Minggu, 12 Januari 2014

Mencium Hajar Aswad

"Bisa mencium Hajar Aswad nggak?"

Itu adalah salah satu dari sekian banyaknya pertanyaan yang dipertanyakan kepada saya sepulang umroh.

Batu hajar aswad atau batu hitam yang terletak 1,10 meter itu pernah dicuri oleh Abu Thahir dari syi'ah Irak . Dikisahkan dalam sebuah stasiun televisi swasta, astronot di luar angkasa melihat satu sinar yang sangat terang yang berfungsi seperti super konduktor yang ternyata adalah Hajar Aswad. Hajar Aswad menurut penelitian adalah batu meteor. Namun hingga saat ini misteri tentang batu Hajar Aswad belum jua terpecahkan. Kurang lebih selama 22 tahun hajar aswad dalam penguasaan Abu Thahir hingga akhirnya Hajar Aswad dikirim ke Mekkah diatas satu tunggangan pada bulan Dzul qa'dah tahun 339 H. Dikisahkan pada saat mencuri Hajar Aswad terpaksa diangkut oleh beberapa onta dan melukai punuk-punuk onta tersebut sedang pada saat mengembalikannya lancar dan hanya membutuhkan satu onta saja. Saat ini Hajar Aswad terdiri dari 8 (delapan) kepingan yang disatukan dengan dilapisi pinggiran perak. Rasa ingin tahu saya ini berhasil mendapatkan jawabannya setelah saya di BBM Ustadz Yusron Ahmad yang masih belia dan lebih muda dari Ustadz Achmad Slamet Ibnu Syam, Lc  yang menjadi pembimbing utama jamaah. Pada waktu umroh, meski terbersit tanya namun belum sempat saya utarakan. Alhamdulillahnya, selepas umroh, Ustadz Yusron masih berkenan membimbing dan memberikan berbagai informasi termasuk tentang hajar aswad tersebut.

Mencium Hajar Aswad?

Pada saat manasik, Ustadz Ahmad Jameel sempat mengkisahkan ada seorang jamaah laki-laki bertubuh besar dari biro travel lain hingga pulang tidak diketemukan. Setelah beberapa saat usai pulang ke tanah air barulah diperoleh kabar jamaah itu telah meninggal dunia karena tewas terinjak-injak. Pada saat itu terbersit tanya, "masak sih hanya karena ingin mencium hajar aswad orang tidak melihat ada yang jatuh hingga terinjak-injak?" kurang lebih itu adalah pertanyaan yang mencuat di pikiran saya.

Pada saat selesai tawaf, Ustadz Achmad Slamet Ibnu Syam, Lc yang merupakan pembimbing utama menjelaskan berbagai hal terkait dengan hajar aswad. Beliau mengutip hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas dimana Rasulullah bersabda bahwa hajar aswad diturunkan dari surga, dan pada saat itu warnanya lebih putih dari susu, lalu karena dosa-dosa keturunan Nabi Adam yang membuat warnanya berubah menjadi hitam.

Kemudian dikisahkan pula dari hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas juga, bahwa Rasulullah bersabda pada hari kiamat Hajar Aswad akan dibangkitkan, dan Allah memberikannya mata yang dapat melihat dan lidah yang dapat bicara , memberikan persaksian terhadap orang yang menyentuhnya dengan kebenaran.

"Tapi jangan sampai memaksakan diri untuk menciumnya jika membahayakan keselamatan diri sendiri, " tandas Ustadz Achmad Slamet Ibnu Syam malam itu. Membahayakan keselamatan diri? hanya itu yang lagi-lagi menjadi pertanyaan batin saya.

Rabu, 1 Januari 2014 siang itu usai mandi dan makan pagi kami berniat menunaikan tawaf sunah. Urutannya sama seperti umroh tentunya, doa masuk masjidil haram, doa melihat ka'bah dan baru mulai tawaf di start awal yaitu menghadap Hajar Aswad dengan seluruh badan miring dan miring (sebagian badan) meski bisa saja menghadap muka saja sambil membaca "Bismillaahi Allahu Akbar" (Dengan nama Allah, Allah Maha Besar". Kami berdua mulai tawaf dengan bergandengan tangan dan membaca doa-doa sebagaimana ada di buku panduan mulai dari doa putaran pertama yang mulai dari Hajar Aswad sampai rukun Yamani.

YANG HARUS DIINGAT, SAAT THAWAF SUNAH BERLAKU KETENTUAN YANG SAMA DENGAN TAWAF SAAT UMROH, jangan sampai ada aurat yang terlihat bahkan sehelai rambut pun.. bisa dibantu dengan mengunakan dalaman yang rapat bagi wanita. Dilarang buang angin dan aktivitas lain yang membatalkan wudu. Wudunya juga harus membasahi hampir seluruh rambut karena dikhawatirkan tersentuh non muhrim saat thawaf.

Uniknya, pada putaran pertama, jalan menuju Hajar Aswad terbuka lebar. Pegangan tangan saya terasa tertarik. Rupanya pasangan saya tergerak untuk menuju Hajar Aswad. "Jangan.. baru putaran pertama.. nanti batal harus mengulang lagi dari awal.." cegah saya.

Hal yang sama terulang lagi, pada saat putaran ke-3, jalan menuju Hajar Aswad terbuka lebar diantara begitu banyak kerumunan. Secara reflek pasangan saya langsung menarik tangan saya menuju Hajar Aswad. "Jangan.. ini godaan, baru putaran ke-3, " kata saya menahan tangan beliau dengan mengengamnya makin erat. Pasangan saya langsung istighfar dan kami kembali melanjutan putaran thawaf.

Akhirnya tuntas juga tujuh putaran thawaf. Satu tips agar tidak lupa, selama thawaf disunnahkan melihat Ka'bah. Berlawanan dengan jarum jam, jadi menghadap ke kiri. Menurut Ustadz yang paling muda dari ke-3 Ustadz yang menyertai rombongan kami agar hati selalu muallak atau dengan bahasa lain agar hati selalu berdekatan dengan ka'bah. Menurut beliau juga, Allah menurunkan rahmat 120 rahmat, 60 rahmat diberikan kepada yang thawaf, 40 rahmat untuk yang sholat dan 20 rahmat untuk yang melihat ka'bah. walllahu'alam bishowab.

Setelah selesai tujuh kali putaran, kami bergeser sedikit ke kanan dari arah sudut Hajar Aswad, menghadap bagian dinding Ka'bah yang disebut dengan Multazam dan berdoa. Pertama sih yang kami baca doa sebagaimana ada di panduan yang intinya berdoa minta agar dibebaskan dari siksa api neraka baik untuk Bapak, ibu, saudara-saudara, anak-anak kami.  Memohon dijauhkan dari kehinaan dunia dan siksa akhirat. Mengharap rahmatNYA, kasih sayangNYA, memohon agar diperbaiki segala urusan kami, agar hati kami dibersihkan, diberikan cahaya dalam kubur kelak.

Kemudian kami melakukan sholat sunat thawaf yang dilakukan di belakang maqam Nabi Ibrahim. Sama seperti sholat sunnah thawaf saat umroh, setelah membaca Al Fatihah pada rakaat pertama sebaiknya membaca surat Al Kafirun dan setelah membaca Al Fatihah pada rakaat kedua membaca surat Al Ikhlas.

Kami lalu berdua bergandengan tangan menyusuri keramaian dan mendekat ke Hajar Aswad. Kami perlahan terdesak dan berpegangan tangan pada marmer yang mengitari Ka'bah. Jangan sampai menyikut dan menyakiti siapapun, begitu selalu diri mengingati karena ada sebuah hadits menyatakan kepada Umar, “Hai Umar engkau adalah seorang yang kuat, jangan engkau berdesak-desakan untuk mendekati Hajar Aswad lalu kamu menyakiti yang lemah. Jika kamu memperoleh kesempatan maka ciumlah Hajar aKAswad itu. Jika tidak, cukup dengan takbir dan terus berjalan." (HR. Al-Syafi’i).

Selama berpegangan tangan pada marmer yang mengitari Ka'bah, saya terus menerus melafadzkan sidul istighfar.. Astaghfirulloh hal adzim aladzila illa ha'ila huwal hayyul Qoyyum wa'atubu illaih..aku memohon ampun padaMU ya Allah.. ampuni semua dosa-dosa hamba Ya Allah.. tiada satu pun yang patut aku sembah selain hanya Engkau.. Ya Allah Yang Maha Mengatur segala urusan, hanya kepadaMu aku bertaubat dan memohon ampun atas segala dosa-dosaku.. Ampuni dosaku ya Allah.. terus menerus kami terdesak namun kami bertahan untuk tetap berpegang pada pinggiran batu marmer. Sebelumnya saya tidak tahu kalau ada batu marmer yang mengitari, entah bagaimana jemari saya menyentuhnya kemudian saya memegangnya erat. Tiba-tiba saya sudah sampai tepat di depan Hajar Aswad.  Rasanya tak percaya melihat batu hitam atau Hajar Aswad itu di depan mata begitu tiba-tiba. Hening begitu hening. Seolah terpisah dari hiruk pikuk suara yang ada. Mencium dan berdoa. Hanya itu yang langsung saya lakukan. Sungguh rasanya ingin berlama-lama tapi menyeruak bisikan.. untuk segera menyudahi pertemuan itu karena diluar begitu banyak umat yang berharap mendapat kesempatan yang sama.

Keluar dari Hajar Aswad dorongan dan desakan itu makin merangsek dan saya berada pada arah yang berlawanan. Pasangan saya entah kemana.. tertutup begitu ramainya umat yang merangsek dan mendesak. Sedang nafas saya mulai terasa sesak karena terhimpit. Mendadak saya terjatuh. Dugaan saya karena kaos kaki yang saya kenakan berwarna putih polos licin dan tidak ada bintik-bintik karet dibawahnya. Saya terjatuh, terduduk dan terhimpit diantara sekian banyak kerumunan yang saling mendesak. Tapi tak satupun rasa sakit saya rasakan.

Saat itu saya sempat meminta tolong.. "Tolong.. tolong.. help me please... help me please..." mata bertemu mata. Tapi tiada berdaya memberikan pertolongan.

Mendadak saya teringat kisah yang diceritakan Ustadz Ahmad Jameel dan peringatan Ustadz Achmad Slamet Ibnu Syam.

"Ya Allah.. inikah yang Bapak itu rasakan menjelang ajalnya?" bisik batin saya. "Ya Allah jika ini adalahlah takdirMu, hamba ikhlas.. sesungguhnya hidup dan mati hamba hanyalah untuk beribadah kepadaMu.. jika ini adalah takdir hamba maka itulah yang terbaik bagi hamba.."

Mendadak saya teringat sebuah pelajaran pilot dalam situasi genting be calm.. don't be panic.. "Allah akan selalu menolong hambaNYA yang berserahdiri kepadaNYA, " begitu pelajaran yang saya terima dari salah seorang instruktur penerbang, saya menarik nafas panjang dan mulai beristigfar. Astaghfirulloh hal adzim aladzila illa ha'ila huwal hayyul Qoyyum wa'atubu illaih.. Astaghfirulloh hal adzim aladzila illa ha'ila huwal hayyul Qoyyum wa'atubu illaih.. Astaghfirulloh hal adzim aladzila illa ha'ila huwal hayyul Qoyyum wa'atubu illaih..tepat 3 kali saya lafadzkan kalimat saidul istigfar tersebut mendadak saya mendengar suara sayup-sayup..

get up.. get up.. get up... sebuah jemari lentik mendadak telah mengengam tanganku lembut. Entah darimana asalnya kekuatan itu.. akhirnya saya bangun dan dengan mudahnya wanita remaja usia bertubuh tak jauh beda dengan saya itu dengan mudahnya menerobos kerumuman orang yang begitu banyak.  Tanpa mendesak dan begitu mudahnya.. Hingga tiba-tiba saja kami berdua berada di tepian kerumunan.

"Thank you Sister.." ucapku ketika kami sudah sampai di tepian Ka'bah.  Wanita itu langsung tersenyum. Wajahnya begitu indah, ramah dan tenang. Cantik. entah mengapa saya mendadak jadi teringat kisah budak perempuan yang  dibebaskan oleh Rasulullah yang bernama Safinah. Lalu wanita muda itu membalikan badannya dan menghilang diantara kerumunan. Karena teringat saya belum mengetahui namanya, langsung saya kejar dan cari kembali. Setiap saya menepuk pundak sosok yang serupa selalu bukan wanita itu. Saya berulang kali mengejar sosok wanita semampai dengan pakaian putih dan dibawah oranye kuning keemasan. Saya tahan pundaknya ketika sosok itu menoleh ternyata bukan dia yang gadis hitam manis yang menolong saya.

Ya Allah.. dimana dia? saya belum sempat bertanya namanya.. Hingga akhirnya di pinggir Ka'bah saya bertemu dengan pasangan saya. Kami langsung berpelukan. Tangis saya pun tumpah. "Aku pikir, tadi adalah akhir dari hidupku.." hanya kalimat itu yang mampu meluncur dari bibir saya. Dia mengengam erat jemari saya. "Hayuk sholat di Hijr Ismail, " ajaknya tenang. Saya mengelengkan kepala. Saya masih trauma melihat kerumunan orang, apalagi untuk sholat di Hijr Ismail yang juga ramai. Dia mengengam jemari saya dan menarik perlahan. Kami berdua menyelusup lagi diantara kerumunan. Saat di Hijr Ismail tiba-tiba seorang wanita memberikan isyarat dan saya masuk ke dalam dan melakukan sujud syukur baru kemudian shalat sunat mutlak. Ada begitu banyak percakapan hati yang tidak mampu saya tuangkan dalam kata-kata. Namun satu keyakinan yang makin tertancap dalam hati, tatkala kita berada dalam situasi kritis, pada saat yang lain tiada mampu menolong, maka cukuplah bersandar kepadaNYA.. karena  Allah akan selalu menolong hambaNYA yang berserahdiri kepadaNYA..

sudah diposting di FB: https://www.facebook.com/notes/handrini-ardiyanti-sjoehada/abcd-ibadah-umrohhaji3-edisi-hajar-aswad-3/10151823740317617

ABCD Ibadah Umroh/Haji..(2)

Sebelumnya saya sempat menyiapkan dua buku sekaligus untuk mencatat.. (1) buku mencatat doa-doa titipan.. Nah ini penting sekali karena kasihan mereka yang sudah nitip doa.. tapi ada satu doa pamungkas yang selalu saya pinta saat di rawdah dan setiap beribadah di Mekkah dan Medinah "Ya Allah kabulkanlah semua doa yang telah diamanahkan kepada hamba dan yang akan di amanahkan kepada hamba untuk dipintakan tapi mereka belum mendapatkan kesempatan untuk menyampaikannya.. aamiin.."

Buku kedua untuk mencatat ABCD umroh berikut ilmu-ilmu yang didapat saat beribadah haji.. tapi teryata sangat sempit waktu yang dimiliki untuk mencatatnya.

Catatan pertama:
1) di Imigrasi istri harus berdiri dibelakang suami.. atau misalnya yang sendiri ya dimahromkan harus hafal mahromnya dan berdiri dibelakang mahrom nah kecuali seperti yang saya alami.. mendadak dapat dispensasi jalur khusus wanita, sehingga tidak mengalami cerita antri berjam-jam. Agak lucu memang di imigrasi bisa diminta pindah2x jalur seperti yang dialami jamaah laki-laki.

2) Nomer HP. Di imigrasi karena lamanya mengantri ada beberapa kali ditawarin nomer perdana. Tapi jangan terburu2x diambil karena mengaktifkan perdana mobily atau STC tidak semudah yang kita bayangkan. Lebih baik mengunakan nomer HP XL atau Axis. XL bisa langsung ON untuk BBMnya tapi jangan kaget karena terkena roaming ya. Teman saya akhirnya menonaktifkan BBM karena menyedot pulsa. Demikian pula saya. Tidak ada salahnya membawa HP cadangan. HP cadangan itu sangat berguna ketika kita mau aktifkan nomor setempat sehingga tidak menganggu nomer lama. Jika pakai pra bayar pastikan sisa pulsa mencukupi karena koordinasi diperlukan bisa dengan SMS.

3) Waspadai adanya kejadian tak terduga di imigrasi bagi yang punya nama aneh. Karenanya untuk orang tua jangan  memberi nama anak dengan nama yang aneh-aneh. Salah seorang seorang teman terpaksa "ditahan" karena namanya dua suku kata namanya adalah nama Perdana Menteri Israel Menachem Begin. Menachem Begin adalah keturunan yahudi polandia yang menjabat kepala zionis Israel dari kelompok Irqun yang menjabat sebagai Perdana menteri Israel ke-6. Kebetulan jamaah ini juga memiliki wajah India.. lengkaplah sudah.. berjam-jam atau tepatnya sekitar 4 jam akhirnya kami menunggu di imigrasi. Tapi Alhamdulillah karena kami jadi memiliki waktu yang leluasa untuk antri di toilet dan sholat, tapi bagi kami tentunya bukan bagi Mas Begin..

4) Agar mudah mencari posisi awal atau teman-teman di Masjid Nabawi bisa dihafalkan nomer rak sepatu atau posisi tiang (dapat dihitung jumlah tiang).

5) Untuk ke Rawdah hafalkan jadwal masuk khusus ke Rawdah. Jangan bawa kamera ya.. cukup dengan HP saja. Syukur-syukur jika mau mengenakan baju hitam-hitam dan cadar hitam lalu bergabung bersama orang-orang Turkey dan yang pakai cadar lainnya. Seorang azkar yang sangat baik menyarankan hal ini kepada saya dalam bahasa Arab yang disertai bahasa "tarzan". Meski saya tidak mengenakan cadar akhirnya strategi itu saya ajarkan kepada teman-teman yaitu ke rawdahnya barengan dengan rombongan Turkey dan Arab lainnya karena (maaf) jamaah dari Indonesia kerap kali kurang toleransi berbeda dengan jamaah Turkey yang langsung menyingkir ketika dia tahu kita sedang sholat sunah di rawdah. Di rawdah waktu yang cukup luang usai sholat subuh dan isya. kalau setelah jam 9 penuh banget.

6) Bawa tempat minum tertutup rapat dan bawa ke kabin untuk membawa air zam-zam. Agak lucu juga permintaan 3 puteri saya untuk membawa air zam-zam yang langsung diambil dari masjidil haram. Banyak juga jamaah yang ketakutan dan meninggalkan botol mineral berisi air zam-zam sebelum X-Ray. Saya sendiri memilih menaruh botol-botol minum berisi air zam-zam secara terang-terangan dalam satu kantung plastik dan lolos. tapi jangan coba-coba menaruh di bagasi ya bisa rempong katanya.

7) pastikan tas yang kita masukan dalam bagasi memiliki kekuatan cukup untuk dibanting-banting. Jika tidak maka dapat di wrapping.

8) saat di X-ray jangan mengenakan busana seperti mukena tapi kenakan yang simpel dan rapi serta syar'i.

9) sediakan pecahan riyal yang cukup bisa 1 atau bagusnya sih 5 atau 10 riyal agar kebagian semua.. tergantung keuangan yang kita miliki untuk sedekah karena khususnya waktu di jeddah misalnya jika kita kasih sedekah pada satu orang maka langsung dikejar yang lainnya, siapkan di tempat yang bisa langsung diambil.

10) Hafalkan dengan sungguh-sungguh posisi hotel karena khususnya di Mekkah, ada beberapa tower serupa dan dalam satu lokasi ada beberapa hotel sekaligus. Hafalkan di belokan ke berapa hotel, termasuk warna karpet dan ciri-ciri fisik hotel lainnya agar kita jangan sampai tersesat.

11) apalagi yaaaaaaa..... masih banyak catatan yang coba saya ingat-ingat dan bagi yang ingin menambahkan silahkan yaaaaaaaaa

sudah diposting di FB:  https://www.facebook.com/notes/handrini-ardiyanti-sjoehada/abcd-ibadah-umrohhaji2/10151819303372617

ABCD Ibadah Umroh/Haji (1)

Jika ada yang mau umroh/haji mayoritas pertanyaan adalah tentang cuaca dan apa-apa saja yang perlu dibawa. Bagi saya sendiri hal itu adalah wajar meski soal cuaca ternyata semuanya sama seperti semua hal di dunia adalah kuasaNYA jua. Saat mendengar informasi dari teman cuaca di Medina 15 derajat celcius puteri pertama saya panik, khawatir dan langsung menyorongkan jaket kuningnya (meski sebenarnya untuk ukuran suhu 15 derajat celcius jaket tersebut tergolong tipis) tapi tetap saja saya terima dan jejalkan bersama pakaian lainnya. "Doain ya Kakak, Fifi, Putri semoga cuacanya ga terlalu dingin, " ucap saya.

Tapi sebenarnya apa saja sih yang penting diperhatikan dan dibawa saat umroh/haji? Meski lupa-lupa ingat saya mencoba merangkumnya dalam note ya.. Catatan ini tentunya lebih untuk Akhwat ya.. semoga bermanfaat:
1. Al Quran yang ada terjemahannya. (Perjalanan berjam-jam, fokus pada ibadah dengan bantuan Al Quran yang ada terjemahannya membuat saya jauh lebih paham isi Al Quran karena meski banyak sekali Al Quran di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram tidak ada terjemahannya)
2. Sunblock, pelembab bibir yang halal (bukan promosi tapi ga ada salahnya beli paket haji dari wardah. Saya sendiri tidak membeli paket wardah hanya sun block saja. Untuk bibir dalam keadaan darurat bisa dioleskan madu yang tersedia di hotel jika ada saat sarapan atau bisa juga dengan dibasahi dengan ludah karena sangat memiliki manfaat untuk mencegah bibir pecah hingga berdarah. Beberapa jamaah mengalami retakan bibir sepanjang tepian hingga berdarah.
3. pelembab tumit kaki. Meski mengenakan kaos kaki tapi karena perbedaan cuaca tumit kaki rentan pecah-pecah. bisa digunakan saat sebelum tidur sehingga tidak menganggu ibadah sholat.
4. Nomer HP yang saya sarankan adalah XL. Nomer lainnya Axis. Baru simpati. Jangan lupa kalau menelpon dari sana pakai kode tertentu untuk axis simpel tinggal ditambahkan O (nol) sebelum nomer seluruhnya.
5. Obat-obatan lengkap. Saya agak menyesal karena mengeluarkan antibiotik dari bawaan obat ketika mendapati jamaah dari travel dan di hotel lain menderita tipus. Vitamin tentunya.
6. Payung.. nah ini ternyata diluar dugaan saya berguna karena pas di Madinah hujan cukup deras.
7. Gamis..... semua pakaian yang saya bawa Alhamdulillahnya mayoritas gamis kecuali satu seragam karena mepet jadinya mau ga mau dibantu dengan celana. Sangat kikuk kalau disana mengenakan celana untuk wanita.
8. Dalaman jilbab ninja anti temben (antem) yang menutup rapat aurat karena sehelai rambut saja keluar saat tawaf jadi ga sah.
9. Lapisan tangan yang terbuka telapak tangannya jika kita mau sholat cukup pakai gamis saja.
10. Dalaman gamis jangan sampai pakai gamis tapi nerawang.
11. Sajadah yang bisa dilipat dan jangan terlalu tipis karena jika kita terlambat datangnya di Masjidil Haram bisa-bisa sholat di pelatarannya.
.....11 dulu ya.. catatan berikutnya menyusul.. ada yang mau menambahkan silahkaaaaaann

sudah di unggah di Facebook:
https://www.facebook.com/notes/handrini-ardiyanti-sjoehada/abcd-ibadah-umrohhaji1/10151819280067617

Teori Pelangi dalam Al Quran

Pelangi kerap kita lihat baik itu ketika sinar matahari muncul setelah hujan maupun ketika sinar matahari menyinari permukaan air baik itu air terjun. Intinya dari pelangi adalah ketika cahaya matahari dibiaskan.

Saya selalu meyakini setiap kejadian maupun yang akan terjadi selalu ada dan dijelaskan dalam Al Quran. Hanya saja kerap kali akal pikiran kita belum cukup untuk memahaminya. Baru setelah akal kita diijinkan oleh Allah untuk memahaminya melalui serangkaian percobaan dan belajar kita dapat memahaminya secara bertahap.

Tentang pelangi.. cahaya.. saya teringat ada sebuah surat dalam Al Quran tentang cahaya An Nur.. ketika saya baca ada satu ayat yang mengingatkan saya tentang pelangi..

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat per­umpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. 24:35)

Pelita itu di dalam kaca..cahaya tersebut memancar dalam kaca yang bening..(Dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara..

Ayat tersebut dalam tafsir Ibnu Katsir diungkapkan merupakan penjelasan atas kemurnian hati seorang Mukmin dengan lentera dari kaca yang tipis dan mengkilat, menyamakan hidayah al-Qur-an dan syari’at yang dimintanya dengan minyak zaitun yang bagus lagi jernih, bercahaya dan tegak, tidak kotor dan tidak bengkok (Buku Tafsir Ibnu Katsir hal. 436-440). Namun ketika membaca ayat tersebut saya teringat pada pelangi yang terjadi ketika pelita/cahaya matahari ada dalam air yang bening (kaca yang bening..

Wallahu'alam bishowab..

Kamis, 10 Oktober 2013

The best of friends

The best of friends,
Can change a frown,
Into a smile,
when you feel down.

The best of friends,
Will understand,
Your little trials,
And lend a hand.

The best of friends,
Will always share,
Your secret dreams,
Because they care.

The best of friends,
Worth more than gold,
Give all the love,
A heart can hold.

*) saya tidak tahu dapat puisi ini dari mana dan karya siapa

Selasa, 23 Juli 2013

Menjadi Istri Pilot? Siapkah?

BuNdaaa ♏äϋ piloooot1 buuund
Cariiiim bun
(Ơ̴̴̴͡ ˛̮ Ơ̴̴̴͡)

Saya tertegun membaca komen dari salah satu status saya…komen itulah yang akhirnya mendorong saya untuk menulis catatan ini, meski hmm *sambil tersenyum kecil* saya tak tahu seberapa tepat catatan saya ini. Satu hal, sebelum memutuskan saya terbiasa belajar memahami sedetail mungkin apa yang akan menjadi pilihan yang tentu akan saya jalani seumur hidup saya itu.

Sejak kecil saya memang menyukai pesawat, tapi pesawat tempur, bukan komersial mungkin karena video yang suka saya tonton, Captain Gavan dan Sharifan. Tapi belakangan saya paham ada satu hal yang membedakan, jika pilot pesawat tempur mengalami masalah dapat segera memanfaatkan kursi lontar untuk menyelamatkan diri, bagaimana dengan pilot komersial? Hehe, rasanya harus siap-siap untuk “dikriminalisasikan” seperti yang dialami captain Marwoto (karena itu saya benar-benar berharap pengadilan khusus sebagaimana diamanatkan UU Penerbangan dapat segera terwujud).

Ulasan singkat diatas hanya sekedar pembuka catatan tentang “menjadi istri seorang pilot” meski maaf, saya hanya memiliki kemampuan menulis tentang “menjadi istri seorang pilot” komersial bukan pilot pesawat tempur sebab sebagai peneliti saya tidak berani menulis sesuatu yang saya belum mengamati atau setidaknya mendapatkan beberapa fakta tentangnya.

Saya mencoba menulis dari sisi pandang sekomprehensif mungkin, meski jelas jauh dari sempurna.

1)Jadwal pilot jauh berbeda dengan jadwal “orang kebayakan”. Meski “jadwal yang kurang baik” akan memberikan 12 days off. Jadwal seorang pilot bukanlah seperti jadwal kerja yang rutin dari “orang kebanyakan” dimana mereka bangun pada jam yang sama dan pulang pada jam yang sama (saya sudah merasakan bagaimana rasanya dengan jam terbang pulang kampung dengan SJ 220 ETD 19.05 dan kembali dengan SJ 221 ETD 06.35_hmm serasa “berangkat kerja bersamaan waktunya dengan maling pulang” hehe…)

2) Terkadang jika “apes” bisa mendapat jatah lebih dari 10 leg yang artinya kita harus ridha untuk ditinggal selama 3 hari. Bukan hal yang luar biasa jika mereka sarapan di Jakarta, makan siang di Surabaya, lantas makan malam di Banjarmasin. Wajar jika terkadang mereka harus melihat HP untuk mengetahui di kota mana mereka berada…what’s a life….kira-kira begitu “keluhan” yang kerap terdengar. Bahkan mereka kerap tidak “sadar” kalau itu adalah akhir pekan, meski kerap diantara mereka berusaha menghibur diri sendiri dengan mengucapkan “happy weekend all…..”hihi….(:tertawa meski terasa perih di hati, tapi setidaknya mereka tersenyum karena dapat merasakan kebahagiaan orang-orang yang mereka antar berlibur).

3) Bagaimana pun juga maskapai adalah sebuah industri pencetak uang. Artinya disadari atau tidak, seperti industri lainnya akan “memeras” sumber daya yang mereka miliki untuk menghasilkan uang. Wajar jika para pilot demo akibat jadwal terbang mereka melebihi ambang kewajaran seperti Riau Airlines yang kerap menetapkan jadwal rata-rata 7 leg dalam 1 hari!

4) Hmm, tidak selamanya mereka dapat terbang. MEDEX tiap 6 bulan sekali adalah salah satu penentunya. Bagaimana jika mereka “tidak lulus” MEDEX?? Jadi rajin-rajinlah menabung. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pilot mulai tingkat depresi yang tinggi sampai pada gangguan kesehatan lainnya (:baca artikel Pilot dan Kesehatannya di Kompasiana).

5) Belajar untuk selalu “menghormati waktu”. Tepat waktu, on time adalah suatu keharusan. Tidak ada alasan apapun yang dapat dijadikan alasan! Termasuk macet di jalan raya! Jadi terbayangkan jam berapa mereka harus siap untuk dijemput? Sebab mereka harus sampai jauh sebelum jam keberangkatan dan mengecek semua kondisi pesawat.

6) Pahami kondisi dunia penerbangan termasuk didalamnya cuaca. Bulan Desember - Januari untuk Indonesia adalah bulan rawan. Dengan melihat kondisi cuaca maka kita dapat memperkirakan ketepatan waktu kedatangan mereka.

7) Sama seperti dokter, mereka harus disiap menerima tilp yang menanyakan dimana mereka berada dan siap untuk di re-schedule, atau mendadak dapat panggilan terbang terlebih jika statusnya stand by.

8) Horee!! Ayah sudah datang!! Lantas?? Hihi….tidak seperti “profesi kebanyakan” yang dengan seenaknya kita bisa meminta kelegaan hati mereka untuk “terjun” membantu pekerjaan rumah tangga. Beri mereka “waktu untuk melepaskan ketengangan”. Sehebat apapun pilot, tekanan saat take off dan landing tetap ada sebab “keselamatan penerbangan” dan terutama penumpang ada dipundak mereka. Hitungannya menurut pengakuan salah seorang dari mereka misalnya dalam kondisi peak season seperti lebaran dan natal untuk boeing 737-300 kapasitas maksimum 149 hitungannya 149 penumpang ditambah 3 (istri dan 2 anak) plus FA (flight attendant) dengan hitungan yang sama.

Kurang lebih seperti itulah “menjadi istri seorang pilot”. Kemandirian seorang istri pilot adalah mutlak. Bagaimana mengatasi listrik mati saat mereka ron 3 malam, atau bahkan ketika anak sakit harus masuk rumah sakit, well….kita tidak bisa seenaknya telpon “Ayah cepetan pulang, si A masuk rumah sakit!” Atau kecilnya mereka tidak ada waktu untuk mengurusi hal yang “remeh temeh” seperti ambil rapor….termasuk jika kita sakit….^_~ tapi percaya sama dengan pecinta lainnya mereka akan berusaha semaksimal mungkin demi orang-orang yang mereka cintai untuk mensyukuri hari ulang tahun mereka dengan makan malam romantis sekalipun mereka harus meminta pertolongan sahabat mereka untuk saling menukar jadwal.

Satu hal yang pasti, menjadi istri seorang pilot berarti kita tiada boleh letih berdoa demi keselamatan pasangan kita. belum lagi kalau kita soulmate, kondisi darurat apa yang dihadapi dapat benar-benar kita rasakan, seolah melihat “maut” didepan mata dan kita sadar bahwa keselamatan penumpang dan seluruh crew berada di tangan kita….seperti terhimpit beban yang begitu kuat dan nyaris tak mampu bernafas….namun kita tetap harus mampu berpikir jernih, menganalisa dengan berusaha tetap tenang….

Tapi sekali lagi ini hanyalah dalam pandangan saya yang pastinya jauh dari kesempurnaan. Intinya sih “menjadi istri pilot?? Siapkah??” Fasten your seat belt please….^_^
di ketik langsung dari BB saya dalam perjalanan dari Jakarta menuju Semarang….salam, teriring doa bagi semua yang ada dalam perjalanan….
Sabtu, 24 Desember 2011 pukul 2:59

sudah dimuat di : http://sosbud.kompasiana.com/2011/12/24/menjadi-istri-pilot-siapkah-424799.html

Senin, 08 Oktober 2012

Belajar Memimpin dari Pilot

“Ladies and gentlemen, this is your captain speaking. We have a small problem. All four engines have stopped. We are doing our damnedest to get them going again. I trust you are not in too much distress.” (captain. Eric Moody)

Menganalogikan memimpin sebuah negara dengan sebuah penerbangan kerap kita lakukan sedari dulu. Meski ada beberapa analogi tersebut terasa kurang tepat seperti pada saat sebuah media cetak ternama yang juga mengangkat tema yang sama dalam sebuah dialog di media televisinya dengan tajuk “Negara Autopilot” meski saya pahami peristilahan itu digunakan untuk menyindir tentang keberadaan pilot (pemimpin negara).
Istilah tinggal landas misalnya sangat akrab di telinga kita pada Era kepemimpinan Presiden Soeharto. “Telah menjadi tekad nasional kita yang sebulat-bulatnya, seperti yang kita amanatkan sendiri pada diri kita dalam GBHN 1983, bahwa dalam Repelita IV itu kita akan menciptakan kerangka landasan dan dalam Repelita V melanjutkannya dalam usaha mewujudkan landasan yang kukuh kuat bagi terciptanya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Di saat itulah –mulai Repelita ke-VI– kita akan mampu tinggal landas menuju masyarakat yang kita cita-citakan.” Begitulah salah satu nukilan paragraf dalam Pidato Kenegaraan Presiden Soeharto didepan DPR RI pada 16 Agustus 1984.
Ibarat terbang, agar dapat take off dengan baik, maka sebuah pesawat harus melaju begitu kencang dan kuat dengan tetap menjaga keseimbangan dengan bantuan dua sisi sayap agar tidak terhempas ke daratan dan justru membuat celaka para penumpang didalamnya.
Jika negara kita dianalogikan dengan negeri autopilot, secara tidak langsung yang menganalogikan negara kita dengan istilah tersebut mengakui bahwa kita telah take off dan telah meninggalkan landasan dan tengah cruising. Sebab sistem autopilot sepemahaman saya dioperasikan setelah pesawat dalam keadaan cruising.
Sebab sejauh ini pesawat yang dapat dioperasikan secara auto (tanpa pilot) dari take off, cruising hingga landing biasanya hanya berfungsi sebagai pengintai, pembuat peta, pembuat foto udara dll namun belum pernah ada pesawat dengan penumpang yang dapat dioperasikan secara auto dari take off hingga landing.
Pesawat penumpang sejauh ini tidak pernah di design untuk melakukan take-off dengan Autopilot. Autopilot baru boleh dioperasikan minimum pada 400feet AGL (Above Ground Level) atau 400 kaki dari permukaan untuk pesawat penumpang berkapasitas besar seperti boeing atau 30 feet untuk pesawat berjenis Fokker 100/70 atau 100 feet/5 second after lift off untuk jenis pesawat penumpang Airbus. Untuk mengoperasikan sistem autopilot, sebelum take-off, para FO (first Officer/co-pilot) sudah mengkalkulasikan berapa persentase center of gravity (: titik Berat )berdasarkan peletakan payload (: daya angkut pesawat) di dalam pesawat yang menentukan berapa unit stabtrim (: sistem yang digunakan untuk menjaga stabilitas horisontal saat pesawat terbang) yang dibutuhkan.
PILOT KOMUNIKATIF
Ada perkembangan yang menarik saat menikmati penerbangan belakangan ini. Para Pilot maupun FOO lebih komunikatif. Layaknya penyiar radio menginformasikan waktu tempuh, berapa ketinggian saat menjelajah angkasa, cuaca serta terkadang beberapa kondisi yang harus dihadapi dalam penerbangan. “Dalam penerbangan ini kita akan terbang cuaca yang kurang baik sehingga kita akan mengalami guncangan-guncangan kecil, “ begitu kalimat yang disampaikan Captain Laurencius yang saya dengar dalam penerbangan dari Polonia ke Soekarno Hatta.
Namun yang menarik untuk dipelajari adalah sekomunikatif apapun seorang Pilot/co pilot namun tidak pernah pilot/co pilot menyampaikan perasaannya yang cemas, ketakutan atau khawatir ataupun merasa terancam saat menerbangkan pesawatnya sekalipun pada saat terbang dalam cuaca buruk. Itulah salah satu hakekat “kepemimpinan” sesungguhnya dalam pandangan saya.
Seorang pemimpin, layaknya seorang pilot harus mampu memisahkan informasi yang seharusnya diketahui oleh penumpangnya dalam batasan-batasan dengan diketahuinya informasi tersebut penumpang akan lebih siap menghadapi segala kemungkinan terburuk. Seburuk apapun kondisi yang harus dihadapi sebuah penerbangan seorang pemimpin layaknya seorang pilot harus benar-benar menyaring informasi yang ingin dikomunikasikan ke penumpang seperti yang dilakukan Captain Eric Moody. Meski ke-4 mesin British Airways Nomor Penerbangan 9 Captain pada 24 Juni 1982 mati karena abu vulkanik Galunggung, namun dengan tenang Captain Eric Moody berusaha menyampaikan kondisi yang dialami dalam penerbangan dan meminta penumpang tetap tenang.
 Telah dimuat dalam :  http://politik.kompasiana.com/2012/02/27/belajar-memimpin-dari-pilot/ OPINI | 27 February 2012 | 15:29