". Kami berdua mulai tawaf dengan bergandengan tangan dan membaca doa-doa sebagaimana ada di buku panduan mulai dari doa putaran pertama yang mulai dari Hajar Aswad sampai rukun Yamani.

YANG HARUS DIINGAT, SAAT THAWAF SUNAH BERLAKU KETENTUAN YANG SAMA DENGAN TAWAF SAAT UMROH, jangan sampai ada aurat yang terlihat bahkan sehelai rambut pun.. bisa dibantu dengan mengunakan dalaman yang rapat bagi wanita. Dilarang buang angin dan aktivitas lain yang membatalkan wudu. Wudunya juga harus membasahi hampir seluruh rambut karena dikhawatirkan tersentuh non muhrim saat thawaf.

Uniknya, pada putaran pertama, jalan menuju Hajar Aswad terbuka lebar. Pegangan tangan saya terasa tertarik. Rupanya pasangan saya tergerak untuk menuju Hajar Aswad. "Jangan.. baru putaran pertama.. nanti batal harus mengulang lagi dari awal.." cegah saya.

Hal yang sama terulang lagi, pada saat putaran ke-3, jalan menuju Hajar Aswad terbuka lebar diantara begitu banyak kerumunan. Secara reflek pasangan saya langsung menarik tangan saya menuju Hajar Aswad. "Jangan.. ini godaan, baru putaran ke-3, " kata saya menahan tangan beliau dengan mengengamnya makin erat. Pasangan saya langsung istighfar dan kami kembali melanjutan putaran thawaf.

Akhirnya tuntas juga tujuh putaran thawaf. Satu tips agar tidak lupa, selama thawaf disunnahkan melihat Ka'bah. Berlawanan dengan jarum jam, jadi menghadap ke kiri. Menurut Ustadz yang paling muda dari ke-3 Ustadz yang menyertai rombongan kami agar hati selalu muallak atau dengan bahasa lain agar hati selalu berdekatan dengan ka'bah. Menurut beliau juga, Allah menurunkan rahmat 120 rahmat, 60 rahmat diberikan kepada yang thawaf, 40 rahmat untuk yang sholat dan 20 rahmat untuk yang melihat ka'bah. walllahu'alam bishowab.

Setelah selesai tujuh kali putaran, kami bergeser sedikit ke kanan dari arah sudut Hajar Aswad, menghadap bagian dinding Ka'bah yang disebut dengan Multazam dan berdoa. Pertama sih yang kami baca doa sebagaimana ada di panduan yang intinya berdoa minta agar dibebaskan dari siksa api neraka baik untuk Bapak, ibu, saudara-saudara, anak-anak kami.  Memohon dijauhkan dari kehinaan dunia dan siksa akhirat. Mengharap rahmatNYA, kasih sayangNYA, memohon agar diperbaiki segala urusan kami, agar hati kami dibersihkan, diberikan cahaya dalam kubur kelak.

Kemudian kami melakukan sholat sunat thawaf yang dilakukan di belakang maqam Nabi Ibrahim. Sama seperti sholat sunnah thawaf saat umroh, setelah membaca Al Fatihah pada rakaat pertama sebaiknya membaca surat Al Kafirun dan setelah membaca Al Fatihah pada rakaat kedua membaca surat Al Ikhlas.

Kami lalu berdua bergandengan tangan menyusuri keramaian dan mendekat ke Hajar Aswad. Kami perlahan terdesak dan berpegangan tangan pada marmer yang mengitari Ka'bah. Jangan sampai menyikut dan menyakiti siapapun, begitu selalu diri mengingati karena ada sebuah hadits menyatakan kepada Umar, “Hai Umar engkau adalah seorang yang kuat, jangan engkau berdesak-desakan untuk mendekati Hajar Aswad lalu kamu menyakiti yang lemah. Jika kamu memperoleh kesempatan maka ciumlah Hajar aKAswad itu. Jika tidak, cukup dengan takbir dan terus berjalan." (HR. Al-Syafi’i).

Selama berpegangan tangan pada marmer yang mengitari Ka'bah, saya terus menerus melafadzkan sidul istighfar.. Astaghfirulloh hal adzim aladzila illa ha'ila huwal hayyul Qoyyum wa'atubu illaih..aku memohon ampun padaMU ya Allah.. ampuni semua dosa-dosa hamba Ya Allah.. tiada satu pun yang patut aku sembah selain hanya Engkau.. Ya Allah Yang Maha Mengatur segala urusan, hanya kepadaMu aku bertaubat dan memohon ampun atas segala dosa-dosaku.. Ampuni dosaku ya Allah.. terus menerus kami terdesak namun kami bertahan untuk tetap berpegang pada pinggiran batu marmer. Sebelumnya saya tidak tahu kalau ada batu marmer yang mengitari, entah bagaimana jemari saya menyentuhnya kemudian saya memegangnya erat. Tiba-tiba saya sudah sampai tepat di depan Hajar Aswad.  Rasanya tak percaya melihat batu hitam atau Hajar Aswad itu di depan mata begitu tiba-tiba. Hening begitu hening. Seolah terpisah dari hiruk pikuk suara yang ada. Mencium dan berdoa. Hanya itu yang langsung saya lakukan. Sungguh rasanya ingin berlama-lama tapi menyeruak bisikan.. untuk segera menyudahi pertemuan itu karena diluar begitu banyak umat yang berharap mendapat kesempatan yang sama.

Keluar dari Hajar Aswad dorongan dan desakan itu makin merangsek dan saya berada pada arah yang berlawanan. Pasangan saya entah kemana.. tertutup begitu ramainya umat yang merangsek dan mendesak. Sedang nafas saya mulai terasa sesak karena terhimpit. Mendadak saya terjatuh. Dugaan saya karena kaos kaki yang saya kenakan berwarna putih polos licin dan tidak ada bintik-bintik karet dibawahnya. Saya terjatuh, terduduk dan terhimpit diantara sekian banyak kerumunan yang saling mendesak. Tapi tak satupun rasa sakit saya rasakan.

Saat itu saya sempat meminta tolong.. "Tolong.. tolong.. help me please... help me please..." mata bertemu mata. Tapi tiada berdaya memberikan pertolongan.

Mendadak saya teringat kisah yang diceritakan Ustadz Ahmad Jameel dan peringatan Ustadz Achmad Slamet Ibnu Syam.

"Ya Allah.. inikah yang Bapak itu rasakan menjelang ajalnya?" bisik batin saya. "Ya Allah jika ini adalahlah takdirMu, hamba ikhlas.. sesungguhnya hidup dan mati hamba hanyalah untuk beribadah kepadaMu.. jika ini adalah takdir hamba maka itulah yang terbaik bagi hamba.."

Mendadak saya teringat sebuah pelajaran pilot dalam situasi genting be calm.. don't be panic.. "Allah akan selalu menolong hambaNYA yang berserahdiri kepadaNYA, " begitu pelajaran yang saya terima dari salah seorang instruktur penerbang, saya menarik nafas panjang dan mulai beristigfar. Astaghfirulloh hal adzim aladzila illa ha'ila huwal hayyul Qoyyum wa'atubu illaih.. Astaghfirulloh hal adzim aladzila illa ha'ila huwal hayyul Qoyyum wa'atubu illaih.. Astaghfirulloh hal adzim aladzila illa ha'ila huwal hayyul Qoyyum wa'atubu illaih..tepat 3 kali saya lafadzkan kalimat saidul istigfar tersebut mendadak saya mendengar suara sayup-sayup..

get up.. get up.. get up... sebuah jemari lentik mendadak telah mengengam tanganku lembut. Entah darimana asalnya kekuatan itu.. akhirnya saya bangun dan dengan mudahnya wanita remaja usia bertubuh tak jauh beda dengan saya itu dengan mudahnya menerobos kerumuman orang yang begitu banyak.  Tanpa mendesak dan begitu mudahnya.. Hingga tiba-tiba saja kami berdua berada di tepian kerumunan.

"Thank you Sister.." ucapku ketika kami sudah sampai di tepian Ka'bah.  Wanita itu langsung tersenyum. Wajahnya begitu indah, ramah dan tenang. Cantik. entah mengapa saya mendadak jadi teringat kisah budak perempuan yang  dibebaskan oleh Rasulullah yang bernama Safinah. Lalu wanita muda itu membalikan badannya dan menghilang diantara kerumunan. Karena teringat saya belum mengetahui namanya, langsung saya kejar dan cari kembali. Setiap saya menepuk pundak sosok yang serupa selalu bukan wanita itu. Saya berulang kali mengejar sosok wanita semampai dengan pakaian putih dan dibawah oranye kuning keemasan. Saya tahan pundaknya ketika sosok itu menoleh ternyata bukan dia yang gadis hitam manis yang menolong saya.

Ya Allah.. dimana dia? saya belum sempat bertanya namanya.. Hingga akhirnya di pinggir Ka'bah saya bertemu dengan pasangan saya. Kami langsung berpelukan. Tangis saya pun tumpah. "Aku pikir, tadi adalah akhir dari hidupku.." hanya kalimat itu yang mampu meluncur dari bibir saya. Dia mengengam erat jemari saya. "Hayuk sholat di Hijr Ismail, " ajaknya tenang. Saya mengelengkan kepala. Saya masih trauma melihat kerumunan orang, apalagi untuk sholat di Hijr Ismail yang juga ramai. Dia mengengam jemari saya dan menarik perlahan. Kami berdua menyelusup lagi diantara kerumunan. Saat di Hijr Ismail tiba-tiba seorang wanita memberikan isyarat dan saya masuk ke dalam dan melakukan sujud syukur baru kemudian shalat sunat mutlak. Ada begitu banyak percakapan hati yang tidak mampu saya tuangkan dalam kata-kata. Namun satu keyakinan yang makin tertancap dalam hati, tatkala kita berada dalam situasi kritis, pada saat yang lain tiada mampu menolong, maka cukuplah bersandar kepadaNYA.. karena  Allah akan selalu menolong hambaNYA yang berserahdiri kepadaNYA..

sudah diposting di FB: https://www.facebook.com/notes/handrini-ardiyanti-sjoehada/abcd-ibadah-umrohhaji3-edisi-hajar-aswad-3/10151823740317617

Tidak ada komentar: