"Bisa mencium Hajar Aswad nggak?"
Itu adalah salah satu dari sekian banyaknya pertanyaan yang dipertanyakan kepada saya sepulang umroh.
Batu
hajar aswad atau batu hitam yang terletak 1,10 meter itu pernah dicuri
oleh Abu Thahir dari syi'ah Irak . Dikisahkan dalam sebuah stasiun
televisi swasta, astronot di luar angkasa melihat satu sinar yang sangat
terang yang berfungsi seperti super konduktor yang ternyata adalah
Hajar Aswad. Hajar Aswad menurut penelitian adalah batu meteor. Namun
hingga saat ini misteri tentang batu Hajar Aswad belum jua terpecahkan.
Kurang lebih selama 22 tahun hajar aswad dalam penguasaan Abu Thahir
hingga akhirnya Hajar Aswad dikirim ke Mekkah diatas satu tunggangan
pada bulan Dzul qa'dah tahun 339 H. Dikisahkan pada saat mencuri Hajar
Aswad terpaksa diangkut oleh beberapa onta dan melukai punuk-punuk onta
tersebut sedang pada saat mengembalikannya lancar dan hanya membutuhkan
satu onta saja. Saat ini Hajar Aswad terdiri dari 8 (delapan) kepingan
yang disatukan dengan dilapisi pinggiran perak. Rasa ingin tahu saya ini
berhasil mendapatkan jawabannya setelah saya di BBM Ustadz Yusron Ahmad yang masih belia dan lebih muda dari Ustadz Achmad Slamet
Ibnu Syam, Lc yang menjadi pembimbing utama jamaah. Pada waktu umroh, meski terbersit tanya namun
belum sempat saya utarakan. Alhamdulillahnya, selepas umroh, Ustadz Yusron masih berkenan membimbing dan memberikan berbagai informasi termasuk tentang hajar aswad tersebut.
Mencium Hajar Aswad?
Pada
saat manasik, Ustadz Ahmad Jameel sempat mengkisahkan ada seorang
jamaah laki-laki bertubuh besar dari biro travel lain hingga pulang
tidak diketemukan. Setelah beberapa saat usai pulang ke tanah air
barulah diperoleh kabar jamaah itu telah meninggal dunia karena tewas
terinjak-injak. Pada saat itu terbersit tanya, "masak sih hanya karena
ingin mencium hajar aswad orang tidak melihat ada yang jatuh hingga
terinjak-injak?" kurang lebih itu adalah pertanyaan yang mencuat di
pikiran saya.
Pada saat selesai tawaf, Ustadz Achmad
Slamet Ibnu Syam, Lc yang merupakan pembimbing utama menjelaskan
berbagai hal terkait dengan hajar aswad. Beliau mengutip hadits yang
diriwayatkan Ibnu Abbas dimana Rasulullah bersabda bahwa hajar aswad
diturunkan dari surga, dan pada saat itu warnanya lebih putih dari susu,
lalu karena dosa-dosa keturunan Nabi Adam yang membuat warnanya berubah
menjadi hitam.
Kemudian dikisahkan pula dari hadits yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abbas juga, bahwa Rasulullah bersabda pada hari
kiamat Hajar Aswad akan dibangkitkan, dan Allah memberikannya mata yang
dapat melihat dan lidah yang dapat bicara , memberikan persaksian
terhadap orang yang menyentuhnya dengan kebenaran.
"Tapi
jangan sampai memaksakan diri untuk menciumnya jika membahayakan
keselamatan diri sendiri, " tandas Ustadz Achmad Slamet Ibnu Syam malam
itu. Membahayakan keselamatan diri? hanya itu yang lagi-lagi menjadi
pertanyaan batin saya.
Rabu, 1 Januari 2014 siang itu usai
mandi dan makan pagi kami berniat menunaikan tawaf sunah. Urutannya
sama seperti umroh tentunya, doa masuk masjidil haram, doa melihat
ka'bah dan baru mulai tawaf di start awal yaitu menghadap Hajar Aswad
dengan seluruh badan miring dan miring (sebagian badan) meski bisa saja
menghadap muka saja sambil membaca "Bismillaahi Allahu Akbar" (Dengan
nama Allah, Allah Maha Besar". Kami berdua mulai tawaf dengan
bergandengan tangan dan membaca doa-doa sebagaimana ada di buku panduan
mulai dari doa putaran pertama yang mulai dari Hajar Aswad sampai rukun
Yamani.
YANG HARUS DIINGAT, SAAT THAWAF SUNAH BERLAKU
KETENTUAN YANG SAMA DENGAN TAWAF SAAT UMROH, jangan sampai ada aurat
yang terlihat bahkan sehelai rambut pun.. bisa dibantu dengan mengunakan
dalaman yang rapat bagi wanita. Dilarang buang angin dan aktivitas lain
yang membatalkan wudu. Wudunya juga harus membasahi hampir seluruh
rambut karena dikhawatirkan tersentuh non muhrim saat thawaf.
Uniknya,
pada putaran pertama, jalan menuju Hajar Aswad terbuka lebar. Pegangan
tangan saya terasa tertarik. Rupanya pasangan saya tergerak untuk menuju
Hajar Aswad. "Jangan.. baru putaran pertama.. nanti batal harus
mengulang lagi dari awal.." cegah saya.
Hal yang sama
terulang lagi, pada saat putaran ke-3, jalan menuju Hajar Aswad terbuka
lebar diantara begitu banyak kerumunan. Secara reflek pasangan saya
langsung menarik tangan saya menuju Hajar Aswad. "Jangan.. ini godaan,
baru putaran ke-3, " kata saya menahan tangan beliau dengan mengengamnya
makin erat. Pasangan saya langsung istighfar dan kami kembali
melanjutan putaran thawaf.
Akhirnya tuntas juga tujuh
putaran thawaf. Satu tips agar tidak lupa, selama thawaf disunnahkan
melihat Ka'bah. Berlawanan dengan jarum jam, jadi menghadap ke kiri.
Menurut Ustadz yang paling muda dari ke-3 Ustadz yang menyertai
rombongan kami agar hati selalu muallak atau dengan bahasa lain agar
hati selalu berdekatan dengan ka'bah. Menurut beliau juga, Allah
menurunkan rahmat 120 rahmat, 60 rahmat diberikan kepada yang thawaf, 40
rahmat untuk yang sholat dan 20 rahmat untuk yang melihat ka'bah.
walllahu'alam bishowab.
Setelah selesai tujuh kali
putaran, kami bergeser sedikit ke kanan dari arah sudut Hajar Aswad,
menghadap bagian dinding Ka'bah yang disebut dengan Multazam dan berdoa.
Pertama sih yang kami baca doa sebagaimana ada di panduan yang intinya
berdoa minta agar dibebaskan dari siksa api neraka baik untuk Bapak,
ibu, saudara-saudara, anak-anak kami. Memohon dijauhkan dari kehinaan
dunia dan siksa akhirat. Mengharap rahmatNYA, kasih sayangNYA, memohon
agar diperbaiki segala urusan kami, agar hati kami dibersihkan,
diberikan cahaya dalam kubur kelak.
Kemudian kami
melakukan sholat sunat thawaf yang dilakukan di belakang maqam Nabi
Ibrahim. Sama seperti sholat sunnah thawaf saat umroh, setelah membaca
Al Fatihah pada rakaat pertama sebaiknya membaca surat Al Kafirun dan
setelah membaca Al Fatihah pada rakaat kedua membaca surat Al Ikhlas.
Kami
lalu berdua bergandengan tangan menyusuri keramaian dan mendekat ke
Hajar Aswad. Kami perlahan terdesak dan berpegangan tangan pada marmer
yang mengitari Ka'bah. Jangan sampai menyikut dan menyakiti siapapun,
begitu selalu diri mengingati karena ada sebuah hadits menyatakan kepada
Umar, “Hai Umar engkau adalah seorang yang kuat, jangan engkau
berdesak-desakan untuk mendekati Hajar Aswad lalu kamu menyakiti yang
lemah. Jika kamu memperoleh kesempatan maka ciumlah Hajar aKAswad itu.
Jika tidak, cukup dengan takbir dan terus berjalan." (HR. Al-Syafi’i).
Selama berpegangan tangan pada marmer yang mengitari Ka'bah, saya terus menerus melafadzkan sidul istighfar.. Astaghfirulloh hal adzim aladzila
illa ha'ila huwal hayyul Qoyyum wa'atubu illaih..aku memohon ampun
padaMU ya Allah.. ampuni semua dosa-dosa hamba Ya Allah.. tiada satu pun
yang patut aku sembah selain hanya Engkau.. Ya Allah Yang Maha Mengatur
segala urusan, hanya kepadaMu aku bertaubat dan memohon ampun atas
segala dosa-dosaku.. Ampuni dosaku ya Allah.. terus menerus kami
terdesak namun kami bertahan untuk tetap berpegang pada pinggiran batu
marmer. Sebelumnya saya tidak tahu kalau ada batu marmer yang mengitari,
entah bagaimana jemari saya menyentuhnya kemudian saya memegangnya
erat. Tiba-tiba saya sudah sampai tepat di depan Hajar Aswad.
Rasanya tak percaya melihat batu hitam atau Hajar Aswad itu di depan
mata begitu tiba-tiba. Hening begitu hening. Seolah terpisah dari hiruk
pikuk suara yang ada. Mencium dan berdoa. Hanya itu yang langsung saya
lakukan. Sungguh rasanya ingin berlama-lama tapi menyeruak bisikan..
untuk segera menyudahi pertemuan itu karena diluar begitu banyak umat
yang berharap mendapat kesempatan yang sama.
Keluar dari
Hajar Aswad dorongan dan desakan itu makin merangsek dan saya berada
pada arah yang berlawanan. Pasangan saya entah kemana.. tertutup begitu
ramainya umat yang merangsek dan mendesak. Sedang nafas saya mulai
terasa sesak karena terhimpit. Mendadak saya terjatuh. Dugaan saya
karena kaos kaki yang saya kenakan berwarna putih polos licin dan tidak
ada bintik-bintik karet dibawahnya. Saya terjatuh, terduduk dan
terhimpit diantara sekian banyak kerumunan yang saling mendesak. Tapi
tak satupun rasa sakit saya rasakan.
Saat itu saya sempat
meminta tolong.. "Tolong.. tolong.. help me please... help me please..."
mata bertemu mata. Tapi tiada berdaya memberikan pertolongan.
Mendadak saya teringat kisah yang diceritakan Ustadz Ahmad Jameel dan peringatan Ustadz Achmad Slamet Ibnu Syam.
"Ya
Allah.. inikah yang Bapak itu rasakan menjelang ajalnya?" bisik batin
saya. "Ya Allah jika ini adalahlah takdirMu, hamba ikhlas..
sesungguhnya hidup dan mati hamba hanyalah untuk beribadah kepadaMu..
jika ini adalah takdir hamba maka itulah yang terbaik bagi hamba.."
Mendadak
saya teringat sebuah pelajaran pilot dalam situasi genting be calm..
don't be panic.. "Allah akan selalu menolong hambaNYA yang berserahdiri
kepadaNYA, " begitu pelajaran yang saya terima dari salah seorang
instruktur penerbang, saya menarik nafas panjang dan mulai beristigfar. Astaghfirulloh hal adzim aladzila illa ha'ila huwal hayyul Qoyyum wa'atubu illaih.. Astaghfirulloh hal adzim aladzila illa ha'ila huwal hayyul Qoyyum wa'atubu illaih.. Astaghfirulloh hal adzim aladzila
illa ha'ila huwal hayyul Qoyyum wa'atubu illaih..tepat 3 kali saya
lafadzkan kalimat saidul istigfar tersebut mendadak saya mendengar suara
sayup-sayup..
get up.. get up.. get up...
sebuah jemari lentik mendadak telah mengengam tanganku lembut. Entah
darimana asalnya kekuatan itu.. akhirnya saya bangun dan dengan
mudahnya wanita remaja usia bertubuh tak jauh beda dengan saya itu
dengan mudahnya menerobos kerumuman orang yang begitu banyak. Tanpa
mendesak dan begitu mudahnya.. Hingga tiba-tiba saja kami berdua berada
di tepian kerumunan.
"Thank you Sister.."
ucapku ketika kami sudah sampai di tepian Ka'bah. Wanita itu langsung
tersenyum. Wajahnya begitu indah, ramah dan tenang. Cantik. entah
mengapa saya mendadak jadi teringat kisah budak perempuan yang
dibebaskan oleh Rasulullah yang bernama Safinah. Lalu wanita muda itu
membalikan badannya dan menghilang diantara kerumunan. Karena teringat
saya belum mengetahui namanya, langsung saya kejar dan cari kembali.
Setiap saya menepuk pundak sosok yang serupa selalu bukan wanita itu.
Saya berulang kali mengejar sosok wanita semampai dengan pakaian putih
dan dibawah oranye kuning keemasan. Saya tahan pundaknya ketika sosok
itu menoleh ternyata bukan dia yang gadis hitam manis yang menolong
saya.
Ya Allah.. dimana dia? saya belum
sempat bertanya namanya.. Hingga akhirnya di pinggir Ka'bah saya bertemu
dengan pasangan saya. Kami langsung berpelukan. Tangis saya pun tumpah.
"Aku pikir, tadi adalah akhir dari hidupku.." hanya kalimat itu yang
mampu meluncur dari bibir saya. Dia mengengam erat jemari saya. "Hayuk
sholat di Hijr Ismail, " ajaknya tenang. Saya mengelengkan kepala. Saya
masih trauma melihat kerumunan orang, apalagi untuk sholat di Hijr
Ismail yang juga ramai. Dia mengengam jemari saya dan menarik perlahan.
Kami berdua menyelusup lagi diantara kerumunan. Saat di Hijr Ismail
tiba-tiba seorang wanita memberikan isyarat dan saya masuk ke dalam dan
melakukan sujud syukur baru kemudian shalat sunat mutlak. Ada begitu
banyak percakapan hati yang tidak mampu saya tuangkan dalam kata-kata.
Namun satu keyakinan yang makin tertancap dalam hati, tatkala kita
berada dalam situasi kritis, pada saat yang lain tiada mampu menolong,
maka cukuplah bersandar kepadaNYA.. karena Allah akan selalu menolong hambaNYA yang berserahdiri kepadaNYA..
sudah diposting di FB: https://www.facebook.com/notes/handrini-ardiyanti-sjoehada/abcd-ibadah-umrohhaji3-edisi-hajar-aswad-3/10151823740317617
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar